Peran Khadijah dibalik Perjuangan Rasulullah saw

Peran Khadijah dibalik Perjuangan Rasulullah saw

Review Diskusi Ilmiah Lintas Sejarah

Ahad, 25 Agustus 2019

Ma’had Aly – Pembahasan kali ini sangat menarik bagi kaum perempuan, karena sosok yang satu ini merupakan orang yang sangat terkenal, seorang istri yang tangguh dan menjadi suri tauladan yang baik bagi kaum perempuan, yaitu Khadijah ra. binti Khuwailid.

Khadijah ra. binti Khuwailid merupakan istri Rasulullah saw. yang setia menemani beliau semasa hidupnya. Sosok perempuan yang mandiri serta tidak pernah menuntut apapun dari Rasul.  khadijah juga orang yang pertama kali masuk Islam dan orang yang pertama kali mempercayai kenabian Rasulullah saw. Sebagai istri pertama dari nabi Muhammad saw. dirinya menjadi panutan yang paling utama dan paling baik dalam mencintai suami, selalu mengutamakan kepentingan suami daripada kepentingan diri sendiri. Contohnya: pertama, ketika Muhammad mengharapkan Zaid bin Haritsah, maka dihadiahkanlah ia oleh Khadijah ra. kepada Nabi Muhammad saw. Kedua, ketika Muhammad ingin mengambil dan membawa salah satu putra pamannya, Abu Thalib, untuk tinggal bersamanya, tanpa ada keraguan Khadijah menyetujui keinginan Nabi. Kemudian menyediakan satu ruangan bagi Ali bin Abi Thalib agar dia dapat secara langsung mencontoh akhlak dan pekerti yang paling mulia dari Muhammad saw.

Ketika di gua Hira datang Malaikat Jibril menyampaikan wahyu kepada Nabi Muhammad saw. karena sebelumnya Nabi Muhammad belum pernah mengalami kejadian tersebut, tubuh Muhammad bergetar hebat dan menglami demam dengan langkah tertatih dan sisa tenaga yang seakan terkuras habis, Nabi Muhammad berjalan menuju ke rumahnya di antara kegelapan fajar. Sesampainya di rumah ia memanggil Khadijah ra. dalam keadaan khawatir dan menggigil seraya berkata, “Selimutilah aku, selimutilah aku”.

Melihat keadaan Rasul yang sangat mengagetkan dan mengkhawatirkan, Khadijah ra. segera mendekap Rasulullah dengan lembut dan berusaha menenangkan hati suami yang ditaatinya. Khadijah ra. pantas dijadikan sebagai figur tauladan bagi seluruh istri yang pernah, sedang dan akan ada, apalagi kita sebagai seorang santri. Beliau berjuang sekuat tenaga untuk mengumpulkan mozaik-mozaik ketenangan yang sempat terpecah ketika Rasulullah datang dalam keadaan seperti itu. Setelah tenang, Rasulullah menceritakan kepada Khadijah ra. apa yang telah dialaminya. Rasulullah mengutarakan kekhawatirannya bahwa apa yang terjadi padanya adalah semacam ilusi yang biasa dialami oleh para penyihir atau tanda-tanda awal dari kegilaan.

Khadijah dengan lembut berkata kepada Rasulullah, “Wahai suamiku, demi Allah, Tuhan tidak akan mengecewakanmu karena sesungguhnya engkau adalah orang yang selalu memupuk dan menjaga kekeluargaan serta sanggup memikul tanggug jawab. Dirimu dikenal sebagai penolong kaum yang sengsara, sebagai tuan rumah yang menyenangkan tamu, ringan tangan dalam memberi pertolongan, selalu berbicara benar dan setia kepada amanah. Bergembiralah dan tentramkanlah hatimu. Demi Allah swt. yang menguasai diri Khadijah ra., engkau ini benar-benar akan menjadi Nabi utusan Allah bagi umat kita.” Sehingga sangat pantaslah beliau ini menyandang sebagai Umahatul Mukminin, sebagai contoh teladan bagi seorang istri, dan penyabar. Kali ini membuat Audien penasaran dengan sosok Khadijah ra. ini.

Pertanyaan pertama dari Syahrul Rido, semester 1: Apa keistimewaan Khadijah ra. dari istri Rasul yang lain? dan Bagaimana para santriwati agar bias menjadi Khadijah ra.-Khadijah di Era Milenial?

Narasumber menjawab bahwa Khodijah menjadi seorang yang istimewa dari istri-istri Nabi yang lain karena beliau adalah sosok yang pertama kali mempercayai agama Rasulullah, sosok yang setia menemani perjuangan dakwah Rasul dengan kesabarannya, ketenangannya, sehingga semasa hidupnya tidak pernah dimadu oleh Rasulullah saw., dan sering membuat Aisyah cemburu jika Rasul membicarakan Khadijah ra. didepannya. Nah, sebagai santriwati agar menjadi Khadijah di era milenial ini, cukup dengan setia kepada suaminya, menjadi ibu yang baik bagi anak-anaknya, menjadi istri yang baik untuk suaminya, menjadi istri yang mampu memegang dan mengelola perekonomian rumah tangganya, sehingga tidak ada alasan apapun bagi suaminya untuk mencari yang lain jika didalam rumah tangganya terpenuhi.

Pertanyaan kedua dari Nurkholis wahidah semester 3: Bagaimana bisa Khadijah ra. memiliki 6 anak, sementara menikah dengan Rasul pada usia 40 tahun dan tergolong usia menopause?

Narasumber menjawab ketika Khadijah ra. menikah dengan Rasul pada usia 40 tahun. Saat ini pun masih banyak ibu yang mampu melahirkan pada usia tersebut, sedangkan umur Khadijah ra. hidup bersama Nabi hanya sampai 65 tahun. Jadi, selama 25 tahun beliau menikah mempunyai anak 6 itu memang bukan hal yang aneh. Bahkan orang-orang zaman dulu, usia segitu masih terbilang sehat, berbeda dengan kehidupan sekarang, banyak faktor yang memengaruhi kesehatan dari mulai makanan yang dikonsumsi, pola hidup yang tidak teratur, ini bisa berpengaruh pada kesehatan. (Mila)

 

Leave a Reply