ArtikelSejarah

Perjalanan Islam di Zimbabwe: Sejarah, Dinamika Komunitas, dan Tantangan Terkini

MAHADALYJAKARTA.COM—Salah satu negara di benua Afrika adalah Zimbabwe. Sebagian besar penduduknya adalah Kristen, tetapi beberapa orang masih mengikuti kepercayaan tradisional Afrika yang diwariskan dari nenek moyang mereka. Di antara dua kelompok besar itu, umat Islam hanyalah sekitar 1% dari populasi. Namun, komunitas Muslim masih memainkan peran penting dalam masyarakat Zimbabwe, terutama dalam hal sosial, ekonomi, dan budaya.

Para pedagang Muslim dari wilayah Afrika Timur seperti Mozambik dan Tanzania, serta Asia Selatan, terutama India, tetap berkontribusi besar dalam penyebaran Islam ke Zimbabwe. Sekitar akhir abad ke-19 hingga awal abad ke-20, mereka datang ke Zimbabwe untuk berdagang dan mencari kehidupan baru. Banyak dari mereka kemudian menetap, menikah, dan membentuk komunitas Muslim kecil di beberapa kota besar seperti Harare dan Bulawayo.

Selain dari kalangan imigran, ada juga penduduk lokal yang memeluk Islam. Namun proses ini terjadi secara perlahan dan dalam skala yang kecil. Umumnya, mereka tertarik masuk Islam karena hubungan sosial, perkawinan, atau ketertarikan pribadi terhadap ajaran Islam.

Dalam kehidupan sehari-hari, umat Islam di Zimbabwe cukup aktif dalam membangun berbagai lembaga seperti masjid, sekolah Islam (madrasah), dan organisasi sosial. Mereka juga berperan dalam bidang ekonomi, terutama di sektor perdagangan, jasa, dan usaha kecil. Kehadiran komunitas Muslim cukup terlihat di kota-kota besar seperti Harare dan Bulawayo, di mana terdapat toko-toko halal, rumah makan Muslim, serta berbagai kegiatan keagamaan yang rutin diselenggarakan.

Namun, sebagai kelompok minoritas, umat Islam di Zimbabwe juga menghadapi berbagai tantangan. Kurangnya pemahaman masyarakat terhadap ajaran Islam, munculnya penilaian negatif, serta keterbatasan dalam menjalankan ibadah di ruang publik menjadi persoalan yang cukup dirasakan. Selain itu, isu-isu global seperti terorisme dan radikalisme kadang berdampak pada citra umat Islam secara umum, meskipun komunitas Muslim lokal tidak terlibat. Meski demikian, mereka tetap menunjukkan semangat, toleransi, dan kemampuan beradaptasi yang tinggi dengan membangun hubungan baik dengan masyarakat sekitar dan tetap menjaga identitas keislaman secara damai.

  • Awal Masuknya Islam: Jalur Dagang dan Migrasi

Melalui jalur perdagangan di pesisir timur Afrika, khususnya dari wilayah yang sekarang dikenal sebagai Tanzania dan Mozambik, Islam masuk ke Zimbabwe. Para pedagang Muslim dari Arab dan Persia telah menjalin hubungan dagang dengan masyarakat lokal di daerah ini sejak abad ke-15. Mereka memperdagangkan emas, gading, dan berbagai komoditas lainnya sembari menyebarkan ajaran Islam secara damai. Melalui pernikahan dan hubungan sosial, sebagian kecil masyarakat lokal mulai mengetahui ajaran Islam, meskipun tidak tersebar luas.

Perkembangan Islam di Zimbabwe semakin nyata pada masa kolonial, khususnya ketika Inggris menjadikan wilayah ini sebagai bagian dari kekuasaannya. Pada periode tersebut, banyak pendatang dari wilayah anak benua India, seperti India dan Pakistan, tiba di Zimbabwe untuk bekerja di sektor perdagangan dan jasa. Selain itu, umat Muslim dari negara-negara tetangga seperti Malawi dan Mozambik juga turut berperan dalam penyebaran Islam. Salah satu kelompok yang cukup berpengaruh dalam proses ini adalah suku Yao asal Malawi. Mereka dikenal sebagai komunitas Muslim yang taat dan telah memiliki tradisi Islam yang kuat.

