Korespondensi Rasulullah saw pada Raja Habasyah, Raja Mesir dan Kaisar Persia

Korespondensi Rasulullah saw pada Raja Habasyah, Raja Mesir dan Kaisar Persia

Ma’had Aly – Setelah perjanjian Hudaibiyah pada akhir 6 H, keadaan menjadi tenang dan dakwah Islam mendapat ruang gerak secara progresif. Rasulullah saw menulis surat kepada Raja-raja di luar Jazirah Arab, dan mengajak mereka memeluk Islam dengan cara bijaksana dan nasihat yang baik. Beliau sangat memperhatikan hal itu, sehingga beliau mengajarkan dakwah melalui surat kepada raja. Pelaksanaan metode dakwah melalui surat kepada para raja, Rasulullah saw. memilih orang yang kompeten dan menguasai banyak bahasa untuk diutus dalam menyampaikan suratnya dari kalangan sahabat.

Ketika Rasulullah saw. hendak menulis surat yang akan ditujukan kepada para Raja, ada salah satu dari sahabat yang memberitahu, “Sesungguhnya mereka tidak akan ada yang mau menerimanya kecuali jika surat itu disertai cincin stempel.” Kemudian Rasulullah saw. mendengarkan usulan tersebut dan segera membuatnya. Cincin tersebut terbuat dari perak serta bertuliskan lafadz “Muhammad Rasul Allah” yang disusun dalam tiga baris. Menurut al-‘Alamah al-Manshurfuri, Rasulullah saw. mengutus para kurir surat pada awal bulan Muharram tahun 7 H, beberapa hari sebelum pergi ke Khaibar. Adapun tiga raja tersebut adalah sebagai berikut:

  1. Raja Habasyah (Najasyi al-A’shamah bin al-Abjar)

Surat dakwah Rasulullah saw. yang disampaikan pertama kali untuk penguasa di luar Jazirah Arab adalah surat yang ditujukan kepada Raja Najasyi. Surat seruan untuk masuk Islam ini disampaikan pada tahun ke-5 H/628 M. Surat ini dikirimkan oleh utusan Rasulullah saw. yang bernama Amru bin Umayyah ad-Dhamiri. Saat itu raja Najasyi menganut agama Nasrani (Kristen).

Alasan Rasulullah memilih Raja Najasyi sebagai tujuan surat pertama karena Raja Najasyi sangat terkenal di kalangan kaum muslimin beberapa tahun lalu sebelum mereka melakukan hijrah ke Madinah.

Mengenai pengiriman surat ini, ada banyak pendapat yang berbeda. Ada yang mengatakan surat tersebut ditulis oleh Rasulullah saw pada tahun ke 7 H atau akhir 6 H setelah perjanjian Hudaibiyah, dan ada pendapat lain yang mengatakan bahwa surat tersebut merupakan surat yang dibawa oleh Ja’far ketika hijrah ke Habasyah bersama rekan-rekannya pada periode Mekkah. Pendapat ini disebutkan oleh at-Thabari.

Al-Bayhaqi meriwayatkan dari Ibnu Ishaq mengenai teks surat yang ditulis oleh Nabi Muhammad saw. kepada Raja Najasyi sebagai berikut:

“Bismillahirrahmannirrahim. Dari Muhammad Sang Nabi, kepada Najasyi, al-Ashamah pemimpin Habasyah. Kesejahteraan bagi siapa saja yang mengikuti petunjuk, beriman kepada Allah swt. dan Rasul-Nya. Aku bersaksi bahwa tiada Illah selain Allah semata, yang tiada sekutu bagi-Nya, yang tidak mempunyai rekan pendamping dan anak, dan Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya. Aku menyeru tuan dengan seruan Islam, bahwa aku adalah Rasul-Nya. Maka masuklah Islam niscaya tuan akan selamat. Jika tuan menolak, maka tuan akan menanggung dosa orang-orang Nasrani dari kaum tuan.” Di penghujung surat tersebut dituliskan satu ayat dari surat Ali Imran : 64.

