Beberapa Amalan yang Dianjurkan di Malam dan Hari Raya Idul Fitri

Beberapa Amalan yang Dianjurkan di Malam dan Hari Raya Idul Fitri

MAHADALYJAKARTA.COM – Hari raya Idul Fitri merupakan momen seluruh umat Islam bersuka cita menyambut hari kemenangan. Namun, Islam juga mengajarkan tentang beberapa hal agar kita mengisi saat-saat lebaran tersebut dengan gembira tapi juga bernilai ibadah.

  • Perbanyak Baca Takbir

Diriwayatkan bahwa Rasulullah Saw. mengumandangkan takbir pada malam terakhir Ramadhan hingga pagi hari satu Syawal. Hal ini sesuai dengan apa yang difirmankan Allah Swt dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat

: وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللهَ

Artinya, “Dan sempurnakanlah bilangan Ramadhan, dan bertakbirlah kalian kepada Allah”. (QS. Al-Baqarah: 185).

Rasulullah Saw bersabda:

اكثروا من التكبير ليلة العيدين فانهم يهدم الذنوب هدما

“Perbanyaklah membaca takbiran pada malam hari raya (fitri dan adha) karena hal dapat melebur dosa-dosa.”

Berikut lafal takbiran yang singkat dan lebih umum:

 اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لَا إلٰهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ الْحَمْدُ

Allahu akbar (3x), laa ilaaha illallaahu wallahu akbar, allahu akbar

  • Mandi sunnah Idul Fitri

Menurut Syekh Sulaiman Al-Bujairimi dalam kitab Tuhfah al-Habib ‘Ala Syarh al-Khathib, mandi sunnah Idul Fitri ini lebih utama dilakukan setelah terbit fajar. Ini lafal niat mandi sunnah Idul Fitri:

  نَوَيْتُ غُسْلَ عِيْدِ الْفِطْرِ سُنَّةً لِلهِ تَعَالَى

Nawaitu ghusla ‘idil fithri sunnatan lillahi ta’ala

“Aku niat mandi Idul fitri, sunnah karena Allah ta’ala.”

  • Berhias dan Memakai pakaian terbaik

Hal itu sebagaimana pendapat Syekh Sa‘id bin Muhammad Ba‘asyin dalam Busyral Karim, “Seseorang dianjurkan mengenakan wewangian dan berhias sebagaimana keterangan telah lalu pada bab Jumat. Tetapi di sini seseorang dianjurkan mengenakan pakaian terbaiknya meskipun bukan warna putih. Tetapi ketika pakaian putih dan bukan berwarna putih sama baiknya, maka mengenakan pakaian putih lebih utama di hari Id. Hari Id berbeda dengan hari Jumat. Maksud hari Id adalah menampakkan nikmat Allah. Karenanya mengenakan pakaian terbaik itu lebih utama. Sedangkan tujuan hari Jumat adalah menampakkan kesempurnaan karena itu mengenakan pakaian putih itu yang terbaik.

Kesunnahan berhias ini berlaku bagi siapapun, meski bagi orang yang tidak turut hadir di pelaksnaan shalat Idul Fitri. Khusus bagi perempuan, anjuran berhias tetap harus memperhatikan batas-batas syariat, seperti tidak membuka aurat, tidak mempertontonkan penampilan yang memikat laki-laki lain yang bukan mahramnya dan lain sebagainya. (Syekh Zakariyya al-Anshari, Asna al-Mathalib, juz 1, hal. 281).

  • Makan sebelum shalat Idul Fitri

Salah satu hari yang diharamkan berpuasa adalah hari raya Idul Fitri. Bahkan, dalam kitab-kitab fiqih disebutkan bahwa berniat tidak puasa pada saat hari Idul Fitri itu pahalanya seperti orang yang sedang puasa di hari-hari yang tidak dilarang.

Sebelum shalat Idul Fitri, Rasulullah Saw. biasa memakan kurma dengan jumlah yang ganjil; tiga, lima, atau tujuh. Dalam sebuah hadist disebutkan bahwa:

“Pada waktu Idul Fitri Rasulullah Saw. tidak berangkat ke tempat shalat sebelum memakan beberapa buah kurma dengan jumlah yang ganjil.” (HR. Ahmad dan Bukhari)

  • Berjalan menuju tempat shalat Id

مِنْ السُّنَّةِ أَنْ يَخْرُجَ إلَى الْعِيدِ مَاشِيًا

“Termasuk sunnah Nabi adalah keluar menuju tempat shalat Id dengan berjalan.” (HR al-Tirmidzi dan beliau menyatakannya sebagai hadits Hasan)

  • Menunaikan zakat fitrah

“Pembayaran zakat fitrah sebelum shalat Id lebih utama. Hikmah di balik itu bertujuan agar orang fakir yang menerimanya tidak melalaikan shalat Id karena sibuk mengemis untuk mencukupi kebutuhannya,” demikian penjelasan Syekh Sulaiman An-Nuri dan Syekh Alawi Abbas Al-Maliki dalam kitab Ibanatul Ahkam.

  • Bersilaturahmi

Tradisi silaturahmi saling mengunjungi saat hari raya Idul Fitri sudah ada sejak zaman Rasulullah Saw. Ketika Idul Fitri tiba, Rasulullah Saw mengunjungi rumah para sahabatnya. Begitu pun para sahabatnya. Pada kesempatan ini, Rasulullah Saw. dan sahabatnya saling mendoakan kebaikan satu sama lain. Sama seperti yang dilakukan umat Islam saat ini. Datang ke tempat saudara dengan saling mendoakan.

  • Bersedekah

Hal ini sudah menjadi tradisi, yaitu bagi bagi ampau, THR atau hampers lebaran. Imam As-Suyuthi dalam kitab Khumasi dan dikutip Sayyid Abdurrohman bin Muhammad dalam kitab Bughyatul Musytarsyidin, menjelaskan tentang berbagai macam pahala bersedekah, di antaranya:

  • Pahala 10 kali lipat yaitu bersedekah kepada orang yang sehat wal afiyat;

  • Pahala 90 kali lipat yaitu bersedekah kepada orang buta dan yang terkena musibah;

  • Pahala 900 kali lipat yaitu bersedekah kepada kerabat yang membutuhkan;

  • Pahala 100 ribu kali lipat yaitu bersedekah kepada kedua orang tua;

  • Pahala 900 ribu kali lipat yaitu bersedekah kepada ulama atau fuqaha.

Disadur dari: kemenag.co.id, nuonline

Editor: Dalimah NH

Leave a Reply