Judul Buku: Sulaiman The Word’s Greatest Kingdom History
Pengarang buku: Mansur Abdul Hakim
Pengalih bahasa: Umi Nurul Ni’mah
Penerbit buku: Mizania
Kota terbit: Bandung
Tahun terbit: 2016
Ketebalan buku: 233 hal
Penulis buku ini ialah Manshur Abdul Hakim Muhammad Abdul Jalil, lahir di Kairo pada 1955 M dan menyelesaikan pendidikan Sarjana di Fakultas Hukum ‘Ain Al-Syams University pada 1978 M. Ia adalah seorang praktisi hukum dan penulis di berbagai surat kabar dan majalah Arab-Islam. Banyak dari karyanya yang dipublikasikan pada acara seminar-seminar tentang dunia Arab. Buku-bukunya banyak diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dan beberapa bahasa lain, hingga sampai 2013 telah terpublikasi 151 bukunya yang memenuhi kepustakaan Arab dan Islam.
Buku “Sulaiman The Word’s Greatest Kingdom History” karya Mansur Abdul Hakim ini merupakan terjemahan dari buku aslinya yang berjudul “Sulaiman ‘Alaihi Al-Salam Al-Nabiyyu Al-Maliku”. Buku ini ialah salah satu buku dari sekian banyaknya buku sejarah yang menerangkan tentang Nabi Sulaiman, tapi ada beberapa faktor yang membuat buku ini lebih unggul dari yang lainnya, seperti penjelasan lengkap, rinci, juga bahasa yang ringan.
Selain membahas Nabi Sulaiman, buku ini juga membahas mengenai Nabi Daud, yang mana kita ketahui bahwa Nabi Sulaiman adalah keturunan Nabi Daud. Buku ini menjelaskan bagaimana kitab Zabur diturunkan kepada Nabi Daud, Nabi Daud dalam perjanjian lama dan cerita-cerita bohong kaum Yahudi. Di dalamnya juga dipaparkan penyebutan Nabi Daud dalam Al-Qur’an dan hadis nabi, nasihat Nabi Daud kepada anak-anaknya, pemberontakan Absalom kepada Nabi Daud dan wasiat Nabi Daud kepada putranya, Sulaiman.
Buku ini juga mengisahkan kerajaan Saba’. Sejarah kerajaan Saba’ yang mengalami kebangkitan dan kemerosotan dalam kekuasaan kaisar manapun. Saba’ merupakan bangsa penganut paganisme, setiap suku memiliki dewa mas ing-masing mirip dengan bangsa Arab pada masa jahiliah. Bangsa Saba’ dikenal dengan kemahirannya dalam berdagang, pembangunan jembatan dan seni berperang. Hanya saja, mereka semua menyembah bintang-bintang, bukan Allah semata.
Baca juga:
Review Buku Ajaran Kiai Gontor
Tidak hanya itu, buku ini juga menjelaskan mengenai asal-usul kerajaan Saba’ kuno. Bagaimana kitab Yahudi berpendapat mengenai keturunan orang-orang Saba’, bagaimana teks Asyuria mengindikasikan bangsa Saba’ di Taima, bagaimana pendapat Satrabu mengenai bangsa Saba’ dan Nabataeans merupakan suku yang tercampur dengan orang-orang Romawi. Buku ini juga membahas perkataan Plinius Tua, yang mana ia mengatakan bahwa bangsa Saba’ mendominasi banyak pulau, bangsa Saba’ merupakan bangsa yang hidup menetap.
Selain mengisahkan tentang Kerajaan Saba’, buku ini juga memberikan wawasan luas mengenai Ratu Bilqis, termasuk penjelasan tentang kelahirannya, kerajaan ayahnya, dan kisah keluarganya. Dijelaskan pula kisah burung hud-hud, termasuk alasan yang disampaikan kepada Nabi Sulaiman atas ketidakhadirannya dalam barisan pasukan yang terdiri dari jin, manusia, dan burung.
Pada bab berikutnya, disajikan beberapa pendapat yang membahas awal kisah Ratu Bilqis tunduk kepada Nabi Sulaiman, serta tantangan Nabi Sulaiman untuk memindahkan singgasana Ratu Bilqis ke hadapannya dalam waktu yang sangat singkat, dan siapa saja yang mampu melaksanakan tantangan tersebut.
Selanjutnya, buku ini memaparkan kepada kita bagaimana Allah memberikan karunia kepada Nabi Sulaiman. Seperti, kecintaan Nabi Sulaiman terhadap kuda. Bagaimana Nabi Sulaiman menghabiskan banyak waktunya bersama kuda miliknya, ada juga beberapa pendapat yang menjelaskan bahwa Nabi Sulaiman sengaja meninggalkan salat demi memelihara atau bermain dengan kudanya, tapi ada sebagian pendapat ulama yang menyalahi pendapat tersebut.
Baca juga:
Review Buku “Islam di Asia Tengah: Sejarah, Peradaban, dan Kebudayaan”
Setelah kecintaannya terhadap kuda, Allah menggantikan kuda tersebut dengan permadani angin, salah satu anugerah-Nya kepada Nabi Sulaiman. Angin tersebut dapat berhembus kencang, membawanya berlari cepat, dan bertiup menurut perintah Nabi Sulaiman, membawanya ke mana pun sesuai kehendaknya.
