LGBT: Kebinasaan Kaum Sodom di Masa Nabi Luth As.

LGBT: Kebinasaan Kaum Sodom di Masa Nabi Luth As.

MAHADALYJAKARTA.COM – Salah satu peristiwa besar yang menimpa umat manusia terjadi di masa Nabi Luth As., kejadian yang menghantam suatu kaum yang berbuat keji dan kemungkaran di muka bumi. Beberapa ayat suci Al-Qur’an mengisahkan peristiwa kelam tersebut, sebagai peringatan bagi umat manusia yang hidup setelahnya. Diabadikan dalam beberapa surah Al-Qur’an, antara lain: Surah al-A’raf, Hud, al-Hijr, asy-Syu’ara’, an-Naml, ash-Shaffat, adz-Dzariyat dan al-Qamar.

Nabi Luth As. adalah putra dari Haran bin Tarih. Beliau diutus oleh Allah Swt. di zaman Nabi Ibrahim As. yang merupakan pamannya sendiri. Karena Nabi Ibrahim, Haran dan Nahur adalah tiga bersaudara, mereka keturunan dari Tarih atau biasa dikenal dengan Azar. Nabi Luth As. juga membenarkan kenabian Nabi Ibrahim As. dan mendapatkan petunjuk darinya. Sebagaimana firman Allah Swt. dalam surah al-‘Ankabut ayat 26,

فَاٰمَنَ لَهٗ لُوْطٌۘ وَقَالَ اِنِّيْ مُهَاجِرٌ اِلٰى رَبِّيْ ۗاِنَّهٗ هُوَ الْعَزِيْزُ الْحَكِيْمُ

Artinya: “Maka Luth membenarkan (kenabian Ibrahim). Dia (Ibrahim) pun berkata, “Sesungguhnya aku berhijrah ke (tempat yang diperintahkan) Tuhanku. Sesungguhnya Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”

Setelah itu, Nabi Luth As. ikut hijrah bersama Nabi Ibrahim As. ke negeri Irak. Ada yang mengatakan, mereka hijrah ke Syam. Bahkan, dikatakan bahwa Nabi Luth As. ikut kemanapun Nabi Ibrahim As. hijrah. Ketika itu, Allah Swt. mengutus Nabi Luth As. ke kaum Sodom. Disebut kaum Sodom, karena mereka tinggal di perkampungan yang bernama Sodom. Ada yang mengatakan, bahwa tempat tersebut terletak di daerah Yordania. Dalam riwayat lain dikatakan tempat tersebut berada di daerah Ghaurzaghar. Ada pula yang mengatakan kalau tempat Sodom itu terletak di Laut Mati. Beliau tidak memiliki hubungan sama sekali dengan kaum itu, karena bukan bagian dari kabilah mereka. Berbeda dengan Nabi Shalih, Nabi Hud dan Nabi Syu’aib, mereka diutus kepada kaumnya masing-masing dengan hubungan yang amat dekat.

Kaum Nabi Luth As. melakukan dosa besar yang tidak pernah dilakukan oleh umat-umat sebelumnya dari keturunan Nabi Adam As., yakni homoseksual (bercinta sesama jenis) dan tidak tertarik dengan lawan jenis. Mereka didakwahi agar beribadah, mentauhidkan dan meyakini keberadaan Allah Swt. namun enggan. Mereka dilarang agar tidak mengerjakan hal-hal yang diharamkan, berbuat keji dan kemungkaran, akan tetapi terus-menerus dalam kesesatan dan kezaliman.

