Review Buku “Islam di Asia Tengah: Sejarah, Peradaban, dan Kebudayaan”

Review Buku “Islam di Asia Tengah: Sejarah, Peradaban, dan Kebudayaan”

Judul:  “Islam di Asia Tengah: Sejarah, Peradaban, dan Kebudayaan”

Penulis: Muhammad Abdul Azhim Abu An-Nasr

Genre: Sejarah Islam 

Halaman: 372 halaman 

Ukuran: 15 × 23.5

Penerbit: Pustaka Al-Kautsar, Jakarta Timur, 2017

ISBN: 978-979-592

Buku sejarah Islam di Asia Tengah dengan judul asli Tarikh Al-Muslimin wa Hadharatuhum fi Asia Wustha wa Bilad Qawqaz merupakan karangan dari Muhammad Abdul Azhim Abu An-Nasr. Buku ini diterbitkan oleh Syirkah Nawabigh Al-Fikr di Kairo tahun 2009. Diterjemahkan oleh Khalifurrahman Fath, Lc dan MasturiI Irham, Lc. Buku ini mengungkapkan ragam sejarah Islam di Asia Tengah, meliputi penyebaran agama, kebudayaan, dan peradabannya. Sedikit yang menyadari bahwa Asia Tengah memiliki jejak peradaban yang setara dengan kota-kota besar seperti Damaskus, Baghdad, Baitul Maqdis, dan Andalusia (Spanyol). Kondisi ini terjadi karena adanya oknum sejarawan yang tidak simpatik terhadap Islam, yang melalui tulisannya telah mengaburkan kebenaran tentang kejayaan Islam, sehingga mengakibatkan pembaca memandang rendah agama ini.

Asia Tengah dikenal dengan sebutan Transoxiana atau dalam literatur Arab disebut Ma Wara’a An-Nahar (negeri di seberang sungai). Wilayah ini berhasil ditaklukkan oleh Panglima Qutaibah bin Muslim Al-Bahili, gubernur Khurasan pada masa Dinasti Umayyah di bawah kekhalifahan Walid bin Abdul Malik, yang ekspansinya mencapai wilayah yang sekarang menjadi bagian dari bekas Uni Soviet hingga ke perbatasan China. Saat ini, wilayah tersebut terdiri dari negara-negara yang umumnya berakhiran “-stan”, seperti Uzbekistan, Tajikistan, Kazakhstan, Turkmenistan, Kirgizstan, serta beberapa negara lainnya yang terletak di Asia Tengah.

Wilayah ini berbentuk dataran yang memanjang dari jajaran pegunungan Tian Shan di timur, yang dianggap sebagai perpanjangan dari pegunungan tersebut, hingga hampir mencapai Samarkand di barat, dan ke selatan mencapai tepian Laut Kaspia (juga dikenal sebagai Laut Khazar atau Qazwin). Tanah di negeri ini sangat subur dan indah. Jika dilihat dari ketinggian, wilayahnya terlihat seperti permadani hijau karena keindahan dan kesuburannya. Daerah ini diapit oleh dua sungai besar, yaitu Sungai Jayḥūn (Amu Darya) dan Sayḥūn (Syr Darya).

Kedua sungai ini sangat terkenal dalam pembahasan terkait wilayah Asia Tengah dan keberadaannya masih dapat dirasakan hingga saat ini. Melalui kedua aliran sungai tersebut, warisan peradaban Islam terus mewarnai wilayah ini, bahkan juga berpengaruh hingga ke Eropa. Kota-kota di wilayah ini, seperti Bukhara, Samarkand, Nishapur, Termez, Nasaf, Bayhaqi, Nasa’, Birun, Khwarazm, dan masih banyak lagi, telah menjadi nama yang dinisbatkan kepada para ulama terkenal di dunia.

Para pakar geografi Arab Muslim klasik menyebut negara-negara yang saat ini menjadi republik Islam di Asia Tengah pada masa pertengahan dengan nama-nama seperti Khurasan, Transoxiana, dan Turkestan.

