Al-Hakam II, Pembangun Peradaban Wilayah Andalus

Al-Hakam II, Pembangun Peradaban Wilayah Andalus

Ma’had Aly – Berawal dari datangnya utusan perang sebanyak 7000 tentara ke daratan Spanyol sebagai pasukan gerak cepat yang berada  di bawah komando Thariq bin Ziyad, negeri-negeri di Eropa mulai merasakan semangat hidup kaum muslimin dan mulai memperlihatkan cahaya keislaman. Satu persatu kota di sekitarnya dapat ditaklukan dalam waktu yang cukup signifikan. Andalusia merupakan suatu wilayah luas yang di dalamnya terdapat semenanjung Iberia. Termasuk juga di dalam semenanjung ini terdapat dua Negara; Portugal dan Spanyol.

Pada tahun 929 Masehi, Abdurrahman III melakukan kejutan besar dalam bidang politik. Ia merombak sistem pemerintahannya dari Emirat menjadi Khilafat. Langkah ini dirasa sangat strategis karena akan berdampak pada kemandirian daulah di masa yang akan datang. Ia kemudian mendeklarasikan diri sebagai Khalifah An-Nashir Li-Dinillah (Khalifah penolong bagi agama Allah). Ini merupakan momentum historis yang strategis dalam perjalanan karir pemerintahan Islam.

Al-Hakam II, merupakan Putra Mahkota dari Abdurrahman III. Sang penolong agama Allah. Ia meneruskan zaman keemasan yang telah dicapai oleh ayahnya. Lebih dari itu, ia merupakan seorang cendekiawan dan negarawan yang terkenal dengan kecintaan akan perdamaian. Al-Hakam II menerima jabatan di kursi kekhalifan tepat pada Ramadhan tahun 350 Hijriyah. Pada dasarnya ia telah ditunjuk sejak masih muda karena telah lama ikut andil dalam menjalankan roda pemerintahan ayahnya. Ia juga mendapat gelar terhormat sebagai “Khalifah Cendekiawan” karena kecintaannya pada ilmu pengetahuan.

Di bawah kepemerintahannya, seluruh wilayah Andalusia benar-benar aman, tentram, dan sejahtera. Faisal Ismail penulis Sejarah dan Kebudayaan Islam Periode Klasik dikatakan dalam bukunya  bahwa al-Hakam II sebagai khalifah sekaligus cendekiawan, berani menggelontorkan dana yang besar hanya untuk memperluas dan memperbesar perpustakaan yang berada di ibu kota Cordova. Sehingga menjadikannya sebagai perpustakaan terbesar di seluruh kawasan Eropa.

  • Biografi Al-Hakam II

Nama Lengkap: Abu al-Ash al-Muntashir Billah al-Hakam.

Sejarah perdaban Islam di Eropa tidak dapat dipisahkan begitu saja dari kekuasaan daulah bani Umayyah II yang telah mencapai titik keemasannya pada masa Abdurrahman III. Adurrahman III merupakan salah seorang khalifah yang memerintah antara tahun 912 sampai 961 Masehi. Akan tetapi perlu diketahui pula bahwa di tangan Al-Hakam II–sebagai khalifah penerusnya–pun masih mampu mempertahankan bahkan menambah kejayaan daulah ini semakin tak tertandingi saja pada masa itu.

Al-Hakam II dikenal sebagai pemimpin yang bijaksana dan cinta perdamaian sehingga hampir dalam kekhalifahannya tidak mengutamakan peperangan dalam memperluas wilayah Islam. Selain itu juga ia adalah seorang yang terpelajar. Dalam hal ini ia merupakan khalifah kesembilan apabila Abdurrahman ad-Dakhil dihitung sebagai khalifah pertama. Jika tidak, maka al-Hakam II merupakan khalifah kedua setelah ayahnya. Masa pemerintahannya sangat bagus dan cukup terpandang. Para sejarawan menyebut masa ini dengan sebutan “puncak keemasan sastra Arab di Spanyol”. Ia merupakan anak dari hasil pernikahan antara Abdurrahman III dan Murjan. Dilahirkan pada tanggal 13 Januari 915 Masehi di Cordova dan meninggal dunia saat umur 61 tahun  pada tanggal 16 Oktober  976 Masehi. Ia menikahi wanita Cordova dengan dikaruniai dua orang putra, Abdurrahman dan Hisyam II.

  • Masa Kepemimpinan

Abul Ash al-Mustanshir Billah–nama lain Al-Hakam II–mendapatkan hak otoritas sebagai khalifah pada umur empat puluh lima tahun. Ia mendapatkan gelar khalifah kedua sebagai penerus ayahnya yang meninggal di tahun yang sama, 961 Masehi. Dalam kepemimpinannya, ia melakukan berbagai terobosan kemajuan terutama dibidang keilmuwan dan juga kedokteran sehingga rakyatnya merasakan hak kesejahteraan. Perlu kita ketahui pula bahwasannya Al-Hakam II merupakan seorang pemuda yang terdidik dan sangat mendukung kemajuan-kemajuan terutama dibidang keilmuwan. Semua itu dibuktikan dengan dibangunnya gedung-gedung sekolah dan perguruan tinggi menjadikan Cordova sebagai basis ilmu pengetahuan oleh para pendatang dari berbagai belahan dunia.

