Review Buku Biografi Abul Hasan Al-Asy’ari

Review Buku Biografi Abul Hasan Al-Asy’ari

Judul : Biografi Abul Hasan al-Asy’ari

Penulis : Dr. Abdul Qadir Muhammad al-Husain

Penerbit : PT. Qaf Media Kreativa

Asli dari : Jakarta

Cetakan : Edisi Kedua 2020

Tebal : 184 halaman 

Buku biografi “Abul Hasan al-Asy’ari” karya Dr. Abdul Qadir Muhammad Al-Husain adalah sebuah karya yang menggali dan mengulas secara mendalam kehidupan dan pemikiran salah satu tokoh terkemuka dalam sejarah pemikiran Islam. Al-Asy’ari dikenal sebagai ulama berpengaruh dalam bidang aqidah dan teologi Islam, dengan kontribusi yang sangat dihargai. Dr. Abdul Qadir memberikan gambaran komprehensif tentang kehidupan, karya, dan warisan intelektual al-Asy’ari, termasuk latar belakang, pendidikan, perjalanan hidup, serta relevansi pemikirannya dalam konteks dunia Islam kontemporer.

Namun, buku ini memiliki kekurangan, yaitu penulis sering mengutip pandangan dari sumber-sumber klasik tanpa menjelaskan secara mendetail maksud dari pandangan tersebut. Meskipun demikian, penulis telah menuliskan maksud dari pandangan-pandangan tersebut dengan pembahasan yang rinci dan mudah dipahami. Pembaca akan dibawa untuk memahami pemikiran al-Asy’ari tentang aqidah dan teologi Islam, serta kontribusi-kontribusinya yang masih signifikan dalam kajian ilmu agama. Penulis menyajikan informasi secara jelas dan sistematis, memungkinkan pembaca meresapi kearifan dan filosofi al-Asy’ari.

Di dalam buku ini juga disebutkan bahwa Imam Abu Hasan al-Asy’ari merupakan seorang ulama Salaf al-Salih yang hidup pada abad ketiga, yang dikenal sebagai abad terbaik yang disaksikan oleh Rasulullah. Akhir abad ini merupakan masa akhir Salaf al-Shalih. Imam Hasan al-Asy’ari adalah salah satu dari mereka, bahkan salah seorang imam besar. Mereka belajar ilmu karena Allah dan mengamalkannya demi keridhaan-Nya, bukan untuk dunia, popularitas, atau keagungan. Mereka adalah orang-orang yang benar-benar takut kepada Allah Swt.

Baca juga:

Sulaiman The Word’s Greatest Kingdom History

Hitam Putih Jawa Sunda: Menelisik Perang Bubat Sebagai Fakta atau Dusta

Ajaran Kiai Gontor

Al-Asy’ari adalah seorang toHitam Putih Jawa Sunda: Menelisik Perang Bubat Sebagai Fakta atau Dustakoh yang membela Islam, menggunakan argumen kuat untuk meluruskan kekufuran dan filsafat sesat. Meskipun dibesarkan di lingkungan Mu’tazilah, dengan ayah tiri sebagai ulama besar Mu’tazilah, al-Asy’ari belajar dengan beliau sejak kecil. Sehingga, beliau mengetahui prinsip-prinsip dan pemikiran Mu’tazilah sebelum beliau dewasa. Syekh Abu Hasan al-Asy’ari menjadi seorang yang sangat berpengalaman dalam paham Mu’tazilah, menguasai pandangan mereka hingga mendapatkan kedudukan terhormat di kalangan mereka. Kedudukan tinggi ini bukan hanya karena latar belakangnya, tetapi juga karena kecerdasannya dan reputasinya sebagai pencari kebenaran tanpa fanatisme.

Ketika al-Asy’ari menginjak usia empat puluh tahun, beliau mencari kebenaran seraya berlindung meminta pertolongan kepada Allah Swt. Abu Hasan al-Asy’ari tak henti-hentinya meminta perlindungan kepada Allah Swt hingga Allah Swt., memberikan pemahaman atas kebenaran itu. Kebenaran tampak jelas di hadapannya. Diceritakan bahwa suatu malam hati beliau merasakan sesuatu keyakinan yang beliau pegang. “Aku bangun dan shalat dua rakaat seraya memohon agar Allah menunjukkan jalan yang lurus.” Setelah itu, al-Asy’ari tidur dan bermimpi bertemu Rasulullah Saw. Dalam mimpi tersebut beliau mengadu dengan Rasulullah Saw., tentang apa yang sedang dialaminya. Kemudian Rasulullah bersabda, “Berpeganglah dengan sunnahku.” Saat itu, Sang Imam langsung terbangun dan mulai meninjau kembali masalah-masalah kalam sesuai dengan yang ia temukan dalam Al-Qur’an dan Sunnah. Sejak saat itu, Syekh Abu Hasan al-Asy’ari beralih ke madzhab Ahlu as-Sunnah wa al-Jamaah.