Pada masa pra-Islam, kehidupan politik di Asia Tengah ditandai oleh penindasan, seperti tindakan sewenang-wenang dan perampasan harta benda penduduk. Kondisi ini terjadi saat Kekaisaran Persia Achaemenid, yang berasal dari Persia, berkuasa. Kemudian, Persia berhasil ditaklukkan oleh Iskandar Agung (Alexander the Great) dari Macedonia, yang melumpuhkan para penunggang kuda terbaik Akhemenid, menawan Raja Persia Darius III bersama anggota keluarganya, hingga akhirnya mencapai Asia Tengah dan menaklukkan Samarkand.

Bangsa Turki juga memasuki wilayah Asia Tengah. Mereka memiliki kelompok etnis sendiri yang disebut Turania. Kata ‘Turki’ berasal dari ‘Türk’, di mana pengaruh bangsa Türk baru dirasakan pada abad keenam Masehi ketika mereka pertama kali dikenal sebagai masyarakat nomaden. Adapun istilah ‘Turk’ dalam bahasa Cina tidak ada hubungannya dengan bangsa Turki, melainkan merupakan cara baca Cina untuk nama kota Tokyo di Jepang.

Kehidupan sosial di Asia Tengah merefleksikan gaya hidup nomaden yang dipegang teguh oleh bangsa Turki kala itu. Berbagai referensi tentang bangsa Turki menyebutkan bahwa mereka berkarakter sangat tangguh, memiliki kekuatan yang tiada tanding, dan mahir dalam memanah. Hal ini menjadi modal signifikan bagi bangsa Turki dalam pergerakan jihad di bawah panji Islam. Keahlian mereka dalam berperang memungkinkan terjalinnya hubungan politik, militer, dan ekonomi dengan tetangga-tetangganya seperti Cina, India, dan Arab.

Ketika para penakluk Arab datang ke Asia Tengah, wilayah ini dihuni oleh beragam penduduk, antara lain orang-orang Iran, Turki, Cina, dan Mongol. Para penakluk Arab berhasil memperluas wilayah Islam dengan menaklukkan daerah Khurasan, Transoxiana, dan Turkestan. Walaupun ekspedisi Islam membutuhkan waktu yang lama, mereka tetap menghadapi segala kondisi serta kesulitannya dengan ketegasan, keberanian, dan keyakinan penuh.

Asia Tengah tidak hanya menjadi mercusuar peradaban dan pusat keilmuan, tetapi juga menjadi bagian penting dari Jalur Sutra—rute perdagangan yang mempengaruhi ekonomi dunia. Jalur Sutra merupakan jaringan rute perdagangan paling kuno yang menghubungkan Eropa dengan negara-negara Asia, melintasi Syam (Levant) dan berbagai wilayah Asia Tengah.

Jalur ini telah menjadi saksi banyak praktik perdagangan, yang paling terkenal di antaranya adalah ‘perdagangan diam-diam’ atau ‘perdagangan bisu’. Sistem perdagangan ini dilakukan dengan cara pedagang menentukan komoditas mereka di tempat yang telah disepakati oleh kedua belah pihak. Kemudian, pihak lain datang untuk melakukan barter, mengambil barang yang mereka inginkan, dan meninggalkan barang tukar di tempat yang sama, tanpa kedua pihak bertemu langsung.

Asia Tengah menyimpan banyak sumber daya alam yang sangat diincar oleh negara-negara Eropa, seperti minyak, gas alam, batu bara, dan timah. Selain itu, kawasan ini juga terkenal dengan produk-produk berkualitas tinggi. Sutera dari Samarkand, misalnya, sangat terkenal kualitasnya di seluruh dunia. Demikian pula, gerabah dan kerajinan tangan dari Bukhara sangat diburu di pasar-pasar internasional.

