Review Kitab Syifa’ as-Saqim: Kitab Hadis untuk Hafalan Satu Tahun

Review Kitab Syifa’ as-Saqim: Kitab Hadis untuk Hafalan Satu Tahun

Nama Kitab : Syifa’ as-Saqim fii Ahadits al-Munqidz al-Azhim Salla Allahu alaihi wa sallam

Penulis : Habib Muhammad bin Abdullah al-Haddar

Tebal : 128 Halaman

Terbit : Cetakan pertama, 2019

Penerbit : Darul Hawi, Beirut dan Darus Sanabil, Damaskus

Hadis secara definitif merupakan segala bentuk perkataan, perbuatan, ketetapan dan kondisi Nabi Muhammad saw. Ulama menjadikannya sebagai sumber rujukan hukum syariat kedua setelah Al-Qur’an. Pada dasarnya, Al-Qur’an adalah mukjizat agung yang menggunakan gaya bahasa dengan sastra tinggi, tergolong global, dan masih terbilang sukar dalam menjelaskan maknanya, membutuhkan perincian konkret untuk bisa memahaminya secara utuh. Sehingga terkadang hadis hadir sebagai perinci, untuk menjelaskan kandungannya secara lengkap. 

Sebagai umat Islam yang ingin terjun dalam dunia dakwah atau hanya ingin memperdalam ilmu agama, tentu saja mempelajarinya adalah sebuah kewajiban. Ulama telah banyak menerbitkan karya-karya produktif yang bisa dijadikan sebagai referensi. Berfokus pada bidang penulisan hadis baginda Nabi saw., produk ulama yang paling terkenal adalah al-Kuttub as-Sittah (enam kitab hadis), yakni kitab Shahih Bukhari, Shahih Muslim, Sunan Tirmidzi, Sunan Abu Daud, Sunan an-Nasa’i dan Sunan Ahmad. 

Selain itu juga, banyak kitab-kitab hadis terkemuka yang ditulis oleh ulama besar, seperti Musnad Abu Hanifah karya Imam Abu Hanifah (w. 150H), Al-Muwatha’ karya Imam Malik bin Anas (w. 179H), Musnad as-Syafi’i karya Imam Syafi’i (w. 204H) dan lain sebagainya.

Seiring berjalannya waktu, penulisan hadis mengalami proses perkembangan panjang yang sangat signifikan. Hal ini dibuktikan dengan beberapa karya dengan corak, hiasan kreativitas para ulama pembaharu. Ada yang menulis kumpulan hadis, dengan hanya mencantumkan hadis Qudsi dan menjadi sebuah kitab. Ada yang mengkhususkan tulisannya tentang bahasan fadhilah berbakti kepada orang tua, ada yang mengkhususkan tentang bentuk kepribadian, sifat, kondisi fisik Nabi Muhammad saw. dan karya-karya produktif lainnya. 

Dalam diskursus ilmu yang lain, ulama berlomba-lomba berkreasi menciptakan maha karya dalam bidang kepenulisan. Dengan tujuan untuk mempermudah penyampaian informasi ilmiah kepada generasi setelahnya. Begitupun dalam bidang hadis, hal semacam ini banyak dikembangkan oleh ulama, bertujuan untuk mempermudah kaum muslimin menghafal dan mengamalkan hadis. Dengan kearifan dan kreativitas ulama terdahulu, lahir juga berbagai karya produktif, salah satunya adalah kitab Al-Arba’un, kitab yang berisi 40 hadis nabi Muhammad saw.

Setidaknya ada beberapa kitab ringkas semacam ini, seperti Al-Arba’un min Riwayat Malik ‘anNafi’ karya Imam Suyuthi (w. 911), Al-Arba’un An-Nawawi Karya Imam Nawawi (w. 676), Al-Arba’un Haditsan karya Syekh Yasin al-Fadani (w. 1410H) dan lain sebagainya. 

Kreativitas-kreativitas ulama muslim tidak pernah ada habisnya. Selalu ada penemuan luar biasa untuk mencerdaskan umat hingga saat ini. Baik dalam urusan agamawi maupun duniawi. Tidak kalah dengan ilmuwan barat. Selalu ada inovasi-inovasi terbarukan dalam bidang ilmiah.

Baca juga:

Sulaiman The Word’s Greatest Kingdom History 

Hitam Putih Jawa Sunda: Menelisik Perang Bubat Sebagai Fakta atau Dusta

Ajaran Kiai Gontor

Mengenal Kitab Syifa’ as-Saqim

Kitab Syifa’ as-Saqim mungkin terdengar sedikit asing di sebagian masyarakat Islam Indonesia, apabila dibandingkan dengan kitab sekelas al-Arba’un an-Nawawi yang sering dikaji dan masuk ke dalam kurikulum pendidikan di berbagai pondok pesantren

Kitab yang bernama lengkap Syifa’ as-Saqim fii Ahadits al-Munqidz al-Azhim Salla Allahu alaihi wa sallam ini merupakan sebuah karya dalam khazanah warisan kepenulisan hadis dari Habib Muhammad bin Abdullah al-Haddar (wafat 1418H).

