Kisah Tragis: Qarun si Angkuh Gila Harta

Kisah Tragis: Qarun si Angkuh Gila Harta

MAHADALYJAKARTA.COM – Siapa yang tidak mengenal sosok Qarun, manusia sombong, angkuh, gila harta dan senang membanggakan diri yang hidup sezaman dengan Nabi Musa al-Kalim. Kisahnya diabadikan oleh Allah Swt dalam kitab suci Al-Qur’an sebagai pembelajaran bagi umat manusia setelahnya.

Dalam surah al-Qashash ayat 76-83 diceritakan secara gamblang, betapa buruknya perangai keturunan Nabi Adam yang satu ini. Dikisahkan, bahwa ia merupakan orang yang aniaya terhadap masyarakat sekitar. Namun di samping itu, ia dianugrahi dan diuji dengan harta yang melimpah ruah, yang gemboknya saja harus dipikul oleh beberapa algojo berbadan kekar dan dengan 60 baghal (peranakan kuda dan keledai). 

اِنَّ قَارُوْنَ كَانَ مِنْ قَوْمِ مُوْسٰى فَبَغٰى عَلَيْهِمْ ۖوَاٰتَيْنٰهُ مِنَ الْكُنُوْزِ مَآ اِنَّ مَفَاتِحَهٗ لَتَنُوْۤاُ بِالْعُصْبَةِ اُولِى الْقُوَّةِ …

Artinya: “Sesungguhnya Qarun termasuk kalangan Musa, tetapi dia berlaku aniaya terhadap mereka. Kami telah menganugerahkan kepadanya (Qarun) kekayaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-kuat.” (QS. Al-Qashash [28] : 76)

Imam al-Mawardi dalam kitab tafsir al-Mawardi merincikan perbuatan zhalim atau kesombongan Qarun menjadi 6 macam: 

1) Kafir kepada Allah Swt., 

2) Memanjangkan jubah agungnya, sekitar satu jengkal, karena sombong. Kalau bahasa populernya ialah isbal.

3) Membanggakan atau menyombongkan kelimpahan harta dan banyak anaknya

4) Berbuat aniaya ketika Allah Swt memerintahkan Nabi Musa As untuk merajam pezina, si Qarun ini menyogok seorang wanita dengan harta, agar mau mengaku kalau ia berzina dengan Qarun. Di hadapan Nabi Musa As, wanita tersebut mengakui kalau ia telah berzina bersama Qarun. Kemudian Nabi Musa memintanya agar bersumpah atas nama Allah yang telah membelah laut untuk Bani Israil dan yang telah menurunkan kitab Taurat kepada Musa As, jika memang kejadian tersebut benar adanya. Karena takut, selanjutnya wanita tadi berkata, “Aku bersaksi bahwa engkau berlepas diri (dari orang musyrikin), sesungguhnya Qarun memberiku harta supaya aku katakan seperti itu, engkau adalah orang yang benar dan Qarun adalah pembohong”. Dan drama ini merupakan skenarionya.

5) Qarun adalah budak Fir’aun yang kerjaannya menganiaya Bani Israil serta berbuat zalim kepada mereka

6) Menganggap apa yang dianugrahkan oleh Allah Swt kepadanya berupa harta dan kekayaan, hanya karena kelebihan diri, ilmu dan kecerdikannya.

Qarun adalah Kerabat Nabi Musa As

Sosok Qarun ini merupakan anak dari paman Nabi Musa As jalur bapak (keponakan). Nama lengkap berikut nasabnya adalah Qarun bin Yashab bin Qahits. Sedangkan Nabi Musa As, Musa bin ‘Imran bin Qahits. Pendapat tersebut merupakan kesepakatan mayoritas ulama. Sekalipun Ibnu Ishak membantah hal itu, dengan mengatakan kalau Qarun merupakan paman dari Nabi Musa As.

Qatadah mengatakan, bahwasanya Qarun ini punya panggilan lain yakni al-munawwar (orang yang mencerahkan), sebab memiliki suara merdu ketika melantunkan kitab suci Taurat. Namun buruknya, ia merupakan musuh Allah yang munafiq, sama halnya dengan Samiri (pembuat patung berhala anak sapi di zaman Nabi Musa As). Karena itulah Allah Swt membinasakannya, berikut dengan harta kekayaannya.