Setelah Amr bin Umayyah adh-Dhamiri menyampaikan surat Rasulullah saw. kepada Raja Najasyi dan suratnya diterima dengan baik. Setelah membacanya, Raja Najasyi langsung turun dari singgasananya dan duduk di atas lantai serta menyatakan masuk Islam di hadapan Ja’far bin Abu Thalib. Raja Najasyi langsung menulis surat balasan untuk Rasulullah saw.

“Bismillahirrahmannirrahim. Kepada Muhammad Rasul Allah, dari Najasyi Ashamah. Kesejahteraan bagi engkau wahai Nabi Allah, dari Allah dan rahmat Allah serta barakah-Nya. Demi Allah yang tiada Illah selain dia, amma ba’ad.”

Raja Najasyi telah memahami isi surat dari Rasulullah saw., bahwasanya isi surat tersebut telah menyebutkan sebagaimana yang ditulis didalam kitabnya. Raja Najasyi juga menyambut sepupu Rasulullah saw. bersama rekan-rekannya yang berhijrah ke Habasyah. Di hadapan sepupu Rasulullah saw. (Ja’far bin Abi Thalib) inilah Raja Najasyi menyatakan keislamannya.

Setelah peristiwa keislaman Raja Najasyi sampai kepada Rasulullah saw., lalu beliau memerintahkan Raja Najasyi untuk mengirim kembali rombongan Ja’far ke Mekkah. Raja Najasyi pun mengabulkan permintaan Rasulullah saw. dengan mengirim rombongan Ja’far mengendarai dua perahu. Saat itu mereka bertemu dengan Rasulullah saw. di Khaibar. Pada bulan Rajab tahun ke-7 H setelah perang Tabuk, Raja Najasyi meninggal dunia. Ketika mendengar kabar atas meninggalnya Raja Najasyi, Rasulullah saw. merasa sangat terpukul dan sedih serta mengucapkan bela sungkawa kemudian melaksanakan shalat ghaib.

  1. Raja Mesir (Muqauqis)

Rasulullah saw menulis surat kepada Juraij bin Mata yang bergelar Muqauqis, Raja Mesir dan Iskandariyah. Surat ini disampaikan oleh Hathib bin Abu Balta’ah. Adapun isi surat tersebut adalah :

“Bismillahirrahmannirrahim. Dari Muhammad Hamba Allah dan Rasul-Nya. Kepada Muqauqis Raja Qibthi. Keselamatan bagi siapa pun yang mengikuti petunjuk, Amma Ba’ad. Aku menyeru tuan dengan seruan Islam. Masuklah Islam, niscaya tuan akan selamat dan Allah akan memberikan pahala kepada tuan dua kali lipat. Namun, jika tuan berpaling, maka  tuan akan menanggung dosa penduduk Qibthi.”

Ketika Hathib telah menghadap Raja Muqauqis, ia langsung berkata,  “Bahwa sebelum tuan ada seseorang yang mengaku bahwa dirinya adalah Tuhan yang paling tinggi. Lalu Allah menimpakan hukuman kepadanya di dunia dan akhirat. Allah menyiksanya tanpa henti. Maka ambillah pelajaran dari kejadian ini, jangan sampai ada orang lain yang mengambil pelajaran dari tuan.” Muqauqis langsung menjawabnya dengan tegas, “Sesungguhnya kami mempunyai agama yang tidak akan kami tinggalkan kecuali jika ada agama yang lebih baik lagi.”

Hathib menceritakan semua hal tentang utusan Nabi Allah yang terakhir yaitu Nabi Muhammad saw. kepada Raja Muqauqis. Bahwasanya Rasulullah mengutusnya untuk menyampaikan surat kepadanya supaya mau memeluk Islam. Dan dalam dakwah Rasulullah saw. juga tidak melarang akan kepercayaan yang dianut oleh Raja Muqauqis beserta pengikutnya akan agama al-Masih. Dalam kitab Taurat dan Injil yang dibawa oleh Nabi Musa dan Isa as. dijelaskan bahwa kelak akan ada utusan Nabi terakhir yang akan membawa agama baru yaitu Islam. Serta tanda-tanda kenabian juga telah disebutkan dalam kedua kitab tersebut.