Dengan hal tersebut, Allah Swt. menimpakan malapetaka kepada kaum Nabi Luth As., yang tidak dapat diduga dan diperhitungkan oleh mereka. Allah Swt. juga menjadikan mereka sebagai contoh dan Ibrah bagi orang-orang yang berakal setelahnya. Disebutkan dalam Al-Qur’an surah al-A’raf ayat 80-84,

وَلُوْطًا اِذْ قَالَ لِقَوْمِهٖٓ اَتَأْتُوْنَ الْفَاحِشَةَ مَا سَبَقَكُمْ بِهَا مِنْ اَحَدٍ مِّنَ الْعٰلَمِيْنَ ٨٠ اِنَّكُمْ لَتَأْتُوْنَ الرِّجَالَ شَهْوَةً مِّنْ دُوْنِ النِّسَاۤءِۗ بَلْ اَنْتُمْ قَوْمٌ مُّسْرِفُوْنَ ٨١ وَمَا كَانَ جَوَابَ قَوْمِهٖٓ اِلَّآ اَنْ قَالُوْٓا اَخْرِجُوْهُمْ مِّنْ قَرْيَتِكُمْۚ اِنَّهُمْ اُنَاسٌ يَّتَطَهَّرُوْنَ ٨٢ فَاَنْجَيْنٰهُ وَاَهْلَهٗٓ اِلَّا امْرَاَتَهٗ كَانَتْ مِنَ الْغٰبِرِيْنَ ٨٣ وَاَمْطَرْنَا عَلَيْهِمْ مَّطَرًاۗ فَانْظُرْ كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُجْرِمِيْنَ ࣖ ٨٤

Artinya: 

  1. Dan (kami telah mengutus) Luth, ketika ia berkata kepada kaumnya, “Mengapa kamu melakukan perbuatan keji, yang belum pernah dilakukan oleh seorang pun sebelum kamu (di dunia ini)?”
  2. Sungguh, kamu telah melampiaskan syahwatmu kepada sesama lelaki bukan kepada perempuan. Kamu benar-benar kaum yang melewati batas
  3. Dan jawaban kaumnya tidak lain hanya berkata, “Usirlah mereka (Luth dan pengikutnya) dari negerimu ini, mereka adalah orang yang menganggap dirinya suci”
  4. Kemudian kami selamatkan dia dan pengikutnya, kecuali istrinya. Dia (istrinya) termasuk orang-orang yang tertinggal.
  5. Dan kami hujani mereka dengan hujan (batu). Maka, perhatikanlah bagaimana kesudahan orang yang berbuat dosa itu.

Ayat tersebut menggambarkan kepada para pembaca, betapa bersikerasnya mereka dengan kekejian yang sedang mereka lakukan. Ketika Nabi Luth As. mendakwahi kaumnya itu untuk menyembah kepada Allah Swt. dan tidak menyekutukan-Nya, serta melarang mereka agar tidak melakukan perbuatan keji (homoseksual) seperti yang diterangkan pada ayat di atas. Namun mereka menolak, tidak seorang pun dari mereka beriman. Mereka enggan berhenti dari hal yang terlarang. Bahkan, mereka berniat untuk mengusir Rasul mereka.

Mereka meletakkan sesuatu yang terpuji pada tempat yang tercela dan menjadikan alasan untuk mengusir Nabi Luth As. bersama pengikutnya. Mereka didorong oleh sifat ingkar dan pembangkang, maka Allah Swt. mensucikan Nabi Luth As. kemudian mengeluarkannya bersama dengan pengikutnya dengan cara yang baik, kecuali istrinya. Lalu Allah Swt. menjadikan negeri tersebut bagaikan lautan yang bergelombang lagi menjijikkan. Pada dasarnya, lautan itu merupakan lahar yang menyala-nyala, panasnya menyengat dan airnya pahit lagi asin. 

Selain homoseksual, mereka juga senang mencuri, membegal, berkhianat, melakukan kemungkaran di perkumpulan-perkumpulan mereka, berupa ucapan maupun tindakan. Bahkan dalam suatu riwayat dikatakan, bahwa mereka sering adu kentut, satu dengan yang lain di majelis-majelis mereka, tanpa memiliki rasa malu dengan orang-orang yang hadir di tengah-tengah mereka. Ketika ada hajatan atau pesta, mereka melakukan hal-hal yang tercela tanpa ada yang melarang. Tidak memperdulikan orang yang menasihati mereka. Kalau boleh diumpamakan, mereka bagaikan binatang ternak, bahkan lebih sesat.