Baca Juga:

Lima Tahapan Pertemuan Nabi Khidir AS dan Nabi Musa AS

Siapa sangka, seseorang yang durhaka kepada tuhannya merupakan kerabat dekat dari seorang Nabi. Lantas, apakah sosok nabi tidak mampu mengajak orang terdekatnya menuju jalan yang benar?. Fakta sejarah ini semakin menegaskan bahwa petunjuk iman dan kesesatan merupakan hak prerogatif Allah Swt yang bebas ia anugerahkan kepada para hambanya. Nabi Muhammad Saw dalam sebuah haditsnya yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Amr, menyandingkan Qarun dengan para pembangkang-pembangkang kelas kakap seperti Fir’aun, Haman dan Ubay bin Khalaf. Karena kelakuannya itu setara dengan mereka. Ketika hadits tersebut disabdakan, Rasulullah Saw sedang mengingatkan para sahabat tentang shalat. Redaksi haditsnya sebagai berikut, 

عن عبد الله بن عمرو, عن النبي صلى الله عليه وسلم أنه ذكر الصلاة فقال: (( من حافظ عليها, كانت له نورا و نجاة يوم القيامة, ومن لم يحافظها عليها, لم يكن له نور و لا برهان, و كان يوم القيامة مع قارون وفرعون و هامان و أبي بن خلف))

Artinya: Dari Abdullah bin Amr, Dari Nabi Muhammad Saw, bahwasanya beliau sedang menyinggung atau membicarakan perkara shalat, lantas bersabda, “Barangsiapa yang menjaga sholat, maka bagi orang tersebut cahaya dan kesuksesan pada hari kiamat. Dan barangsiapa yang tidak pernah menjaganya, maka tiada baginya cahaya dan pembuktian. Kemudian, pada hari kiamat akan bersama Qarun, Fir’aun, Haman dan Ubay bin Khalaf.

Selain itu, padahal Qarun ini sudah dinasehati oleh kaumnya, namun tetap saja ia angkuh dibalut busana kesombongannya. Dalam lanjutan ayat Qur’an sebelumnya, Al-Qashash: 76-77 diterangkan,

…اِذْ قَالَ لَهٗ قَوْمُهٗ لَا تَفْرَحْ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ الْفَرِحِيْنَ ٧٦ وَابْتَغِ فِيْمَآ اٰتٰىكَ اللّٰهُ الدَّارَ الْاٰخِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيْبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَاَحْسِنْ كَمَآ اَحْسَنَ اللّٰهُ اِلَيْكَ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِى الْاَرْضِ ۗاِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِيْنَ ٧٧ 

Artinya: (76) “…(Ingatlah) ketika kaumnya berkata kepadanya, “Janganlah engkau terlalu berbangga diri. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan diri.” (77) “Dan, carilah pada apa yang telah Allah anugerahkan kepadamu (pahala) negeri akhirat, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia. Berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.”

Qarun Tenggelam bersama Hartanya

Suatu ketika Qarun ini lewat di hadapan Nabi Musa As dengan dibalut kemewahan harta (flexing) dan diiringi pasukannya. Saat itu Nabi Musa As sedang berdakwah di tengah kaumnya, sampai-sampai jama’ah pengajian yang sedang mendengarkan pun berpaling ke arahnya, kemudian Qarun dipanggil oleh Nabi Musa As, seraya berkata, “Apa yang membawamu ke sini?”

Qarun menjawab: “Wahai Musa, sesungguhnya engkau itu lebih mulia daripada aku sebab engkau adalah Nabi. Sedangkan aku lebih mulia daripada kamu sebab harta yang aku miliki. Jika engkau ingin, doakanlah keburukan atas diriku dan aku akan mendoakan keburukan atas dirimu.”

Kemudian keluarlah Nabi Musa As bersamaan dengan Qarun, sambil berdialog,

Nabi Musa, “Aku yang akan berdoa terlebih dahulu atau engkau?”

Qarun menjawab, “Aku akan berdoa duluan.”

Maka Qarun pun berdoa agar keburukan ditimpakan kepada Nabi Musa A., namun tidak dikabulkan. Lalu Nabi Musa As berkata, “Apakah sekarang giliranku untuk berdoa?

Qarun menjawab, “Ya.”

Nabi Musa pun berdoa, “Ya Allah, perintahkanlah bumi agar menuruti keinginanku hari ini.

Lalu turun wahyu Allah Swt kepada Nabi Musa As bahwa keinginan Nabi Musa telah dipenuhi.

Nabi Musa berkata, “Wahai bumi, telanlah mereka!” maka bumi pun menelan mereka sampai ke mata kaki mereka.