  • Kemajuan Peradaban Islam di Spanyol

Al-Hakam II memimpin daulah bani Umayyah selama kurun waktu lima belas tahun. Dalam waktu yang demikian tersebut, al-Hakam II mampu menunjukkan prestasinya di hampir setiap bidang keilmuwan. Bukan hanya itu, bidang lain seperti kedokteran dan medis pun tak luput mendapat perhatian dari pemerintahan saat itu. Al-Hakam II selalu memastikan masyarakatnya mendapatkan kehidupan yang layak, salah satunya ialah mendirikan perguruan tinggi gratis untuk memajukan sumber daya manusianya.

Berikut adalah beberapa kemajuan peradaban Islam Spanyol di berbagai aspek:

1. Kemajuan Intelektual

Spanyol dengan takdirnya menjadi negeri yang subur, membuatnya mampu menghasilkan sesuatu yang mampu menumbuhkan ekonomi. Kemampuan ekonomi inilah salah satu faktor yang mendukung kemajuan bangsa Spanyol dibidang intelektual. Selain itu, Spanyol juga merupakan Negara yang majemuk dengan adanya berbagai macam suku dan budaya seperti adanya komunitas Arab, al-Muwaladun (penduduk Spanyol yang masuk Islam), Barbar (umat Islam yang berasal dari Afrika Utara), as-Saqalibah dan lain-lain. Dalam hal ini, semua komunitas yang ada mempunyai andil dalam melahirkan kaum intelektual Andalusia dan menghasilkan kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan, sastra dan pembangunan fisik. Termasuk bangsa Yahudi karena bangsa ini memiliki tingkat kecerdasan di atas rata-rata.

2. Filsafat

Islam yang berkembang di Spanyol menjadi awal lahirnya para filosof di kemudian hari, Seperti halnya Abu Bakar Muhammad ibn al-Sayigh atau yang terkenal dengan Ibn Bajjah. Selain itu Abu Bakar ibn Thufail, seorang yang banyak menulis tentang kedokteran, astronomi, dan filsafat. Karya filsafatnya yang masyhur ialah Hay ibn Yaqzan. Badri Yatim menuturkan dalam bukunya bahwa tokoh yang terbesar dan paling masyhur pada masa itu ialah Ibnu Rusydi (Averroes) dari Cordova. Kelebihannya ia adalah orang yang ahli dalam menafsirkan karya-karya Aristoteles serta mengakomodir antara filsafat dan agama. Ia juga merupakan seorang ahli fikih, bukti kecerdasannya itu ia bukukan menjadi sebuah kitab yang terkenal berjudul Bidayatul Mujtahid.

3. Fiqih

Spanyol pada masa pemerintahan al-Hakam II dikenal dengan Islam yang menganut madzhab Maliki. Adapun orang yang memperkenalkan madzhab ini adalah Ziyad bin Abdurrahman, Abu Bakar bin al-Quthiyah serta Ibn Hamzah.

4. Perguruan Tinggi

Di bawah kekuasaannya pula, al-Hakam II menyelenggarakan pengajaran hingga memunculkan sarjana-sarjana. Dengan membangun kembali Universitas Cordova yang menjadi salah satu pendidikan tinggi membuat kepemimpinannya semakin terkenal di berbagai belahan dunia bersamaan dengan terkenalnya universitas rintisannya. Universitas ini mendampingi Universitas Al-Azhar Cairo dan Nizamiyah di Baghdad. Adapun ulama-ulama yang mengajar di Universitas Cordova antara lain adalah al-Qutaybah (ahli tata bahasa), Abu Ali al-Qali (ahli Filologi), dll

5. Kemajuan Arsitektur

Di antara bangunan-bangunan monumental yang bernilai arsitektur tinggi serta masih tegak sampai saat ini adalah Masjid Jami’ dan Madinat Az-Zahra’ Cordova.

6. Teknik Pembuatan Kapal dan Alat Navigasi

Jika dunia Kristen Barat baru mampu membuat kapal yang hanya bisa menyebrangi Laut Tengah dengan menggunakan angin buritan, orang Islam telah menemukan alat yang bernama kompas untuk mengetahui tata letak keberadaan dan penunjuk arah.[5] Belakangan diketahui bahwa penemu alat ini merupakan wanita muslimah bernama Mariam al-Astrulaby yang kemudian alat tersebut dikembangkan oleh ilmuwan-ilmuwan barat. Namun sejarawan lain mengatakan bahwa az-Zarqalli lah penemu astrolabe tersebut yang merupakan orang Islam kelahiran Cordova.

 

Referensi

Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo, 2008.

Dedi Saputra, “Mukadimah Jurnal Pendidikan, Sejarah dan Ilmu Sosial”, Medan, 2019.

Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, Bandung: CV Pustaka Setia, 2016.

Faisal Ismail, Sejarah dan kebudayaan Islam Periode Klasik Abad VII-XIII M, Yogyakarta: IRCiSoD, 2017.

 

Oleh : Ahmad Khoerul F., Semester IV

This Post Has One Comment

  1. Roronovia

    Sangat bermanfaat ? menambah pengetahuan tentang sejarah

Leave a Reply to Roronovia Cancel reply