Shalahuddin al-Ayyubi: Sejarah Singkat Perang Salib

Shalahuddin al-Ayyubi: Sejarah Singkat Perang Salib

Shalahuddin al-Ayyubi, sang penakluk Baitul Maqdis sebagai tokoh penting sejarah dunia Islam. Ketika bertanya kepada mereka di Mediterania Timur, siapa pahlawan terhebat mereka, sebagian besar yang akan Anda dapatkan adalah ‘Shalahuddin’. Seluruh Eropa dan Amerika, jika ditanya pahlawan Arab, hampir pasti akan sama jawabannya. Karena kesalehannya yang tidak diragukan lagi, kecerdikan dalam berperang, serta memiliki sifat welas asih sekalipun kepada para musuhnya.

Nama lengkapnya, Abu al-Muzaffar Yusuf bin Ayyub bin Syadzi. Gelarnya adalah Al-Malik an-Nasir Shalahuddin. Orang-orang Barat memanggilnya dengan nama Saladin. Shalahuddin al-Ayyubi lahir di benteng Tikrit (Irak)  tahun 1137 M saat ayah dan paman Shalahuddin pindah dari Duwain (Dvin), sebuah daerah di Azerbaijan, bangsa Kurdi Rawadiyah. Shalahuddin yang menaklukkan perang salib, Yusuf kecil, demikian ia dikenal saat itu, tidak dilahirkan di Baalbek. Dia dibawa ke sana oleh ayahnya Ayyub Najmuddin.

Yerusalem adalah tanah suci yang berada di Palestina, salah satu kota tertua di dunia yang diperebutkan tiga agama Samawi atau agama Abrahamik, yaitu Yahudi, Kristen, dan Islam. Umat Yahudi merasa berhak atas Yerusalem karena di sana terdapat Kortel atau Dinding Ratapanatau Tembok Barat sisa dari dinding tempat berdirinya Bait Suci zaman dulu. Di Yerusalem juga terdapat kawasan Kristen berupa Gereja Makam Kudus. Menurut keyakinan Kristen terdapat peristiwa penting dalam hidup Yesus, yaitu kematian, penyaliban, dan kebangkitan. Terakhir, umat Islam, karena di Yerusalem ini terdiri dari dua tempat suci, yaitu Kubah Batu dan Masjid al-Aqsa. 

Perang Salib, sangat berkaitan dengan tema tulisan ini. Jika kata ‘Perang’ kita pasti sudah memahaminya, di mana suatu pemberontakan yang dilakukan suatu golongan atau kelompok bahkan negara. Lalu apa itu ‘Salib’? Teman-teman pasti bertanya-tanya kan tentang satu kata itu. Ok, kita bahas yuk!.

Salib sendiri adalah sebuah benda berupa kepingan kayu yang dipasang berupa emas dan perak. Bagi umat Kristen, salib tidak hanya digunakan sebagai simbol saat perang, tetapi mereka percaya objek ini memiliki kekuatan, sebuah jimat, memberikan kemenangan, serta menjaga Yerusalem tetap pada umat Kristen selama-lamanya. 

Sekitar kurang lebih dua ratus tahun lamanya, salah satu peristiwa panjang dalam sejarah dunia Islam adalah Perang Salib. Perang Salib adalah serangkaian konflik militer berlatar belakang motif agama, yang diikuti oleh Kristen Eropa untuk menghadapi ancaman eksternal dan internal. Tujuan perang ini adalah merebut Yerusalem dan Tanah Suci di bawah kendali kaum Muslimin yang awalnya memenuhi seruan dari kekaisaran Byzantium Ortodoks Timur untuk membantunya melawan ekspansi kaum Muslimin Saljuk di Anatolia.

Hal ini memicu Paus Urbanus II untuk menyeru umat Kristen mengepung kota  Yerusalem. Sebelumnya diduduki Islam telah berabad-abad lamanya pada masa khalifah Umar bin Khattab. Dalam perang tersebut, setidaknya terjadi dua puluh pertempuran panjang di Eropa dan Timur Tengah yang dipenuhi dengan konflik religius (Devries, et al., 2014).

Perang ini diawali dengan pertempuran Dorylaeum pada tahun 1097 dan diakhiri dengan pertempuran Varna tahun 1444. Cara menaklukkan Yerusalem yang dipimpin oleh Shalahuddin al-Ayyubi berbeda jauh dengan penaklukan satu abad sebelumnya. Kaum muslimin menduduki Yerusalem lewat perjanjian damai yang dilakukan oleh Shalahuddin dengan Balian De Abelia (Ash-Shalabi, 2014) yang mewakili Kristen dan pasukan salib yang menguasai kota Yerusalem sebelumnya. 