Buku ini juga menunjukan kepada kita bahwa Nabi Sulaiman adalah Nabi yang diberi kemampuan untuk menundukkan setan dan jin. Allah mengkhususkan kemampuan tersebut hanya kepada Nabi Sulaiman, tidak ada yang bisa menaklukan setan dan jin selain Nabi Sulaiman. Beberapa ulama memberikan pendapatnya mengenai hal tersebut dalam buku ini. Seperti, Abu Hurairah dan Yaqut Al-Hamawi.
Tidak hanya berisi pendapat para ulama, buku ini juga memuat banyak firman Allah yang menjelaskan tentang Nabi Sulaiman, seperti dalam QS. Shad ayat 34 dan QS. Al-Ankabut ayat 2, yang menerangkan fitnah terhadap Nabi Sulaiman. Penulis juga menyajikan tafsir dari setiap ayat tersebut beserta penjelasannya, membantu pembaca memahami kisah Nabi Sulaiman dalam Al-Quran dengan lebih cepat.
Pada bab selanjutnya, kita akan menemukan kisah-kisah tentang karunia Allah lainnya kepada Nabi Sulaiman, termasuk bagaimana Allah mengaruniai hukum yang sesuai dengan kebijaksanaan Nabi Sulaiman. Salah satu kisah tersebut adalah tentang ladang anggur yang dirusak oleh kambing-kambing dari suatu kaum, di mana kebijakan Nabi Sulaiman dalam menyelesaikan masalah ini merupakan hukum yang diridai Allah.
Pada bagian selanjutnya, buku ini menerangkan kepada kita mengenai tuduhan kaum Yahudi yang berpendapat bahwa Nabi Sulaiman menggunakan sihir dalam menjalankan kerajaannya. Dijelaskan pula mengenai munculnya legenda kuil Nabi Sulaiman dan pengukuhannya dalam keyakinan kaum Yahudi, masjid Al-Aqsa dan situs-situs terpenting setelah masa penaklukan Islam.
Baca juga:
Review Buku “Hitam Putih Jawa Sunda: Menelisik Perang Bubat Sebagai Fakta atau Dusta”
Bab terakhir dalam buku ini menyebutkan Nabi Sulaiman dan istri-istrinya dalam “Perjanjian Baru”. Ada beberapa pendapat yang menjelaskan mengenai jumlah istri Nabi Sulaiman. Bahkan banyak hadis yang memperdebatkan hal tersebut. Bab tersebut juga menjelaskan alasan Nabi Sulaiman memiliki banyak istri, hal ini bertujuan untuk membantah pikiran- pikiran negatif mengenai Nabi Sulaiman. Salah satu tujuannya adalah untuk mendamaikan dan mempersatukan bangsa-bangsa.
Kemudian dibahas pula mengenai kronologi wafatnya Nabi Sulaiman. Tidak hanya didalam Al-Quran, banyak dari kitab-kitab salaf yang juga membahas kisah wafatnya Nabi Sulaiman, seperti, Kitab Al-Qadr, Tarikh At-Thabari, Al-Bidayah wa An-Nihayah, dan Al-‘Arab wa Al-Yahud fi Al-Tarikh. Dalam buku ini juga membahas kondisi Kerajaan Nabi Sulaiman setelah wafatnya. Penulis juga memaparkan kepada kita bagaimana kerajaan besar yang sudah berdiri lama itu terpecah menjadi dua bagian sepeninggalnya Nabi Sulaiman.
Kesimpulannya, Nabi Sulaiman adalah satu-satunya raja di dunia yang memiliki kekayaan berlimpah, wilayah kekuasaan paling luas, dan mampu berkomunikasi dengan hewan dan jin, bahkan dapat menundukkan angin. Al-Qur’an mengabadikan namanya dan menggambarkannya sebagai seorang raja dan nabi. Walaupun begitu, kaum Yahudi meyakini Nabi Sulaiman bukanlah seorang nabi, melainkan raja yang menguasai sihir untuk mengelabui masyarakat demi kepentingan kekuasaannya.
Kekurangan buku ini yaitu tidak terlalu laku dipasaran, dikarenakan cover buku yang kurang menarik dan gambar atau ilustrasi yang ada pada buku ini masih bewarna hitam putih, sehingga belum banyak pembaca yang tahu akan keberadaan buku ini.
Namun, keunggulan membaca karya Manshur Abdul Hakim ini adalah referensi yang padat disertai cerita-cerita tentang kebijakan dan keadilan Nabi Sulaiman ketika memimpin kerajaan yang tak banyak diketahui khalayak. Utamanya, bagi para pemangku kebijakan, buku ini dapat dijadikan sebagai bahan renungan mengenai kepemimpinan, keadilan, toleransi, dan rasa syukur kita atas kekuasaan-Nya.
Kontributor: Hilma Hamzani, Semester IV
Editor: Siti Yayu Magtufah