Mukjizat Rasulullah saw ketika Perang Hunain

Mukjizat Rasulullah saw ketika Perang Hunain

Ma’had Aly – Kaum muslimin diperangi dan dakwah Rasulullah saw. dihalangi oleh pasukan musuh yang dipimpin oleh Malik bin Auf. Pasukan musuh berangkat ke medan perang membawa para istri, anak-anak, dan harta-harta mereka, guna dijadikan motivasi semangat dalam berperang. Merekapun berangkat menuju perkampungan Hawazin dekat Hunain. Di tengah perjalanan, Malik bertemu dengan seorang kakek yang bernama Duraid bin ash-Shimmah. Kakek tersebut banyak mengetahui cara berperang, namun justru semua nasehatnya dimentahkan oleh Malik, bahkan pendapatnya juga diremehkan oleh Malik.

Syaikh Shafiyyurrahman al-Mubarakfuri dalam kitabnya Al-Rahiq al-Makhtum menyebutkan: ketika Rasulullah saw. mendengar kabar bahwa pasukan musuh akan menyerang kaum muslimin, beliau mengirim utusan untuk masuk kepada pasukan musuh, supaya mengetahui strategi yang dilakukan pasukan musuh, untuk menjadi mata-mata yaitu Abu Hadrad al-Aslami dan ia diperintahkan agar menetap di pasukan musuh. 

Dikatakan juga Rasulullah saw. meninggalkan kota Makkah menuju Hunain pada hari Sabtu, 6 Syawal 8 Hijriyah. Beliau bergerak bersama 12.000 pasukan muslim, 10.000 pasukan penaklukan kota Mekkah dan 2.000 pasukan penduduk Mekkah yang mayoritas baru masuk Islam (muallaf). Dan Rasulullah saw. mengangkat Itab bin Usaid sebagai penguasa sementara di Mekkah.

Ahmad Al-Usairy dalam bukunya Sejarah Islam mengatakan, berdasarkan jumlah pasukan kaum muslimin yang banyak, ada kebanggaan dalam diri mereka dan kepercayaan diri akan memenangkan pertempuran. Sebagian dari mereka berkata. ”Kita tidak akan terkalahkan pada perang kali ini karena jumlah kita sangat banyak dan jumlah mereka sedikit.” Begitu kaum muslimin sampai ke tempat medan perang Hunain pada malam Selasa 10 Syawal, pasukan Malik bin Auf datang ke Hunain lebih awal daripada pasukan muslimin. Sebelum pasukan muslimin sampai ke tempat tersebut, Malik bin Auf sudah membuat strategi perang dengan menyiapkan pasukan untuk menyerang kaum muslimin. Malik menyimpan pasukannya di tiap sudut-sudut hutan guna nantinya menghujani panah-panah kepada pasukan kaum muslimin.

Maka berkecamuklah perang di Hunain di mana orang-orang kafir menyerang kaum muslimin di suatu tempat yang tinggi tersebut. Serangan ini mengacaukan pertahanan kaum muslimin karena serangan tiba-tiba tersebut, sehingga membuat kaum muslimin bercerai-berai. Ketika serangan datang dari pihak musuh, pasukan muslimin banyak yang meninggalkan tempat sehingga yang menemani Rasulullah saw. hanya beberapa sahabat saja. Karena ketakutan tersebutlah, sebagian besar mereka lari menyelamatkan diri dan meninggalkan medan perang.

Dan diceritakan dalam kitab Sirah Nabawiyah karangan Al-Hafizh Ibnu Katsir, beberapa sahabat yang masih tetap setia menemani Rasulullah saw. di antaranya adalah Abu Bakar, Umar, Ali, dan paman beliau al-Abbas dan juga anak Abas, Fadhli dan Qutsam, serta Abu Sufyan bin al-Harits bin Abdul Muthalib dan anaknya, Ja’far dan juga beberapa sahabat yang lainnya. 

Rasulullah saw. saat itu mengendarai unta yang dihadiahkan Farwah bin Nufatsah al-Judzami. Beliau menyerang musuh dan Al-Abbas memegang kendalinya supaya tidak terus maju ke depan. Rasulullah saw. menyerang beliau sembari menggemakan “Aku adalah seorang Nabi, tidak berbohong, aku adalah anak keturunan Abdul Muthalib.”