Penyebaran Islam pada masa itu berlangsung secara damai, melalui interaksi sosial, pendidikan, serta praktik kehidupan sehari-hari. Masjid-masjid sederhana mulai dibangun, dan ajaran Islam diajarkan kepada anak-anak melalui madrasah atau lembaga pendidikan agama. Seiring waktu, Islam mulai menjadi bagian dari identitas komunitas-komunitas kecil di berbagai wilayah Zimbabwe, terutama di kota-kota besar seperti Harare dan Bulawayo.

  • Dinamisasi Komunitas Muslim di Zimbabwe

Komunitas Muslim di Zimbabwe memiliki keragaman yang tinggi dalam hal etnis dan budaya. Mereka terdiri dari berbagai latar belakang, termasuk keturunan Asia Selatan seperti India dan Pakistan, migran dari Timur Tengah dan Afrika Timur, serta penduduk lokal yang memeluk Islam sebagai mualaf. Keberagaman ini membawa dinamika tersendiri dalam kehidupan umat Muslim di negara tersebut.

Sebagian besar komunitas Muslim bermukim di kawasan perkotaan serta di beberapa wilayah pedesaan yang dulunya dikenal sebagai daerah pertambangan atau pertanian. Kota-kota seperti Harare, Bulawayo, Bindura, dan Mangura menjadi tempat berdirinya masjid, pusat pendidikan Islam, dan berbagai lembaga sosial yang dikelola oleh komunitas Muslim. Kegiatan keagamaan seperti shalat berjamaah, pengajian, perayaan hari besar Islam, dan pengajaran Al-Qur’an rutin dilaksanakan di tempat-tempat tersebut.

Beberapa organisasi Islam yang memiliki pengaruh besar di Zimbabwe antara lain Zimbabwe Muslim Association (ZMA), Majlisul Ulama Zimbabwe, serta Islamic Education and Welfare Trust. Lembaga-lembaga ini tidak hanya menjalankan aktivitas keagamaan, tetapi juga aktif dalam kegiatan sosial seperti pembagian bantuan pangan, layanan kesehatan gratis, dan pembangunan sekolah.

Meski demikian, komunitas Muslim di Zimbabwe juga menghadapi sejumlah tantangan internal. Salah satu isu yang muncul adalah perbedaan budaya dan praktik keagamaan antara kelompok keturunan Asia dan Muslim lokal, yang kadang memicu kesenjangan dalam struktur kepemimpinan dan proses pengambilan keputusan organisasi. Di samping itu, partisipasi perempuan Muslim dalam kepemimpinan keagamaan dan sosial masih terbatas

  • Ujian dan Peluang di Tengah Minoritas

Sebagai kelompok minoritas, umat Islam di Zimbabwe menghadapi berbagai tantangan yang bersifat eksternal maupun internal. Tantangan dari luar mencakup persepsi negatif terhadap Islam yang berkembang secara global, terutama pasca peristiwa 11 September di Amerika Serikat, ketika Islam sering diasosiasikan dengan radikalisme dan terorisme. Meskipun secara umum masyarakat Zimbabwe dikenal toleran, pengaruh media internasional tetap mempengaruhi pandangan publik terhadap umat Islam.

Tantangan lain yang dihadapi adalah keterbatasan akses terhadap pendidikan tinggi yang berfokus pada studi Islam. Di Zimbabwe, lembaga pendidikan tinggi yang menawarkan kajian Islam secara mendalam masih sangat terbatas. Di samping itu, peluang kerja bagi umat Muslim, khususnya bagi mualaf dari kalangan lokal, juga tergolong minim. Faktor penyebabnya bisa beragam, mulai dari kurangnya keterampilan, diskriminasi terselubung, hingga lemahnya jejaring sosial yang bisa mendukung mereka.

Secara internal, umat Islam juga menghadapi kendala dalam hal solidaritas antar kelompok etnis. Terdapat kecenderungan stereotip dalam komunitas sendiri, seperti pandangan bahwa hanya individu keturunan Asia yang layak memimpin organisasi-organisasi Islam. Pandangan semacam ini perlu diubah agar tercipta komunitas Muslim yang lebih inklusif dan mampu tumbuh secara kolektif.