Imam Ahlu as-Sunnah, yang dikenal dengan kewara’annya, ketakwaannya, dan rasa malu yang mendalam, selalu menundukkan pandangan dari perkara-perkara yang diharamkan oleh Allah dan sangat giat mempersiapkan bekal untuk akhirat. Dalam buku ini disebutkan bahwa Abu Imran Musa ibn Ahmad ibn ‘Ali mendengar ayahnya berkata, “Aku mengabdi kepada Imam Abul Hasan al-Asy’ari di Basrah selama beberapa tahun dan bergaul dengannya di Baghdad sampai beliau wafat. Aku belum pernah melihat orang yang lebih wara’, menjaga pandangan, dan lebih pemalu dalam urusan dunia serta lebih giat dalam urusan akhirat selain Imam Abul Hasan al-Asy’ari.”

Di samping pandangan yang menyatakan bahwa akidah Imam al-Asy’ari adalah akidah Ahlu as-Sunnah, buku ini juga memuat pujian dari sejumlah imam lain yang mengungkap kebersihan akidahnya dan keluhuran derajatnya. Imam al-Asy’ari memiliki perhatian besar dalam melahirkan karya untuk membela Ahlul Haq. Karya-karyanya yang beragam berhasil dihimpun oleh para pembela madzhabnya dan diserap oleh kawan serta pengikutnya. Meski tulisan ini ringkas, sulit mengungkap semua karyanya yang berjumlah lebih dari dua ratus kitab. Beberapa di antaranya adalah Tafsir Al-Qur’an wa al-Radd ‘ala’ Man Khalafa al-Bayan min Ahl al-Ifk wa al-Buhtan, Al-Ijtihad fi al-Ahkam, Jumal al-Maqolat, dan masih banyak lagi.

Baca juga:

Islam di Asia Tengah: Sejarah, Peradaban, dan Kebudayaan

Review Kitab “Syifa’ as-Saqim: Kitab Hadis untuk Hafalan Satu Tahun”

Namun, sebagian besar karya monumental Imam al-Asy’ari hilang begitu saja. Ada sumber yang menyebutkan bahwa al-Shahib ibn Ibad dari al-Mu’tazilah berusaha membakar satu-satunya salinan kitab-kitab itu dari perpustakaan Darul Khilafah dengan memberi suap sebesar 10.000-dinar kepada penjaga perpustakaan. Meskipun begitu, pengajaran al-Asy’ari dan metodenya dalam tafsir tetap lestari, disebarkan oleh pengikutnya di kalangan ulama yang mumpuni hingga mencapai kita tanpa dicemari oleh pemalsuan.

Meskipun Abu Hasan al-Asy’ari telah tiada, namanya tetap abadi karena beliau dihormati oleh kaum Muslim dan senantiasa diridai oleh Allah Swt. Meskipun hidup dalam kesederhanaan, beliau tetap menjaga martabatnya dan mengarahkan dunianya hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup, sambil memfokuskan diri untuk meraih rida Allah Swt., serta mempertahankan agama Islam. Di puncak kehidupannya, Abu Hasan al-Asy’ari bertujuan menyatukan umat Muslim dalam manhaj yang moderat dan seimbang. Buku ini cocok untuk pembaca yang ingin mendalami pemikiran ulama klasik Islam, khususnya dalam bidang aqidah dan teologi. Dengan gaya penulisan yang akademis namun tetap mudah dipahami, buku ini berhasil secara mendalam menggambarkan sosok al-Asy’ari dan pentingnya kontribusinya dalam sejarah pemikiran Islam. Penulisnya berhasil menciptakan karya yang tidak hanya informatif tetapi juga memberi inspirasi kepada pembaca yang ingin memahami lebih dalam warisan intelektual Islam melalui pemikiran al-Asy’ari.

Kontributor: Nur Afdathul Khoiriyah, Semester IV

Editor: Siti Yayu Magtufah

Leave a Reply