Ketika perang berkecamuk, beliau memerintahkan kepada Al-Abbas yang mempunyai suara yang begitu lantang dan menggelegar untuk memanggil para sahabat yang melarikan diri ketika ada serangan, dan Al-Abbas memanggil sahabat yang melarikan diri, “Hai kaum Anshar, hai kaum yang berbaiat di bawah pohon, kemarilah, kemarilah.’’ Ketika para sahabat yang melarikan diri mendengar seruan tersebut, mereka bergegas menyambut panggilan Al-Abbas, guna mengikuti pertempuran melawan musuh, dan mereka lari menuju Rasulullah saw., berkumpul dan menyerang kaum Hawazin. Allah swt. menanamkan rasa takut di dalam hati kaum Hawazin, sehingga pasukan kaum muslimin bangkit kembali menyerang kaum Hawazin. 

 Mukjizat Rasulullah saw. saat perang Hunain, beliau melemparkan segenggam kerikil kepada kaum Hawazin, tak ada satupun dari mereka yang bebas dari lemparan kerikil Rasulullah saw., sehingga kaum Hawazin sangat kesakitan. Kejadian ini sesuai yang difirmankan Allah swt. dalam QS. Al-Anfal yang artinya: “Dan bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar, tetapi Allah-lah yang melempar mereka.” 

Banyak dari kaum Hawazin yang melarikan diri karena ketakutan, ada yang dibunuh, dan ditawan setelah pelemparan kerikil tersebut. Sebelum para sahabat kembali ke hadapan Rasulullah saw., tawanan perang sudah berada di hadapan beliau, kaum muslimin pun mendapatkan banyak harta rampasan dari kaum kafir. 

Dikatakan oleh Ibnu Jauzi dalam kitabnya Al-Wafa; kesempurnaan hidup Rasulullah saw. awal mulanya kaum muslimin kalah dalam perang Hunain. Ketika itu beliau merendahkan hewan tunggangannya, setelah hewannya turun kemudian beliau mengambil segenggam debu lalu dilemparkan ke wajah kaum kafir. Lemparan tersebut tepat sasaran sehingga begitu menyakitkan dirasakan oleh kaum kafir, beliau melemparkannya sambil mengatakan, “Haamim, semoga mereka tidak mendapat kemenangan, dan setelah itu kaum musyrik kalah, padahal kami saat itu sama sekali tidak melemparkan panah, ataupun tombak pada mereka.” (HR. Ath-Thabrani dalam Al-Mu’jam Al-Wasith).

 Dalam kitab Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam, di sana diterangkan ketika perang berkecamuk, saat itu pula ada malaikat yang turun ke medan pertempuran. Dikatakan oleh Ibnu Ishaq bin Yasar dari Jabir bin Mut’im, ia berkata, “Saat bertempur dan melihat kekalahan musuh, ketika itu aku melihat sangat jelas ada gumpalan yang hitam turun dari langit ke tempat antara kami dan musuh, gumpalan itu adalah semut, aku yakin itu adalah para malaikat, karena setelah turun itu maka terjadilah kemenangan kaum muslimin dan kekalahan kaum Hawazin.” Kaum muslimin sangat beruntung setelah perang Hunain ini karena mendapatkan banyak ghanimah (harta rampasan perang) berupa 24.000 ekor unta, 6.000 orang tawanan, 40.000 ekor kambing dan 4.000 uqiyah perak.

Referensi:

 Al-Usairy Ahmad. 2016. Sejarah Islam. Jakarta: Akbar Media.

Al-Hafizh Ibnu katsir. 2016. Sirah Nabi Muhammad. Jakarta: Pustaka Imam Syafi’i.

Ibnu Jauzi. 2015. Al-Wafa, Kepribadian Nabi Muhammad. Pustaka Al-Kautsar.

Safiyyurrahman al-Mubarakfuri. 2013. Ar-Rahiq al-Makhtum. At-Thabatu Syariyah.

Mummad bin Abdul Malik. 2006. Sirah Nabawiyah. Daarul Hadits.

Oleh : Dedih, Semester III

Leave a Reply