Mereka berkata kepada Nabi Luth As., sebagaimana diabadikan oleh Al-Qur’an dalam surah al-’Ankabut ayat 29,

ائْتِنَا بِعَذَابِ اللّٰهِ اِنْ كُنْتَ مِنَ الصّٰدِقِيْنَ 

Artinya: “Datangkanlah kepada kami azab Allah, jika engkau termasuk orang-orang benar!” 

Mereka meminta untuk disegerakan azab yang pedih dan bencana yang besar, sebagaimana yang dijanjikan oleh Nabi Luth As., seketika itu, Nabi Luth As. memohon kepada Allah Swt. agar diberikan pertolongan atas kaumnya yang berbuat kerusakan. Maka, Allah Swt. murka dengan kemurkaan Rasul-Nya, diijabahlah do’a yang dipanjatkan oleh Nabi Luth As. dengan mengirim utusan berupa para malaikat-malaikat yang gagah perkasa. Para malaikat itu sebelum sampai ke negeri Sodom, mereka melewati Nabi Ibrahim As. dan memberi kabar tentang maksud dari kedatangan mereka, tidak lain dan tidak bukan, yakni untuk menimpakan azab kepada kaum Nabi Luth As., disebutkan dalam surah Adz-Dzariyat ayat 31-34:

۞ قَالَ فَمَا خَطْبُكُمْ اَيُّهَا الْمُرْسَلُوْنَۚ ٣١ قَالُوْآ اِنَّآ اُرْسِلْنَآ اِلٰى قَوْمٍ مُّجْرِمِيْنَۙ ٣٢ لِنُرْسِلَ عَلَيْهِمْ حِجَارَةً مِّنْ طِيْنٍۙ ٣٣ مُّسَوَّمَةً عِنْدَ رَبِّكَ لِلْمُسْرِفِيْنَ ٣٤

Artinya:

  1. Dia (Ibrahim) bertanya, “Apa urusan pentingmu, wahai para utusan?”
  2. Mereka menjawab, “Sesungguhnya kami diutus kepada kaum yang berdosa (kaum Luth untuk menyiksanya)
  3. Agar kami menimpa mereka dengan batu-batu yang berasal dari tanah liat
  4. 34.  Yang ditandai oleh Tuhanmu untuk (membinasakan) orang-orang yang melampaui batas.”

Para malaikat yang menemui Nabi Ibrahim As., antara lain: Jibril, Mikail dan Israfil. Sebelum mereka beranjak pergi ke negeri Sodom, mereka sempat berdialog tentang azab yang akan diturunkan kepada kaum Nabi Luth As. tersebut, sedangkan di sana terdapat orang-orang yang beriman. Diriwayatkan dari Muhammad bin Ishaq, Bahwasanya Nabi Ibrahim As. bertanya, “Apakah kalian akan menghancurkan suatu desa, sedangkan di dalamnya terdapat tiga ratus orang yang beriman?” 

Para malaikat menjawab, “Tidak” 

Nabi Ibrahim As. berkata, “Dua ratus orang beriman?

Para Malaikat menjawab, “tidak”

Nabi Ibrahim As. berkata, “Empat puluh orang beriman?”

Para Malaikat menjawab, “Tidak”

Nabi Ibrahim As. menjawab, “Empat belas orang beriman?”

Para Malaikat menjawab, “tidak”

Sampai Nabi Ibrahim berkata, “Apakah kalian tidak melihat di dalam desa tersebut, terdapat satu orang?

Para malaikat menjawab, “tidak”

Sebagaimana tercantum di dalam Al-Qur’an, pada peristiwa tersebut Nabi Ibrahim As. berkata,

قَالَ اِنَّ فِيْهَا لُوْطًا ۗقَالُوْا نَحْنُ اَعْلَمُ بِمَنْ فِيْهَا ۖ لَنُنَجِّيَنَّهٗ وَاَهْلَهٗٓ اِلَّا امْرَاَتَهٗ كَانَتْ مِنَ الْغٰبِرِيْنَ

Artinya: Ibrahim berkata, “Sesungguhnya di kota itu ada Luth.” Mereka berkata, “Kami lebih tahu siapa yang ada di kota itu. Kami pasti akan menyelamatkan dia dan pengikut-pengikutnya, kecuali istrinya. Dia termasuk (orang-orang kafir) yang tertinggal.” 

