MAHADALYJAKARTA.COM— Berbicara tentang sejarah tidak akan ada habisnya. Pasalnya, sejarah merupakan ilmu yang memerlukan kajian mendalam terhadap suatu objek. Sejarah adalah peristiwa masa lalu yang dipelajari dan dikaji. Banyak hal menarik untuk dikaji, terutama mengenai agama Islam, yang merupakan agama terbesar di Indonesia. Bagaimana awalnya Indonesia menganut agama Hindu-Buddha, bahkan jauh sebelumnya, masyarakat menganut kepercayaan kejawen.
Islam, sebagaimana yang kita ketahui, adalah agama terbesar kedua di dunia setelah Kristen. Uniknya penganut agama Islam terbesar di seluruh dunia bukanlah negeri Arab yang mana terdapat wilayah yang sangat sakral dan paling sering dikunjungi oleh umat Islam, yaitu Mekkah dan Madinah. Bagaimana Islam bisa tumbuh lebih pesat di Indonesia dibandingkan Arab?
Jawabannya adalah, karena Islam yang dibawa di Indonesia sangat luwes dan fleksibel. Tak seperti di negara lainnya, Islam di Indonesia mengikuti adat dan budaya setempat, contohnya adalah upacara sekaten, maulid, tahlil, halal bi halal, digunakannya hewan kerbau untuk kurban sebagai pengganti dari sapi, yang bertujuan untuk menghormati agama Hindu.
Oleh karena itu, Islam lebih mudah diterima di kalangan masyarakat pribumi karena tanpa paksaan dan menghormati tradisi setempat. Mereka juga sangat mempercayai hal-hal mistis dan sangat kental akan dinamisme, sehingga banyak sekali kegiatan yang mengandung tahayul, bid’ah dan khurafat. Meskipun memerlukan waktu yang cukup lama, namun dampak yang dirasakan sangat kuat. Masyarakat menjadi sangat tertarik dengan agama Islam dan masuk Islam sehingga tumbuh kokoh di hati mereka.
Berbeda dengan negara lain, penyebaran Islam dilakukan melalui ekspansi militer ke berbagai wilayah. Hal itu disebabkan penduduk wilayah tersebut menerima Islam dengan terpaksa. Hingga jika suatu saat datang negara lain dengan membawa agama lain, mereka pun dengan mudah menerima agama baru tersebut.
Namun, yang akan dibahas bukanlah itu, yang akan kita pelajari adalah, kapan, siapa dan bagaimana agama Islam masuk ke bumi Nusantara ini. Apa saja peristiwa yang terjadi, kapan dan dimana terjadinya, akan dibahas di sini. Bagaimana awal mula masuknya Islam ke Indonesia akan kalian temukan di sini.
Karya yang unik dari tulisan dua sarjana asal Belanda, Dr, H.J de Graaf dan Dr. Th. G.Th. Pigeaud yang telah memberikan perhatian penuh kepada Indonesia, Khususnya Jawa bagi Dr. Pigeaud. Mereka berdua mengenal Indonesia dengan baik, karena menetap dan bekerja di Indonesia selama bertahun-tahun. Dr. Pigeaud sudah lama tinggal di Yogyakarta sebagai seorang taalambtenaar (penerjemah) dan Dr. de Graaf menjadi guru besar di kota-kota Malang, Probolinggo, Surakarta, dan Jakarta.
Karangan-karangan dr. de Graaf mencapai lebih dari 100 buah ditambah dengan 20 lebih karangan buku. Karya Geschiedenis van Indonesie dan juga karangan tentang tokoh tokoh besar utama sejarah kerajaan di Jawa Tengah, seperti Sultan Agung, sunan Amangkurat, tentang Kajoran. Jasa beliau lainnya terletak pada digunakannya sumber dan naskah pribumi sehingga karangan-karangan beliau terasa lebih menggambarkan pandangan dan perasaan yang “asli” Indonesia, lebih-lebih karena disertai pula dengan ilustrasi-ilustrasi detail yang memudahkan pengertian.
Karangan-karangan Dr. Pigeaud juga sangat besar artinya bagi perkembangan penelitian ilmiah terhadap masyarakat Jawa terutama bidang kehidupan budayanya. Karya-karya beliau yang perlu dicatat ialah: Javaanse Voiksvertoningen (Jakarta,1938), kemudian Java in the 14th Century yang terdiri dari lima jilid (Den Haag,1960-1963), dan Literature of Java (tiga jilid, Den Haag,1967-1970, ditambah 1 suplemen, th.1980) yang ketiganya merupakan karya besar yang menunjukkan ketekunan kerja dan luasnya pengetahuan yang beliau miliki tentang kebudayaan Jawa. Hasil karya itu pun masih ditambah dengan sebuah kamus Jawa-Belanda (Gropingen, Batavia,1938) dan karangan-karangan di pelbagai majalah. Yang perlu diketahui juga ialah bahwa selama beliau di Yogyakarta, sebelum Perang Dunia II, ia sedang menyusun suatu ensiklopedi bahasa Jawa. Namun sayang, pekerjaan tersebut hingga kini masih belum terselesaikan dan disimpan di Jakarta.
