KH. Noor Hamid Sang Penakluk Blora Selatan

KH. Noor Hamid Sang Penakluk Blora Selatan

K.H. Noor Hamid yang bernama asli Yasak merupakan salah satu tokoh masyarakat yang berasal dari Desa Wado, Kecamatan Kedungtuban, Kabupaten Blora. Beliau lahir pada Selasa Pahing, 1 Juli 1927 dan wafat pada hari Minggu Legi, 15 Juli 2018 pukul 23: 25 WIB  di Rumah Sakit PKU, Cepu. Dimakamkan pada hari Senin Pahing, 16 Juli 2018 dipemakaman umum Desa Wado.

Beliau merupakan putra dari pasangan K.H. Abbas dan Nyai Hj. Shofiyyah. Menurut silsilahnya, ia merupakan putra ketiga dari empat bersaudara dan beliau satu-satunya putra dari keempatnya.

Menurut penjelasan para santri yang pernah dididik oleh beliau, K. H. Noor Hamid memulai pendidikannya di Pondok Pesantren Abu Syukur daerah Payaman Jawa timur. Setelah lulus dari pesantren tersebut, beliau melanjutkan nyantri di daerah Bandungsari. Kemudian beliau melanjutkan ke pesantren daerah Lasem di bawah asuhan K. H. Baedhowi.

Setelah lulus dari pesantren, beliau menikah dengan Nyai Kusrotin. Dari pernikahan ini, beliau dikaruniai satu orang putra. Akan tetapi, putra beliau wafat selang beberapa menit setelah dilahirkan. Tak lama atas kehendak Allah, Nyai Kusrotin  wafat menyusul putranya.

Empat puluh hari pasca wafatnya istri beliau, K.H. Noor Hamid bermimpi bertemu dengan Nyai Kusrotin. Dalam mimpi tersebut, Nyai Kusrotin berkata bahwa beliau sudah ikhlas jika beliau akan menikah lagi. Akhirnya, selang beberapa tahun dari kepergian istrinya, beliau menikah lagi dengan muridnya sendiri yang bernama Nyai Umrotin. Dari pernikahan yang kedua ini beliau dikaruniai tiga orang putra dan satu orang putri. Diantaranya adalah Gus Amin Fauzan, Gus Asror Hamidi, Neng Eliya Munfarida, dan Gus Irham Maghfuri.

Pada tahun 1957, beliau mulai merintis untuk mendirikan sebuah Yayasan Islam di Desa Wado bersama dengan temannya yang bernama K. H. Aminanduri. Wacana ini berawal dari keprihatinan beliau melihat pendidikan di Desa Wado tidak ada yang berbasis islami. Lembaga pendidikan yang ada hanya berbasis Kristen, hingga akhirnya rencana beliau sangat direspon baik oleh para masyarakat. Karena itulah, akhirnya beliau mendirikan sekolah SMP yang berbasis Islami. SMP ini diberi nama SMP Kartayuda. Selang beberapa tahun kemudian, beliau juga mendirikan MI Assalam 1 Wado, MI Assalam 2 Wado, Pondok Pesantren Assalam, dan MA Kartayuda. Atas izin Allah, berkat perjuangan beliaulah akhirnya pendidikan di Desa Wado bisa berkembang dengan pesat.

Selain itu, beliau juga pernah menjabat sebagai anggota DPRD Blora selama tiga periode. Beliau menjabat anggota DPRD tersebut mewakili partai PKB. Kemudian beliau memilih untuk keluar dari dunia politik dan hanya memfokuskan perhatiannya terhadap Yayasan. Akhirnya beliau memutuskan untuk turut menyebarkan tarekat Qadariyah dan Naqsabandiyah di bawah asuhan Mursyid K.H. Arwani Kudus. Beliau menyebarkan tarekat tersebut bersamaan dengan K.H. Musthofa, Talokwohmojo, Ngawen.

Selain sebagai tokoh masyarakat yang alim, beliau juga termasuk kiai yang santun tutur katanya, tidak pernah marah, sabar dalam mendidik murid-muridnya, dan penuh kasih sayang kepada santri-santrinya. Tanpa sepengetahuan orang banyak, beliau juga termasuk orang yang memiliki karamah. Diantaranya adalah ketika beliau akan mengisi acara pengajian di daerah Ngraho, Jawa Timur, bersama dengan khadamnya, beliau berangkat menggunakan motor dan harus menyeberangi Bengawan Solo dengan menggunakan perahu. Ketika pulang sudah tidak ada jasa perahu yang bisa mengantarkan untuk menyeberangi bengawan tersebut dikarenakan waktu sudah sangat sore. Akhirnya, beliau menjadi supirdan berpesan pada khadamnya untuk tetap diam dan tidak menengok ke kanan ataupun ke kiri. Atas izin Allah, motor yang dikendarai itu bisa menyeberangi Bengawan Solo tanpa menggunakan perahu.

Selain karamah itu, ketika beliau mengisi acara pengajian di daerah Jombang yang kala itu masih banyak golongan PKI yang berkeliaran. Menjelang ceramah, mikrofonnya sengaja disembunyikan oleh orang-orang yang ingin menjahilinya. Beliau kemudian mengambil sepatunya untuk dijadikan sebagai mikrofon dan atas izin Allah, sepatu itupun akhirnya berbunyi sebagaimana mikrofon biasanya.

Narasumber               : Ibu Nyai Umrotin dan Ustadz Suwaji.

Oleh : St. Maftuhatul Khoiriyah, semester V

This Post Has 2 Comments

  1. M. Muhsin

    Sejarah yg blm trkuak adlh. Beliau trmasuk keturunan dari seh ridzo/Saridin dari mbah kartoyudo. Termasuk karomah beliau yg pernah sy saksikan sendiri selama nyantri sangat banyak. Salh satunya ketika ada proyek pertamina di sumber mengalami kebakaran dan sulit dipadamkan, beliau berpuasa 3 hari tiga malam tidak tidur dgn niat supaya api tersebut bisa padam dan lahirnya jumat pagi sekitar jam 9 api tersebut bs padam. Pada waktu itu di sayembara kan siapa yg bs memadamkan api tersebut akan dpt imbalan yg sangat bnyk dari pihak pertamina tpi beliau tnp sepbgetahuan siapapun melakukan ritual, riyadzoh yg hasilnya bs di rasakan orang banyak tnp mengharapkan satu imbalan appun.

Leave a Reply to Republik Santri Nusantara Cancel reply