Baca juga:

Review Buku Ajaran Kiai Gontor

Masyarakat di wilayah Asia Tengah memenuhi kebutuhannya dengan berniaga di pasar-pasar yang menjadi pusat perdagangan. Di samping itu, mereka juga mendalami ilmu dengan hadir di majelis-majelis yang tersebar luas di wilayah tersebut. Islam di Asia Tengah tidak hanya membawa perkembangan dalam bidang pendidikan, tetapi juga dalam ekonomi, dengan banyaknya pusat perdagangan yang didirikan.

Selain terkenal dengan aktivitas perdagangannya, Asia Tengah juga dikenal dengan padang gembalanya yang alami. Kondisi ini menyebabkan kualitas komoditas peternakan di wilayah itu sangat baik. Dari segi arsitektur, kota-kota di Asia Tengah memiliki ciri khas tersendiri. Bangunan-bangunan kota dikelilingi oleh tembok-tembok yang berdiri tegak menjulang tinggi, dengan benteng yang terletak di bagian tengahnya. Sebagai pusat penyebaran ilmu, banyak masjid dibangun di berbagai tempat, yang menjadi media utama dalam menyebarkan pengetahuan.

Negeri yang indah ini telah melahirkan banyak ulama dan cendekiawan yang menguasai berbagai cabang ilmu. Bidang-bidang yang mereka dalami mencakup Al-Qur’an, hadits, filsafat, fikih, tafsir, dan masih banyak lagi. Mereka semua adalah sosok-sosok jenius dengan daya hafalan yang luar biasa. Haus akan ilmu, mereka tidak pernah menyia-nyiakan waktu untuk hal-hal yang tidak bermanfaat.

Para ulama ini menuangkan pemikiran mereka dalam bentuk tulisan. Warisan intelektual yang mereka tinggalkan masih dapat kita rasakan hingga saat ini. Jejak keilmuan mereka terus diterapkan oleh generasi masa kini, dan karya-karya mereka menjadi rujukan di seluruh dunia.

Di antara ulama dan cendekiawan ternama yang berasal dari wilayah ini adalah:

  1. Abdullah Muhammad bin Ismail al-Bukhari, penulis kitab Shahih al-Bukhari
  2. Ibnu Sina (Avicenna), penulis buku Al-Qanun fi At-Tib (Canon of Medicine)
  3. Muhammad bin Musa Al-Khawarizmi, ilmuwan matematika
  4. Mahmud bin Umar Az-Zamakhshari, penulis tafsir Al-Kasyaf
  5. Muslim bin Hajjaj Al-Qushairi, penulis kitab Shahih Muslim

Dan masih banyak lagi tokoh-tokoh besar lainnya yang telah mewarnai khazanah keilmuan Islam dan dunia.

Buku ini diperkaya dengan berbagai gambar dan ilustrasi berwarna, sehingga membantu pembaca memvisualisasikan kondisi pada masa itu dengan lebih baik. Penjelasan tentang Islam di Asia Tengah disajikan menggunakan bahasa yang mudah dipahami, terperinci, dan sistematis, memungkinkan pembaca dari berbagai latar belakang untuk menangkap esensi topik dengan baik.

Penulis mengulas berbagai aspek untuk menelusuri seluk-beluk wilayah ini secara komprehensif, dengan menyandarkan penjelasannya pada banyak riwayat perawi terpercaya. Hasilnya adalah sebuah karya yang tidak hanya informatif, tetapi juga memikat. Pembaca akan menemukan banyak informasi menarik yang selama ini jarang terungkap, sehingga dapat lebih memahami fase-fase sejarah Islam di Asia Tengah yang sebelumnya tersembunyi.

Dengan pendekatan yang holistik dan penyajian yang menarik, buku ini tidak hanya menjadi sumber pengetahuan, tetapi juga undangan untuk menjelajahi kekayaan sejarah dan warisan intelektual Islam di Asia Tengah yang belum banyak dikenal.

 

Kontributor: Fajar Asfiya, Semester IV

Editor: Siti Yayu Magtufah

Leave a Reply