Di kalangan Ahli Kitab, bahwasanya Nabi Ibrahim As. berkata “Wahai tuhanku, apakah engkau akan membinasakan suatu kaum, sedangkan di dalamnya terdapat lima puluh orang yang shalih?” sampai beliau mengerucutkan pertanyaannya hingga sepuluh orang yang shalih. Ketika itu, Allah Swt. berfirman “Aku tidak akan membinasakan suatu kaum, sedangkan di dalamnya terdapat sepuluh orang yang shalih.

Allah Swt. berfirman dalam Al-Qur’an surah Hud ayat 77,

وَلَمَّا جَاۤءَتْ رُسُلُنَا لُوْطًا سِيْۤءَ بِهِمْ وَضَاقَ بِهِمْ ذَرْعًا وَّقَالَ هٰذَا يَوْمٌ عَصِيْبٌ

Artinya: Ketika para utusan Kami (malaikat) itu datang kepada Luth, dia merasa gundah dan dadanya terasa sempit karena (kedatangan) mereka. Dia (Luth) berkata, “Ini hari yang sangat sulit.”

Dalam Tafsir Ibnu Katsir, kandungan ayat tersebut menyampaikan, bahwa Allah Swt. mengabarkan tentang kedatangan utusan-Nya dari kalangan malaikat, setelah apa yang telah mereka sampaikan kepada Nabi Ibrahim As. tentang akan dibinasakannya kaum Nabi Luth As. di malam hari. Setelah selesai urusan bersama Nabi Ibrahim, Mereka berpisah, para malaikat langsung bergegas ke tempatnya kaum Nabi Luth As. dengan sosok pemuda yang tampan rupawan, untuk dijadikan sebagai ujian atas kaum Nabi Luth As. sekaligus menjadi hujjah bagi diri mereka. 

Para malaikat tersebut kemudian bertamu kepada Nabi Luth As. ketika matahari tenggelam. Nabi Luth As. takut, jika beliau tidak menerima tamu tersebut maka akan didahului oleh orang lain, karena menganggap mereka adalah manusia biasa. Nabi Luth As. juga memiliki ujian yang berat malam itu, beliau harus melindungi para tamu dari kaumnya, sebagaimana yang sering mereka lakukan kepada orang lain. Bahkan, kaum Nabi Luth As. telah sepakat dengannya untuk tidak menerima tamu seorang pun.

Allah Swt, berfirman

وَجَاۤءَهٗ قَوْمُهٗ يُهْرَعُوْنَ اِلَيْهِۗ وَمِنْ قَبْلُ كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ السَّيِّاٰتِۗ قَالَ يٰقَوْمِ هٰٓؤُلَاۤءِ بَنَاتِيْ هُنَّ اَطْهَرُ لَكُمْ فَاتَّقُوا اللّٰهَ وَلَا تُخْزُوْنِ فِيْ ضَيْفِيْۗ اَلَيْسَ مِنْكُمْ رَجُلٌ رَّشِيْدٌ

Artinya: Kaumnya bergegas datang menemuinya. Sejak dahulu mereka selalu melakukan perbuatan-perbuatan keji. Luth berkata, “Wahai kaumku, inilah putri-putri (negeri)-ku. Mereka lebih suci bagimu (untuk dinikahi). Maka, bertakwalah kepada Allah dan janganlah kamu mencemarkan (nama)-ku di hadapan tamuku ini. “Tidak adakah di antaramu orang yang berakal sehat?”

Nabi Luth As. menuntun mereka agar mendatangi istri-istri mereka yang secara syari’at merupakan puteri-puteri Nabi Luth As. Karena, kedudukan seorang Nabi bagi umatnya ibarat seorang bapak bagi anak-anaknya.