Perang Salib pertama, terjadi sekitar bulan Agustus 1096 Masehi. Adapun Perang Salib yang ke sembilan (terakhir) antara tahun 1209 M dan 1229 M. Kali ini tidak dibahas satu per satu terjadinya perang, namun penulis akan sedikit menggambarkan pada Perang Salib yang ketiga. Ketika itu terjadi pertempuran Hittin, 4 Juli 1187 M. Shalahuddin berhasil meraih kemenangan Al-Quds (Yerusalem) pada 2 Oktober 1187. Hal itu mendorong Paus Gregorius III untuk menyerukan Perang Salib baru.

Pada perang ketiga ini dipimpin oleh tiga pemimpin besar Eropa yaitu Raja Perancis Philippe Auguste, Raja Inggris Richard si Hati Singa (The Lion Heart), dan Raja Jerman Frederick Barbarossa. Tetapi Barbarossa tenggelam di sungai Al-Masih tahun 1190 M, sehingga menjadikan pasukannya terlantar. Sementara Perancis dan Inggris belum siap berperang. Richard memperluas pengaruh di Sicilia sehingga membuat Perancis tegang dan melemahkan di antara mereka berdua. Tidak hanya sampai di sini, karena pembahasan ini belum selesai. Banyak literatur-literatur yang mendeskripsikan lebih mendalam ditambah dengan cara atau dari sudut pandang yang berbeda-beda baik kalangan Kristen maupun Muslim sendiri.

Di samping kemahirannya dalam berdiplomasi serta prestasi militer, sosok Salahuddin yang mampu menyatukan dunia dalam kemuliaan hati dan perilakunya. Kekaguman terhadap Sholahuddin bukan hanya umat Muslim tetapi membuat umat Nasrani yang tinggal di Yerusalem berdecak kagum. Dikisahkan suatu ketika seorang tua Kristen bertanya kepada Shalahuddin. “Mengapa Tuan tidak membalas musuh-musuh Tuan?”. Maka dijawab Shalahuddin, “Islam bukanlah agama pendendam bahkan mencegah umatnya melakukan hal yang tidak berperikemanusiaan. Islam menyuruh untuk menepati janji, serta memaafkan bagi mereka yang meminta maaf dan melupakan kesalahan meski mereka melakukan penindasan”.

Hari ini seperti dulu, titik fokusnya adalah Damaskus tempat tinggal Asad dan Shalahuddin. Berbagai pertikaian yang sekedar dibayangkan sebuah solusi pun menjadi ketidak mungkinan terjadi. Walau tentara Salib Kristen terusir, perpecahan umat Islam akan tetap ada.

Gema di masa lalu “Bebaskan Yerusalem!” tetap sama berkumandang “Jihad!” sampai saat ini. Meski perbedaan dahulu lebih nyata, tidak terkalahkan ada di depan mata, pada kenyataan saat ini banyak musuh-musuh yang bersembunyi dalam tirai kehidupan. Namun, itu semua tidak menyurutkan semangat umat Muslim untuk berjihad fisabilillah. Tantangan silih berganti terus bertambah tidak terlihat tetapi nyata, seperti berjalan di antara awan-awan. Oleh karena itu, kita harus dapat mengembalikan pemikiran Islam yang benar melalui strategi yang jelas. Hal mendasar yang menjadi titik perbedaan adalah sosok kepemimpinan. Shalahuddin yang genius, mampu menyalakan energi Islam pada persatuan dan jihad. Dialah sosok terbaik yang diharapkan umat juga sebagai suri tauladan bagi setiap pemimpin yang berjuang untuk menjadi lebih baik lagi.

Referensi:

Al-Maghluts, Sami bin Abdullah. 2015. Atlas Perang Salib. Selangor: PTS. Islamika.

Aizid,Rizem. 2019. Agung Syalahuddin Al-Ayyubi dan Muhammad Al-Fatih. Yogyakarta: Laksana.

Bung, John. 2017. Syalahuddin Al-Ayyubi. Jakarta: PT Pustaka Alvabet.

Hakim, Mansyur Abdul. Bangsa Romawi dan Perang Akhir Zaman. Jakarta timur: Pustaka al Kautsar.

Wahyudiyanto, Dhanny. 2021. Sholahuddin al-Ayyubi Vs Richard I “The Lion Heart” (Fase-fase Konflik di Akhir Perang Salib III). Sukabumi: CV Jejak.

Devries, dkk. 2014. Perang Salib 1097-1444, diterjemahkan oleh Peusy Sharmaya. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Ash Shalabi, AliMuhammad. 2014. Shalahuddin Al-Ayyubi-Pembebas Baitul Makdis, diterjemahkan oleh Muslich Taman dan Ahmad Tarmudzi. Jakarta Timur: Al Kautsar.

Kontributor: Siti Yayu Magtufah, Semester III

Leave a Reply