Sejarah Berdirinya Kerajaan Turki Utsmani dan Masa Kejayaannya

Sejarah Berdirinya Kerajaan Turki Utsmani dan Masa Kejayaannya

Ma’had Aly – Pendiri kerajaan ini adalah bangsa Turki dari kabilah Oghus, yang mendiami daerah Mongol dan daerah Utara negeri Cina, yang dipimpin Suleiman. Ia mengajak sukunya untuk menghindari serbuan bangsa Mongol yang menyerang dunia Islam pada Tahun 1219-1220 M. Mereka pergi ke arah barat dan meminta perlindungan kepada Jalaluddin, pemimpin terakhir dinasti Khawarizm di Transoxania. Jalaluddin menyuruh mereka agar pergi ke arah barat (Asia Kecil). Setelah penyerangan Mongol mereda, Suleiman menyeberang sungai Eufrat untuk kembali ke tanah airnya, namun ia tenggelam. Ia memiliki empat putra yang bernama Shunkur, Gundogdur, Erthugrul, dan Dundar. Dua putranya yang pertama kembali ke tanah airnya, sementara dua yang terakhir menetap di Asia kecil.

Kelompok kedua ini berjumlah 400 keluarga yang dipimpin oleh Erthgrul bin Suleiman. Mereka mengabdikan dirinya kepada sultan Alauddin II dari dinasti Saljuk. Peran Erthugrul sangat besar dalam membantu sultan Alauddin II ketika peperangan menghadapi bangsa Romawi yang berkuasa di Romawi Timur (Byzantium), hingga mencapai kemenangan. Sebagai ucapan terima kasih, sultan Alauddin menghadiahkan sebidang tanah yang berbatasan dangan Byzantium. Sejak saat itu, Erthugrul terus membina wilayah barunya dan berusaha memperluas wilayahnya dengan merebut wilayah Byzantium.

Setelah Erthugrul wafat, kepemimpinanya ini diteruskan oleh anak pertamanya Utsman, yang diperkirakan lahir pada 1258 M. Dan mendapatkan dukungan dari dinasti Saljuk. Nama Utsman inilah yang kelak menjadi nama kerajaan Tuki Utsmani. Utsman juga dianggap sebagai pendiri dinasti Utsmani.

Pengabdian Utsman terhadap sultan Alauddin sangat besar, ia berhasil menaklukan benteng-benteng Byzantium yang berdekatan dengan Berossa. Sehingga sultan semakin bersimpati dan memberikan hak istimewa kepadanya. Bahkan Utsman diangkat sebagai gubernur dan namanya disebut dalam setiap doa khutbah Jumat.

Pada tahun 1300 M, bangsa Mongol melakukan penyerangan ke wilayah dinasti Saljuk, menyebabkan terbunuhnya sultan Saljuk tanpa meninggalkan pewaris tahta. Dalam kekosongan itulah, Utsman memerdekakan wilayahnya dan bertahan dari serangan Mongol. Utsman memproklamirkan kemerdekaan wilayahnya dengan nama Turki Utsmani.

Pada awalnya kerajaan Turki Utsmani hanya memiliki wilayah yang kecil, namun dengan adanya dukungan militer, tak lama kemudian Utsmani menjadi kerajaan yang sangat besar dan bertahan dalam kurun waktu yang cukup lama.

Setelah Utsman meninggal pada 1326 M, kedudukanya digantikan oleh anaknya Orkhan di usianya 42 tahun. Pada masanya ini  tentara Islam pertama kali masuk Eropa. Okhan juga berhasil mereformasi dan membentuk tiga pasukan utama yaitu; tentara Shipai (tentara reguler) tentara yang digaji setiap bulanya, tentara Hazeb (tentara ireguler) tentara yang digaji saat mendapat harta rampasan, tentara Janissary tentara yang direkrut sejak berumur 12 tahun, kebanyakan adalah anak-anak Yahudi, yang dibimbing dengan disiplin dan ketat.

Kerajaan Turki Utsmani juga pernah mengalami kakalahan di masa pemerintahan sultan Bayazid I dalam pertempuran melawan Timur Lenk pada tahun 1396 M. Bayazid dan kedua putranya Musa dan Erthugrul ditawan oleh Timur Lenk, dan akhirnya Bayazid meninggal dalam tawananya pada tahun 1402 M. Kerajaan Utsmani bangkit kembali dan mencapai kegemilanganya pada masa pemerintahan sultan Muhammad II. Ia digelari al-Fatih (sang penakluk), karena pada masanya itu berlangsung ekspansi Islam secara besar-besaran. Kota penting yang berhasil ditaklukan adalah Konstantinopel pada tahun 1453 M. Dengan demikian, usaha menaklukan atas kerajaan Romawi Timur yang telah berulang kali  dilakukan oleh pasukan  Muslim sejak masa dinasti Umayyah telah tercapai. Konstantinopel dijadikan ibu kota kerajaan dan Gereja Aya Sofya (Hagia Sophia) dijadikan sebuah masjid. Meskipun Konstaninopel sudah ditaklukan oleh pasukan Muslim, sultan Muhammad II memberi kebebasan beragama bagi masyarakat setempat.

Puncak kejayaannya kerajaan Turki Utsmani tercapai pada masa pemerintahan Suleiman I. Ia digelari al-Qanuni karena ia berhasil membuat undang-undang yang mengatur masyarakat. Orang barat menyebutnya sebagai Suleiman yang agung, The Magnificent. Pada masanya wilayahnya meliputi daratan Eropa hingga Austria, Mesir, dan Afrika Utara hingga ke Aljazair dan Asia hingga Persia, serta meliputi Lautan Hindia, Laut Arabia, Laut Merah, Laut Tengah, dan Laut Hiram.

Pada masa dinasti Utsmani banyak kemajuan yang diraihnya, di antaranya sebagai berikut:

  1. Bidang Pemerintahan Militer

Kekuatan militer terorganisir dengan baik, dilakukannya pembaruan dalam tubuh organisasi militer, tidak hanya dalam bentuk personel-personel pimpinan, tetapi  juga diadakan perombakan dalam keanggotaan. Bangsa-bangsa non-turki dimasukkan sebagai anggota, bahkan anak-anak kecil Kristen yang masih kecil diasramakan dan dibimbing dalam suasana Islam untuk dijadikan prajurit. Pasukan ini disebut pasukan Janissary atau al-Inkisyaryiah, pasukan inilah yang dapat menguabah dinasti Utsmani menjadi kesatuan militer perang yang sangat kuat, dan memberikan dorongan untuk menaklukan negara-negara nonmuslim.

Pada masa kesultanan Muhammad II, dibuat sebuah meriam dengan ukuran super besar, yang belum pernah ada sebelumnya. Dan dibuatnya mesiu untuk meriam oleh insinyur Islam Hasan ar-Rahman Najmuddin al-Ahdab, dan ilmu-ilmu persenjataan lainya.

  1. Bidang Maritim

Pada masa sultan Muhammad II, laut dalam golden Horn menjadi pusat perindustrian dan gudang persenjataan maritim. Maritim Turki mendominasi Laut Hitam dan Otranto.

Kemudian di masa Sultan Salim, persenjataan maritim diperluas dari Galatha sampai ke sungai Kagithane.  Dilengkapi dengan kapal laut terbesar di dunia abad ke 16-M, Turki Utsmani telah menguasai Mediterania, Laut Hitam, dan Samudera Hindia.

  1. Bidang Pendidikan serta Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Dari aspek-aspek intelektual yang dicapai pada abad ke 19-M, terdapat tiga buah surat kabar, yaitu: harian berita Takvini Veka (1831), Jurnal Tasviri Efkyar (1862), dan Jurnal Terjumani Ahval (1860).

Kemudian terjadi transformasi pendidikan dengan membangun sekolah-sekolah dasar dan menengah (1861), dan perguruan tinggi (1869), dan juga mendirikan fakultas kedokteran dan fakultas hukum. Di masa Mahmud II kurikulum ditambah dengan kurikulum umum.

  1. Bidang Seni dan Kebudayaan

Munculnya tokoh-tokoh penting, pada abad ke 17 muncul penyair terkenal, yaitu Nafi (1582-1636). Nafi juga bekerja pada Murad Pasya dengan menghasilkan sastra-sastra kaside yang mendapat tempat di hati para sultan. Dalam seni arsitektur bangunan Utsmaniyah memiliki madzhab tersendiri yang disebut gaya Utsmani.

Oleh Ihwanudin, Semester VI

Leave a Reply