Nabi Luth As. memerintahkan agar mereka menggauli istri-istri mereka dan memperingatkan mereka agar tidak terus-menerus di jalan kesesatan. Meskipun demikian, mereka tidak pernah memperdulikan larangan yang sering diutarakan oleh Nabi Luth As. namun malah sebaliknya, mereka semakin menjadi-jadi untuk mendapatkan tamu tersebut. Mereka tidak mengetahui bencana apa yang sedang menunggunya di pagi hari.

Para malaikat memerintahkan Nabi Luth As. dan keluarga yang beriman untuk keluar dari kampung tersebut di akhir malam dan ketika di perjalanan, mereka dilarang untuk menoleh ke belakang. Sebagaimana firman Allah Swt.,

 وَلَا يَلْتَفِتْ مِنْكُمْ اَحَدٌ 

Artinya: “Jangan ada seorang pun di antara kamu yang menoleh ke belakang” (QS. Hud: 81)

Yakni, ketika mereka mendengar suara gemuruh azab yang menimpa kaumnya dan para malaikat memerintahkan agar Nabi Luth berjalan paling belakang, seolah-olah menjadi orang yang menggiring orang-orang yang sedang bersamanya. Ketika mereka berhasil menjauh dari negeri tersebut dan ketika matahari mulai terbit, para malaikat menimpakan azab yang tidak bisa ditangguhkan.

Kalangan ahli kitab mengatakan, bahwa para malaikat memerintahkan mereka untuk mendaki gunung dan menjauh dari tempat kaumnya. Namun Nabi Luth As. meminta kepada para malaikat untuk diizinkan mencari perkampungan terdekat. Para malaikat berkata, “Pergilah, kami akan menunggu sampai kalian datang ke kampung tersebut dan menetap di sana, setelah itu kami akan timpakan azab kepada kaummu”

Allah Swt. berfirman dalam Al-Qur’an Surah Hud ayat 82-83,

فَلَمَّا جَاۤءَ اَمْرُنَا جَعَلْنَا عَالِيَهَا سَافِلَهَا وَاَمْطَرْنَا عَلَيْهَا حِجَارَةً مِّنْ سِجِّيْلٍ مَّنْضُوْدٍ ٨٢ مُسَوَّمَةً عِنْدَ رَبِّكَۗ وَمَا هِيَ مِنَ الظّٰلِمِيْنَ بِبَعِيْدٍ ࣖ ٨٣

Artinya:

  1. Maka, ketika keputusan (azab) Kami datang, Kami menjungkirbalikkannya (negeri kaum Luth) dan Kami menghujani mereka dengan batu dari tanah yang terbakar secara bertubi-tubi.
  2. (Batu-batu itu) diberi tanda dari sisi Tuhanmu. Siksaan itu tiadalah jauh dari orang yang zalim.

Mereka mengatakan, bahwa Jibril menghancurkan perkampungan mereka yang berjumlah 7 tempat dengan ujung sayapnya. Ada yang mengatakan, bahwa jumlah mereka adalah 400 orang. Ada pula yang mengatakan, bahwa jumlah mereka ialah 4000 orang, ditambah dengan hewan-hewan. Daerah-daerah di sekitar tempat tersebut juga ikut terkena imbasnya.

Ada pendapat yang mengatakan, bahwa perkampungan di sekitar Sodom ada 4: Shob’ah, Sho’roh, ‘Amroh dan Duma. Dan perkampungan yang paling besar ialah kampung Sodom.

Mereka semua dinaikkan ke langit, sampai-sampai para malaikat mendengar suara seperti ayam berkokok dan gonggongan anjing. Kemudian, dibalik dan ditimpakan ke bumi, sehingga yang semula di atas menjadi di bawah. Dikatakan bahwa yang paling awal jatuh ialah para pemuka dari kaum Nabi Luth As.

Allah Swt. Membalikkannya dan mengangkatnya dengan posisi terbalik kemudian menghujani mereka dengan batu dari sijjil yang turun secara bertubi-tubi. Sijjil  merupakan bahasa Persia yang dimasukkan dalam bahasa Arab yang berarti sangat keras. Di setiap sisi batu-batuan tersebut terdapat nama orang yang akan ditimpa dengannya. Baik yang ada di kota tersebut di tengah perjalanan atau pun berada di perantauan.