Meskipun dihadapkan pada berbagai tantangan, komunitas Muslim di Zimbabwe tetap memberikan kontribusi positif bagi masyarakat luas. Mereka terlibat aktif dalam bidang sosial, pendidikan, dan kesehatan. Beberapa masjid bahkan berfungsi sebagai pusat komunitas yang terbuka bagi publik, tidak hanya untuk beribadah, tetapi juga untuk kegiatan pembelajaran dan diskusi. Selain itu, umat Islam juga secara rutin mengikuti dialog antaragama sebagai wujud keterlibatan mereka dalam membina keharmonisan antar umat beragama.

  • Kontribusi dan Tantangan Komunitas Muslim Zimbabwe ke Depan

Meskipun Islam merupakan agama minoritas di Zimbabwe, umat Muslim telah memberikan kontribusi yang cukup besar dalam berbagai bidang, seperti sosial, ekonomi, dan budaya. Komunitas Muslim yang terdiri dari beragam latar belakang etnis dan budaya mampu menyesuaikan diri dengan masyarakat sekitar sambil tetap mempertahankan identitas keagamaannya. Walaupun mereka menghadapi banyak tantangan, seperti keterbatasan sumber daya dan perbedaan budaya antar kelompok etnis. Mereka tetap berusaha memperkuat posisi dalam masyarakat.

Salah satu hal penting yang terus diupayakan adalah membangun pemahaman dan kerjasama antarumat beragama. Dalam masyarakat Zimbabwe yang plural, Islam berperan dalam mendorong nilai-nilai toleransi dan hidup rukun. Masjid dan organisasi Islam tidak hanya menjadi tempat ibadah, tapi juga menjadi pusat kegiatan sosial, seperti kegiatan amal, pendidikan, dan layanan kesehatan yang terbuka bagi semua orang, tanpa melihat agama.

Namun, sebagai kelompok minoritas, umat Islam masih sering mengalami stereotip dan diskriminasi. Selain itu, akses terhadap pendidikan agama yang lebih mendalam masih terbatas, dan perempuan Muslim masih jarang diberi kesempatan untuk terlibat dalam kepemimpinan keagamaan. Meski begitu, komunitas Muslim terus berusaha mengatasi hal ini dengan mendekatkan diri kepada masyarakat luas, menyebarkan pesan perdamaian, dan menunjukkan bahwa Islam adalah agama yang membawa manfaat bagi semua.

Ke depan, walaupun jumlah umat Islam di Zimbabwe tidak banyak, peran mereka dalam menciptakan masyarakat yang lebih terbuka dan adil tetap terasa. Islam, sebagai agama yang mengajarkan perdamaian dan kasih sayang, punya potensi untuk memberi kontribusi lebih besar, tidak hanya untuk umat Islam saja, tapi juga untuk seluruh masyarakat Zimbabwe dalam membangun kehidupan yang lebih harmonis dan saling menghargai

Referensi;

Kusrini, Siti. 2021. Jejak Pemikiran Pendidikan Ulama NusantaraCv Asna Pustaka.

Lubis, M.A. 1964.  Islam di Afrika. Jakarta: Pustaka.

Muchsin, Misri A. 2019. Perjuangan Muslim di Negara Konflik. Banda Aceh: Ar-Raniry Press.

RahmanFazlur. 2020.  Islam Sejarah Pemikiran dan Peradaban. Bandung: Al- Mizan.

Hasanah, Uswatun. 2025. Sejarah Kebudayaan Islam Tematik (Menyelami Hikmah Sejarah Dalam Wacana Modern). Yogyakarta: Deepublish.

Saidi, Zaim. 2007 Ilusi demokrasi kritik dan otokritik Islam: menyongsong kembalinya tata kehidupan Islam menurut amal Madinah. Jakarta: Penerbit Republika.

Mandivenga, Ephraim C. 2006.  Islam in Zimbabwe. Gweru: Mambo Press.

Al-Chaidar dkk. 2007. Islam, fundamentalisme & ideologi revolusi. Jakarta: Madani Press

Kontributor: Nova Fitria Cahyani

Editor: Shoffa

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *