Awal Penjelajahan Ibnu Batutah di Abad Pertengahan
Ma’had Aly – Dapat kita ketahui bahwasanya di Nusantara terdapat sosok Ulama tak tertandingi kegagahan dan keberaniannya dalam menegakkan Islam. Ia adalah ulama yang sangat masyhur di dunia, yang mana dikenal dengan julukan Pengembara Muslim karena ketangguhannya dalam menegakkan agama Islam sangat kuat, sehingga ia terjun dengan menjelajahi dunia seorang diri tanpa ditemani oleh siapapun dari tanah kelahirannya. Agar dapat mengenali manusia dengan berbagai latar belakang dan kebudayaannya, ia melakukan kegemarannya yaitu menjelajahi dunia sehingga mendapatkan sebutan Pelopor Muslim pada abad ke-14 M.
Meski banyak yang diketahui bahwa Marcopolo dan Colombus adalah penjelajah yang hebat namun tak sebanding dengan tokoh ini, terutama dalam jarak tempuh perjalanannya yaitu lebih dari 175 mil, dimulai dari tanah kelahirannya yakni Thanjah. Petualangannya ini sangat tepat untuk dijadikan inspirasi, di mana ia telah menjelajahi dunia sepanjang ratusan kilometer menelusuri gurun yang gersang yang mana dalam perjalanannya banyak rintangan-rintangan yang harus dihadapi yaitu perampok-perampok yang dapat menimpa keselamatan jiwanya.
Tokoh ini bearasal dari Tangier, Maroko yang paling ujung. Dia mengunjungi sekitar 40 Negara termasuk negara Indonesia. Awal penjelajahannya diawali dengan menunaikan ibadah haji, di usia yang masih sangat belia yakni 21 tahun. Ia adalah Ibnu Batutah seorang pengembara yang terkenal karena pengamatan yang dilakukannya ke seluruh penjuru dunia selama 30 tahun.
Nama lengkap Ibnu Batutah adalah Muhammad bin Abdullah bin Muhammad bin Ibrahim al-Lawati ath-Thanji. Lahir di Kota Thanjah (Tangier), Maroko, pada hari Senin, tanggal 17 Rajab 703 H/ 1303 M. Ibnu Batutah adalah seorang pengembara terhebat dari bangsa Arab yang berhasil menyaingi orang-orang besar semasa zamannya, yakni Marcopolo Al-Bandaqi dan Colombus. Pada tahun 725 M, Ibnu Batutah mengawali pengembaraan dan meninggalkan negerinya, yakni Kota Tangier. Tangier merupakan kota yang sangat damai, jarang terjadi kerusuhan. Masyarakat Tangier ini bercita-cita agar bisa menunaikan ibadah haji ke Makkah. Tapi itu dirasa hanya sebagai khayalan bagi mereka, karena saat itu belum ada transportasi yang canggih untuk melakukan perjalanan yang Jauh. Tangier terletak di Pantai Maghribi, titik pertemuan antara dua Benua yaitu Benua Afrika dan Benua Eropa, juga pertemuan Laut Atlantik dan Laut Tengah. Jarak yang harus di tempuh dari Tangier menuju Makkah adalah 5000 km. Akan tetapi karena tekad dan kerinduan Ibnu Batutah kepada Baginda Rasulullah saw sudah sangat kuat, sehingga ia memutuskan untuk pergi menunaikan ibadah haji ke Makkah dan dari sinilah Ibnu Batutah mulai berkeliling menjelajahi dunia dengan menunggangi untanya. Untuk menghindari hadangan para perampok, dalam perjalanannya Ibnu Batutah bergabung dengan kafilah yang menuju ke Mesir. Bersamaan dengan itu, Ibnu Batutah menyusuri hutan, bukit, lereng, gunung dan bergerak menuju lenceng hingga tiba di Tunisia, dan ia singgah di sana selama 2 bulan.
Perjalanan Ibnu Batutah meliputi kota-kota besar di Afrika Utara, Iskandariyah, Dimyath, Kairo, dan Aswan di Mesir, Palestina, Syam, Makkah, Madinah, Najaf, Basrah, Syiraz, di Iran, Tunisia, Alexandria dan kawasan-kawasan lainnya termasuk Indonesia. Di Indonesia Ibnu Batutah pernah singgah di Aceh, ketika di sana ia menemukan keindahan dan kemajuan yakni tumbuhan yang hijau, dagangannya berkembang pesat, dan transaksi uangnya menggunakan emas. Hampir 120.000 km perjalanannya, petualangan yang ditempuh dengan rentang waktu 1325-1354 M ini tiga kali lebih lama dibanding jarak tempuh yang dilakukan oleh Marcopolo. Seluruh perjalanan dan catatan Ibnu Batutah dituangkan kembali ke dalam buku oleh seorang penulis handal di Maroko yaitu Ibnu Jazui al-Kalbi yang mana penulisannya ini didikte langsung oleh Ibnu Batutah dengan judul Tuhfah al- Nuzhar fi Ghara’ib al-Amsar wa al-Aja’ib Asfar atau yang biasa dikenal dengan Rihlah Ibnu Batuthah. Buku ini sudah diprakarsai oleh Sultan Maroko sendiri yaitu Sultan Abu ‘Inan.
Setelah melakukan ibadah haji, Ibnu Batutah langsung bergegas bersama dengan rombongan menuju Madinah, Damaskus, Irak dan Iran lalu kembali ke Mekkah. Ia menginap serta menimba ilmu dengan ulama dan ilmuwan di sana selama 3 tahun. Sebelum ke Mekkah, Ibnu Batutah sudah lebih dulu menyusuri Tunisia selama 2 tahun. Ia tinggal di madrasah dan mendapati seorang ilmuwan juga berguru kepadanya. Setelah mendapati ilmu yang cukup untuk bekal hidupnya Ia melanjutkan perjalanannya ke Mekkah, dalam perjalanannya ia bertemu dengan rombongan kafilah yang ingin menuju Mesir. Kekhawatiran yang ia rasakan benar terjadi, dalam perjalanan menuju Mesir ia mendapati segerombolan perampok dan menyerangnya bersama kafilah rombongannya. Beruntungnya, Ibnu Batutah beserta rombongan tidak mengalami luka parah.
Dari Tunisia kemudian menuju Libya hingga tiba di Alexandria. Sejak meninggalkan Tangier dan Libya Ibnu Batutah telah menempuh jarak sejauh 3500 km melintasi Afrika Utara, 8 bulan sebelum musim ibadah haji dimulai, Ibnu Batutah memutuskan untuk mengunjungi Kairo. Pada tahun 1326 M, Ibnu Batutah dan rombongan tiba di Pelabuhan Alexandria yaitu di ujung barat dekat sungai Nil, Ibnu Batutah sangat terkesan dan menurutnya Alexandria adalah salah satu tempat yang indah dan menakjubkan dari 5 tempat yang pernah Ia kunjungi saat itu. Di bawah pimpinan Kerajaan Mamluk, Alexandria merupakan pelabuhan yang sangat aktif dalam segala aktivitas.
Setelah beberapa pekan, Ibnu Batutah singgah di Kairo untuk beberapa saat lalu melanjutkan perjalanannya ke Damaskus dengan pengawasan ketat dari kerajaan Mamluk, di Damaskus Ibnu Batutah menghabiskan bulan Ramadhan dan menggunakan waktunya untuk belajar. Selama 24 hari di sana, ia juga bertemu dengan beberapa guru, ilmuwan juga para hakim. Kemudian melanjutkan perjalanannya ke Mekkah melalui jalur Suriah. Dalam perjalanannya, Ibnu Batutah mengunjungi tempat-tempat suci seperti al-Kholil di Hadron, al-Quds di Yerussalem dan Bethlehem adalah beberapa tempat yang dikunjunginya. Selama seminggu di Yerussalem Ibnu Batutah mengunjungi Al-Aqsa dan Kubah Batu. Menjelang musim haji tiba dan bulan Ramadhan selesai, ia bergegas meninggalkan Damaskus dan bergabung ke rombongan haji lainnya untuk melaksanakan ibadah haji sekaligus melanjutkan perjalanan ke Madinah. Di bawah pengawasan Raja Mamluk, Ibnu Batutah dan rombongan sampai di Madinah dengan selamat. Ia tinggal di Madinah selama 4 hari, kemudian bergegas ke Makkah untuk menunaikan ibadah haji. Setelah selesai menunaikan ibadah hajinya, Ibnu Batutah tidak kembali ke Tangier, ia memutuskan untuk melanjutkan perjalanannya ke Irak dan Iran.
Tujuan awalnya pengembaraan telah membawanya menuju penjelajahan 30 tahun yang penuh kegemilangan. Ibnu Batutah mencatat seluruh perjalanan yang telah ditempuhnya, catatan itu telah ditulis kembali oleh Ibnu Jazui dengan judul yang mudah dikenang yaitu Rihlah Ibnu Batuthah dalam arti “Perjalanan Ibnu Batuthah’’.
Referensi
Al-Ghozali, Ibnu Batutah, Jakarta: PTS Publishing House, 2016.
Gordon, Steward, Asia Menguasai Dunia, terjemahan Laenofar Bahfain, Jakarta: PT Cahaya Insan Suci, 2008.
Harun Nasution dkk., Ensiklopedi Islam Indonesia, Jakata: Djambatan, 2002.
Muhamad Abdullah Batutah, Rihlah Ibnu Batutah, terjemahan Muhson Anasy, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2009.
Saeful Hadi, Profil Ilmuan Muslim Perintis, Jakarta: CV Fauzan Inti Kreasi, 2004.
Oleh : Siti Afifatur R, Semester III