Kemudian Raja Muqauqis mengambil surat tersebut dan memberikan stempel lalu diserahkan kepada pembantunya. Setelah itu, ia menyuruh sekretarisnya untuk menulis surat balasan untuk Rasulullah saw., surat tersebut ditulis dalam bahasa Arab. Adapun isi dari surat tersebut yaitu:

“Bismillahirrahmannirrahim. kepada Muhammad bin Abdullah, dari Muqauqis, pemimpin Qibthi. Kesejahteraan bagi tuan, amma ba’d. Saya telah membaca surat tuan dan memahami isinya serta apa yang tuan serukan. Saya sudah tahu bahwa akan ada seorang Nabi yang masih tersisa. Menurut perkiraan saya, dia akan muncul dari Syam. Saya hormati utusan tuan, dan kini kukirimkan dua gadis yang mempunyai kedudukan terhormat di masyarakat Qibthi dan beberapa lembar kain. Dan saya hadiahkan pula seekor Baghal agar dapat tuan pergunakan sebagai tunggangan. Salam sejahtera bagi tuan.

Dilihat dari balasan surat tersebut dapat disimpulkan bahwa Raja Muqauqis tidak menyatakan masuk Islam saat itu. Akan tetapi, dia mempercayai bahwa utusan yang telah disebutkan di dalam kitabnya itu adalah Nabi Muhammad. Dua gadis yang dimaksud di dalam surat tersebut adalah Mariyah (yang dijadikan sebagai Istri oleh Rasulullah) dan Sirrin (yang diberikan kepada Hassan bin Tsabir al-Anshari. Sedangkan Baghal (keturunan silang antara kuda betina dan keledai jantan, bagal) yang hidup hingga zaman Muawiyah.

  1. Kaisar Persia (Kisra)

Rasulullah mengirimkan surat kepada penguasa negeri digdaya Persia yang berbunyi:

“Bismilaahirrahmannirrahim.Dari Muhammad Rasul Allah kepada Kisra, pemimpin Persia. Kesejahteraan bagi siapa pun yang mengikuti petunjuk, beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, bersaksi bahwa tiada Illah selain Allah semata, yang tiada sekutu baginya, dan bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-nya. Aku menyeru tuan dengan seruan Islam. Sesungguhnya aku adalah utusan Allah untuk memberi peringatan kepada orang yang hidup dan membenarkan perkataan atas orang-orang kafir. Masuklah Islam, niscaya tuan akan selamat. Namun jika tuan menolak, maka dosa-dosa orang Majusi ada di pundak tuan. Surat ini disampaikan oleh sahabat yang bernama Abdullah bin Hudzafah as-Sahmi.

Abrawis, Raja Kisra murka setelah membaca surat itu. Surat itu dirobek-robek dan dihempasnya begitu saja sambil berkata dengan angkuh, “Seorang budak yang hina dina dari rakyatku pernah menulis namanya sebelum aku berkuasa.” Ketika berita penolakan ini sampai di telinga Rasulullah,  beliau langsung bersabda “Allah swt. akan mencabik-cabik kerajaannya.”

Setelah itu, Raja Kisra melakukan penyelidikan mengenai siapa sebenarnya Muhammad yang mengaku dirinya sebagai Nabi dan mengajaknya untuk memeluk agama baru (Islam). Kemudian ia menulis surat yang ditujukan kepada Badzan yang saat itu menjabat sebagai gubernur di Yaman. Surat itu berisi permintaan Raja Kisra kepada Badzan untuk mengirimkan dua orang terbaiknya ke Madinah untuk menemui Rasulullah serta memintanya untuk menemui Raja Kisra. Ketika mereka sampai di hadapan Rasulullah dan menyampaikan pesan dari Raja Kisra, Rasulullah menyuruh mereka untuk menemui beliau esoknya.