Buku yang berjudul De eerste Moslimse Vorstendommenop Java (s’Gravenhage,1974) ini menggunakan Bahasa Belanda yang kemudian diterjemahkan ke Bahasa Indonesia. Bahasa yang disampaikan mengandung unsur melayu, berisi 279 halaman. Materi yang disajikan sangat lugas dan jelas. Menarik untuk dibaca bagi para penyuka sejarah.
Buku ini menjawab pertanyaan; bagaimana Islam tersebar di Indonesia. Awal mula transisi dari kekuasaan Majapahit yang beragama Budha beralih ke kerajaan Mataram yang beragama Islam, lalu berlanjut ke Kerajaan Demak. Dari sinilah Islam di bagian utara pulau Jawa, kemudian tersebar ke barat dan ke timur, dari Banten hingga Blambangan di ujung paling timur Jawa. Beberapa kekuasaan setempat di luar Pesisir: Pengging, Pajang, Mataram, juga Palembang mendapat perhatian, tidak ayal lagi karena hubungannya dengan perkembangan agama dan kebudayaan Islam di Jawa.
Bab pertama dan terakhir buku ini menjelaskan pula bagaimana meluasnya kekuasaan Islam dan usaha dominasi Mataram terhadap wilayah pesisir. Dimulai dengan memaparkan sejarah kerajaan Demak yang merupakan pendapat umum bahwa sejarah di Jawa pada mula abad ke-15 itu mengalami pemutusan yang tiba-tiba dan final, dan bahwa jatuhnya kekuasaan Majapahit yang sekaligus dianggap eksponen utama kebudayaan Hindu-Budha diikuti dengan timbulnya kekuasaan Demak yang sekaligus dianggap eksponen utama kebudayaan Islam.
Para penulis sejak awal telah memperingatkan agar pendapat ini ditinggalkan. Hal itu dikarenakan masih banyak pusat pengislaman lain yang ada di pantai utara Jawa: Madura, Surabaya, Gresik, Tuban, mungkin Jepara, dan Juwana. Kemudian Cirebon di barat, dan Banten yang hingga kini masih belum benar peranannya dalam pengislaman Islam.
Buku ini berakhir dengan mengemukakan keadaan dan usaha-usaha pemekaran daerah Mataram pada abad ke-16. Setelah menyebutkan kerajaan Palembang yang mempunyai hubungan dekat dengan Demak, serta kerajaan Pajang dan pengging yang telah tersebar Islam. Selain memaparkan perkembangan sejarah politik, penulis buku ini juga berusaha mengemukakan keadaan kehidupan masyarakat maupun keadaan ekonomi pada zaman tersebut, tetapi sesuai dengan judulnya, disajikan peranan penting pusat-pusat kekuasaan Islam dan para tokoh politik maupun agama yang demikian besar jasanya dalam menyebarkan agama Islam di Jawa, tentunya termasuk pula para “Wali Sanga”. Buku ini juga dilengkapi dengan anotasi-anotasi yang ekstensif sebagai pelengkap dan petunjuk yang amat berharga, terutama dari tangan Dr. Pigeaud
Keistimewaan lain dari karya de Graaf dan Pigeaud ini adalah disajikan berita-berita lama yang historis yang dapat diandalkan, terutama tulisan Tome Pires, Suma Oriental yang terkenal maupun catatan-catatan yang dibuat oleh pelaut dan pedagang Belanda, di samping banyak dan bermacam “legenda” (cerita) yang terdapat dalam tulisan-tulisan orang pribumi. Dengan demikian, maka disajikan sumber dan bahan yang hingga sekarang kurang atau tidak dikenal orang, sehingga tulisan ini menjadi amat berharga, selain itu karena sampai kini masih kurang sekali orang menulis sejarah tentang zaman peralihan ini.
Referensi:
De Graaf dan Pigeaud. (1985). Kerajaan- Kerajaan Islam di Jawa. Jakarta: Syafiti Pers.
Kontributor: Leni Ajeng Musafiroh, Semester V
Editor: Siti Yayu Magtufah