Habib Muhammad bin Abdullah al-Haddar merupakan ulama sekaligus mufti negeri Baidha, Yaman dan salah seorang guru dari Habib Umar bin Hafidz. Beliau juga merupakan pendiri Ribath al-Haddar, sebuah lembaga pendidikan yang berfokus pada pengembangan ilmu syariat.

Selanjutnya, naskah yang dituliskan oleh Habib Muhammad al-Haddar ini, berisikan kumpulan hadis-hadis Nabi Muhammad saw., yang disusun dengan gaya dan kemasan yang unik. Terdapat kreativitas ide menarik dalam metode penulisannya. 

Salah satunya, pengarang mencantumkan hadis nabi Muhammad saw., dalam kitab tersebut sesuai dengan bilangan hari selama setahun, yakni berjumlah 360 hari. Kemudian, struktur urutan hadis disusun sesuai dengan runtutan huruf Hijaiyah (abjad Arab), mulai dari huruf alif sampai dengan huruf ya’. 

Dalam kata pengantarnya, penyusun kitab Syifa’ as-Saqim menjelaskan, bahwasanya postur pada setiap bab yang terdapat dalam kitab ini, rata-rata memuat 10 hadis baginda nabi Muhammad saw., kecuali pada bab alif, sebab di dalamnya ada 26 hadis.

Beliau menyebutkan latar belakang yang menjadi alasan kitab ini ditulis, yaitu untuk memberikan kemudahan kepada para penuntut ilmu untuk menghafalkan hadis dengan konsisten setiap waktu. Sebab jumlah butir hadis sesuai dengan jumlah hari setahun, para thalibul ilmi diharapkan mampu menghafalkan satu hadis setiap malam, sedikit demi sedikit atau setiap harinya. Dengan harapan dalam satu tahun para pelajar mampu menyelesaikan hafalannya. 

Baca juga:

Islam di Asia Tengah: Sejarah, Peradaban, dan Kebudayaan

Biografi Abul Hasan al-Asy’ari

Dalam kitab tersebut, beliau menjelaskan, bahwa sebenarnya terdapat 361 hadis dengan tambahan satu hadis sebagai tabarrukan dari sabda Nabi saw., “Inna Allaha witrun wa yuhibbu al-witra” yang bermakna, Sesungguhnya Allah itu ganjil dan senang terhadap sesuatu yang ganjil pula.

Selanjutnya, mushannif juga berharap, agar para penuntut ilmu mampu memperoleh syafaat nabi Muhammad saw. kelak di hari kiamat sebab wasilah dengan menghafalkan hadisnya, walau hanya 40 hadis saja. Sebagaimana sebuah perkataan yang beliau kutib dari hadis Rasulullah saw., yang diriwayatkan oleh Ibnu ‘Asakir, dari Abu Sa’id al-Khudri, bahwasannya dijelaskan,

من ‌حفظ ‌على ‌أمتي ‌أربعين ‌حديثا من سنتي أدخلته يوم القيامة في شفاعتي

Artinya: “Barang siapa dari kalangan umatku mampu untuk menghafalkan empat puluh butir hadis saja dari sunnahku, niscaya akan aku masukkan dirinya ke dalam daftar orang-orang yang akan menerima syafaatku di hari kiamat kelak.” (HR. Ibnu ‘Asakir no. 715)

Tuan mushannif menjelaskan juga, bahwa hadis yang beliau cantumkan dalam kitabnya ini merupakan hasil yang beliau nukil dari kitab Jami’ ash-Shagir karya Imam Jalaluddin as-Suyuthi (wafat 911 H) kecuali empat puluh butir hadis yang beliau ambil sanad periwayatannya dari kalangan ahlu al-Bait (keturunan nabi Muhammad saw.)

Kemudian, karena memang kitab ini sengaja disusun agar supaya memudahkan para penuntut ilmu maupun kalangan umat Islam secara umum dalam menghafalkan dan mengamalkan hadis nabi Muhammad saw., mushannif hanya mencantumkan matan (isi) dari setiap hadis, tanpa menguraikan rentetan sanad secara panjang dan lengkap.

Dalam mencantumkan detail indikator kualitas dan perawi hadis-hadis yang terdapat dalam kitabnya, Habib Muhammad bin Abdullah al-Haddar menggunakan simbol khusus untuk menjelaskannya. Beliau memberikan kode dengan huruf Hijaiyah dalam klasifikasi hadisnya. 

Pemakaian huruf kha’ ((خ sebagai isyarat tanda bahwa hadis tersebut diriwayatkan oleh Imam Bukhari, huruf  mim (م) untuk Imam Muslim, huruf qaf (ق) sebagai tanda bahwa hadis tersebut muttafaq alaih, huruf shad dan ha’ (صح) mengisyaratkan hadis tersebut shahih dan huruf ha (ح) sebagai tanda bahwa hadis hasan.

Download kitab versi PDF

 

Kontributor: Muhaimin Yasin, Semester IV

Editor: Daffa Claudio Irvansah

Leave a Reply