Pada saat yang sama, di Persia terjadi pemberontakan besar-besaran terhadap Raja Kisra. Serangan tersebut berasal dari keluarganya sendiri yaitu anaknya yang bernama Syiruyah/Syarawaih. Dia bangkit melawan ayahnya sendiri untuk merebut kekuasaanya kemudian membunuh ayahnya. Peristiwa ini terjadi pada malam Selasa, 10 Jumadal Ula tahun ke-7 H. Rasulullah saw mengetahui peristiwa ini melalui wahyu dari Allah swt. Kemudian keesokan harinya dua utusan Badzan datang kembali kepada Rasul. Saat itu juga Rasulullah mengabarkan kepada mereka akan peristiwa yang menimpa Raja Kisra dan kedua utusan tersebut sempat ragu akan kabar yang disampaikan oleh beliau.

Mendengar penuturan dari Rasulullah, mereka segera menyampaikan kabar tersebut kepada gubernur Yaman (Badzan), juga menyampaikan pesan Rasulullah mengenai ajakan untuk memeluk Islam terhadap mereka. Selang beberapa waktu, datang pula surat tentang terbunuhnya Raja Kisra di tangan putranya sendiri, Syiruyah. Dalam surat tersebut Syiruyah mengatakan bahwa gubernur Yaman harus melakukan baiat kepada raja baru. Akan tetapi Badzan tidak menjawab surat tersebut, bahkan mereka justru menyatakan keislamannya pada saat itu juga.

Dari sikap yang telah ditampakkan oleh Kaisar Persia ketika menerima surat dari utusan Rasulullah saw dapat dambil keputusan bahwa Kaisar Persia tidak menyatakan masuk Islam, bahkan ia telah mendapat balasan dari Allah swt. atas apa yang telah ia lakukan terhadap seruan Rasulullah saw.

Dakwah melalui media surat inilah yang dipahami sebagai dakwah secara tertulis. Pada sejarah Islam periode awal, penggunaan surat sebagai media dakwah mempunyai dua prosedur penyampaian. Pertama, surat dakwah yang bersifat “open letter” atau surat terbuka, biasa digunakan oleh Rasulullah saw. yang ditujukan kepada para raja atau penguasa negara lain yang subtansi suratnya berisi pesan teologis berupa ajakan kepada Islam dan meng-Esakan Allah swt. Kedua, surat dakwah yang bersifat “sealed letter” atau surat tertutup. Jenis surat ini dibuat oleh Rasulullah saw. ketika dakwah secara sembunyi-sembunyi. Hal ini dapat dilihat pasca penaklukan kota Mekah. Melalui media surat tertutup inilah Rasulullah saw. menyampaikan pesan-pesan dakwahnya kepada penduduk Mekkah yang mayoritas belum memeluk Islam.

Referensi

  1. Muhammad Sa’id Ramadhan Al-Buthi, “Fiqh Assirah An-Nabawiyyah” Libanon: Darul Fikr Al-Ma’ashir.
  2. Luthfi bin Ali dan Team Sejarah 2010, “Lentera Kegelapan”, Jawa Timur: Pustaka Gerbang Lama.
  3. Muhammad Abdul Malik bin Hisyam, “As-Shirah An-Nabawiyyah”, Al-Maktabah Assaqofah ad-Diniyyah, 2006.
  4. Shafiyyurrahman Al-Mabarakfuri, “Ar-Rakhiiqul Makhtum” Daarul Wafa’, 2017.
  5. Abdul Ghoni, “Menggagas Dakwah Korespondensi Nabi Muhammad saw”, Jurnal Ilmu Dakwah, Vol.37, No.1, Januari-Juni, 2017.

Oleh : Badriyatul Latifah, Semester VI

This Post Has One Comment

  1. subaktianto

    Artikelnya menarik

Leave a Reply