Nabi Musa melanjutkan, “Telanlah mereka!” maka bumi menelan mereka hingga lutut-lutut mereka kemudian hingga punggung-punggung mereka.

Nabi Musa berkata lagi, “Telanlah harta-harta mereka” bumipun menelan semua harta benda dan aset-aset yang mereka miliki, langsung di hadapan mereka.

Kemudian Nabi Musa berisyarat dengan tangannya seraya berkata, “Pergilah kalian! Wahai bani Lawiy.” Seketika itu bumi menenggelamkan semua tubuh mereka.

Qatadah meriwayatkan, bahwasanya mereka sedikit demi sedikit ditelan bumi hingga datangnya hari kiamat. Ibnu Abbas meriwayatkan pula, bahwasanya mereka ditenggelamkan ke dalam lapisan bumi yang ketujuh.

Setelah si Qarun ditenggelamkan oleh Allah Swt, segala harta bendanya dimusnahkan, rumahnya dirobohkan dan dibinasakan jiwanya. Orang-orang dari pengikut Nabi Musa As yang berangan-angan ingin nasibnya sama seperti Qarun menyesal karena peristiwa tersebut. Kemudian bersyukur kepada Allah Swt atas segala bentuk batasan-batasan yang Ia anugerahkan kepada hamba-hambaNya. Ungkapan mereka direkam oleh Allah Swt dalam kitab suci Al-Qur’an surah al-Qashash ayat 82:

وَاَصْبَحَ الَّذِيْنَ تَمَنَّوْا مَكَانَهٗ بِالْاَمْسِ يَقُوْلُوْنَ وَيْكَاَنَّ اللّٰهَ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَّشَاۤءُ مِنْ عِبَادِهٖ وَيَقْدِرُۚ لَوْلَآ اَنْ مَّنَّ اللّٰهُ عَلَيْنَا لَخَسَفَ بِنَا ۗوَيْكَاَنَّهٗ لَا يُفْلِحُ الْكٰفِرُوْنَ ( ٨٢) 

Artinya: “Orang-orang yang kemarin bercita-cita mencapai kedudukannya (Qarun) itu berkata, “Aduhai, benarlah Allah yang telah melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki dari para hamba-Nya dan Dia (juga) yang menyempitkan (rezeki bagi mereka). Seandainya Allah tidak menganugerahkan karunia-Nya pada kita, tentu Dia telah menenggelamkan kita pula. Aduhai, benarlah tidak akan beruntung orang-orang yang kufur (terhadap nikmat).”

Imam Ibnu katsir dalam kitab Tafsir Ibnu Katsir, menjelaskan beberapa makna yang terkandung dalam lafadz “ وَيْكَاَنَّهٗ ”, namun beliau mengunggulkan pendapat Qatadah, bahwa makna lafadz tersebut adalah “ أَلَمْ تَرَ أَنَّ ” yang berarti, “Tidakkah kalian melihat.” Jadi, kalau disambungkan dengan ayat Qur’an tadi maka bermakna, “Tidakkah kalian melihat bahwa orang-orang kufur nikmat tidak akan pernah beruntung.”

Demikianlah, kisah tragis sang Qarun yang gila harta, angkuh dan membanggakan diri yang berakhir secara mengenaskan. Banyak hikmah yang dapat dipelajari dari kisah tersebut. Namun, barang kali, tentu tulisan ini terlalu singkat untuk menjelaskan secara detail apa yang terjadi sepenuhnya pada diri Qarun. Maka, penulis berharap, pembaca bisa membaca referensi yang lebih luas bahasannya dari tulisan ini.

Referensi:

Ibnu Katsir. Qashash al-Anbiya’. Kairo: Dar al-Thaba’ah wa al-Nasyr al-Islamiyah. 1997

Ibnu Hajar al-Astqalani. Tuhfah al-Nubala’ min al-Qashash al-Anbiya’. Alexandria: Dar al-Iman. 2002

Hafidz bin Ahmad al-Hakami. Ma’arij al-Qabul bi Syarh Sulam al-Wushul ila ‘Ilmi al-Ushul Jilid 2. Dammam: Dar Ibnu al-Qayyim. 1990

Al-Mawardi. Tafsir al-Mawardi ‘al-Nukat wa al-‘Uyun’. Jilid 6. Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiah. 2010

Ibnu Katsir. Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim. Jilid 8. Tt. : Dar Thayyibah li al-Nasyr wa al-Tauzi’. 2010

Kontributor: Muhaimin Yasin, Semester III

Editor: Dalimah NH

Leave a Reply