Sebuah pendapat mengatakan bahwa istri Nabi Luth As. ikut binasa dengan kaumnya. Ada pula yang mengatakan bahwa ia ikut bersama suaminya, Nabi Luth As. dan kedua anaknya. Akan tetapi, setelah mendengar suara gemuruh dan mengetahui bahwa kaumnya telah hancur dibinasakan, ia menoleh dan mengingkari perintah tuhannya. Seraya berkata, “Aduhai kaumku!” maka ada sebuah batu yang menimpa kepalanya dan mengumpulkannya dengan kaumnya. Sebab ia menjadi mata-mata atas tamu-tamu Nabi Luth dan ia berada di atas agama kaum tersebut.

Allah Swt. berfirman dalam Al-Qur’an surah At-Tahrim ayat 10,

ضَرَبَ اللّٰهُ مَثَلًا لِّلَّذِيْنَ كَفَرُوا امْرَاَتَ نُوْحٍ وَّامْرَاَتَ لُوْطٍۗ كَانَتَا تَحْتَ عَبْدَيْنِ مِنْ عِبَادِنَا صَالِحَيْنِ فَخَانَتٰهُمَا فَلَمْ يُغْنِيَا عَنْهُمَا مِنَ اللّٰهِ شَيْـًٔا وَّقِيْلَ ادْخُلَا النَّارَ مَعَ الدّٰخِلِيْنَ ١٠

Artinya: Allah membuat perumpamaan bagi orang-orang yang kufur, yaitu istri Nuh dan istri Luth. Keduanya berada di bawah (tanggung jawab) dua orang hamba yang saleh di antara hamba-hamba Kami, lalu keduanya berkhianat kepada (suami-suami)-nya. Mereka (kedua suami itu) tidak dapat membantunya sedikit pun dari (siksaan) Allah, dan dikatakan (kepada kedua istri itu), “Masuklah kamu berdua ke neraka bersama orang-orang yang masuk (neraka).”

Yakni, keduanya berkhianat kepada suami mereka dalam hal agama dan mereka enggan mengikuti suami mereka. Istri Nabi Nuh As. dan Istri Nabi Luth As. dalam hal ini tidak dimaksud melakukan sesuatu yang keji (zina), karena itu tidak mungkin. Sesungguhnya Allah Swt. mustahil menjadikan istri seorang nabi berbuat zina. Seperti yang dikatakan oleh Ibnu Abbas, ulama mutaqaddimin dan ulama mutaakhirin, “Istri seorang nabi tidak akan pernah berbuat zina” siapa saja yang berpendapat seperti itu, maka ia salah besar.

Demikianlah, sedikit kisah tentang Kaum Nabi Luth As. atau Kaum Sodom. Mereka yang berbuat keji dengan  homoseksual, disapu habis dari muka bumi, serta seluruh kemungkaran yang mereka ciptakan.

Tulisan ini, hanya memuat sebagian kecil dari kisah kaum tersebut. Jika ingin mengulas lebih jauh dan detail, maka alangkah baiknya membuka sumber sejarah, karya ulama salaf ash-shalih. Wallahua’lam

Referensi:

Ibnu Katsir. Qashash al-Anbiya. Kairo: Dar ath-Thaba’ah wa an-Nasyr al-Islamiyah. 1997

Ibnu Hajar al-Astqalani. Tuhfah an-Nubala’ min Qashash al-Anbiya. Kairo: Maktabah al-Thabi’in. 1998

Sa’id Abdul Azhim. ‘Azhat wa ‘Ibrun fii Qashash al-Anbiya’. Alexandria: Dar al-Iman. 2002

Ibnu Katsir. Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim. Beirut: Dar al-Kutub al-Islamiyah. 1998

Muhammad bin Jarir At-Thabrani. Tarikh al-Umam wa al-Muluk. Beirut: Dar al-Kutub al-Islamiyah. 2012

Kontributor: Muhaimin Yasin, Semester II

Leave a Reply