Ya Rasul! Dari Keringat dan Rasa Malumu, Terciptalah Alam Semesta

Ya Rasul! Dari Keringat dan Rasa Malumu, Terciptalah Alam Semesta

Ma’had Aly – Nabi Muhammad saw ialah nabi akhir zaman, yang hanya beliau pemberi syafaat kepada umat-umatnya, sedangkan nabi selainnya itu tidak mampu memberi syafaat kepada umat-umatnya, begitu mulia sekali beliau sehingga menjadi kekasih Allah swt. Nabi Muhammad lahir pada Senin 12 Rabiul Awal tahun gajah. Menurut Sulaiman Al-Manshurfuri, Nabi Muhammad lahir pada 9 Rabiul Awal tahun gajah, bertepatan 20 atau 22 April tahun 571 M. Saat beliau lahir terjadi peristiwa yang sangat menakjubkan, di antaranya yaitu runtuhnya sepuluh balkon di istana Kisra, padamnya api yang menjadi sesembahan orang Majusi (padahal api tersebut tidak pernah padam), dan runtuhnya gereja-gereja di sekitar Buhairah. Sang ibunda, Siti Aminah tak merasa sakit ataupun lelah sedikitpun saat mengandung beliau.

Mukjizat nabi Muhammad saw amat banyak, dan yang paling agung yaitu Al-Qur`an yang menjadi kitab suci orang Islam.  Saat pertama kali Al-Qur`an turun (QS. Al-Alaq ayat 1-5) saat berada di gua hira, keadaan nabi saat itu menyendiri dan nabi diperintahkan untuk membaca oleh Malaikat Jibril, namun nabi adalah seorang ummi, sehingga beliau sangat ketakutan dan langsung pulang ke rumah. Dengan berbagai kejadian yang dialami oleh nabi Muhammad dan turunnya Al-Qur`an secara berangsur-angsur dan tentunya perkataan dan perbuatan Nabi itu berasal dari Allah swt, sehingga beliau dikatakan sebagai “Al-Qur`an berjalan”. Begitu mulia dan menakjubkannya perjalanan hidup beliau, tentunya penuh dengan perjuangan yang besar walaupun beliau sudah ditakdirkan menjadi manusia yang mulia namun beliau tetap merasa sangat malu pada Allah swt. 

Sifat dan akhlak budi pekerti beliau sangat baik agar diteladani oleh seluruh umatnya, baik dalam keadilannya, kerendahan hatinya, kasih sayangnya yang selalu tercurahkan dalam keluarga dan umatnya. Bahkan beliau peduli umatnya melebihi apapun, dibuktikan dengan saat terakhir beliau akan menghadap Ilahi pun masih saja memikirkan umatnya. Beliau selalu memikirkan keadaan umatnya, begitu sayangnya beliau terhadap umatnya maka kita seharusnya tak mengabaikan apa yang telah Rasulallah amanatkan.

Rasulullah saw selalu istiqamah dalam mendakwahkan Islam meski beliau sering dihina, disakiti, ataupun dicaci maki, beliau tak pernah membalasnya. Begitu telaten, sabar, serta rasa kasih sayangnya yang tak ada hentinya terus mengalir untuk umat, sehingga beliau menjadi panutan yang sempurna dan tak pernah tergoyahkan di hati umat-umatnya.

Sebelum alam semesta dan seisinya diciptakan, Allah sudah menciptakan terlebih dahulu Nur Muhammad. Dalam kitab Daqaiqul al-Akbar fi Dzikr al-Jannah wa al-Nar adalah karya dari Imam Abdurrahim bin Ahmad al-Qadhi, di bab awal yang berjudul: “Fi Khalaq al-Ruh al-A`zham wa Huwa Nur Sayyidina Muhammad `alaih al-Shalah wa al-Salam” beliau menerangkan sebagai berikut:

“Semula Allah menjadikan sebatang pohon kayu. Kayu itu memiliki empat cabang yang dinamakan syajarah al-yaqin (pohon keyakinan). Kemudian dari aling-alingnya (hijab) dijadikan nur Muhammad. Nur Muhammad itu terdiri dari intan putih (durrah baidha`). Ia laksana seekor burung merak (thawus) yang terletak di atas pohon kayu itu. Lalu Allah menjadikan cermin kehidupan (mir`ah al-hayah), yang kemudian dihadapkan ke muka burung merak. Ketika burung itu melihat dalam cermin wajahnya yang cantik dan indah bentuknya, maka betapa malunya burung itu kepada Allah swt. Saking malunya, burung itu mengeluarkan enam tetes keringat (sitta qatharat). Keenam tetes keringat itu Allah swt ciptakan Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, bunga mawar (al-ward) dan beras (al-aruzz).

Setelah itu, Nur Muhammad sujud lima kali, karenanya shalat lima waktu diwajibkan atas Muhammad dan umatnya. Allah pun menatap kembali Nur Muhammad (yang merupakan burung merak). Burung itu merasa sangat malu dan kembali mengeluarkan keringat. Tetesan keringat di hidungnya menjadi malaikat, tetesan keringat dahinya menjadi Arsy, Kursi, Lauhul Mahfuzh, Qalam, Matahari, Bulan, Hijab dan Bintang-bintang, serta apa yang ada di langit. Tetesan keringat dadanya menjadi para Nabi, Rasul, Ulama, Syuhada, dan orang-orang saleh. Tetesan keringat punggungnya menjadi Bait Makmur, Ka`bah, Baitul Maqdis, dan seluruh masjid di dunia. Tetesan keringat alisnya menjadi umat Muhammad. Tetesan keringat hidungnya menjadi roh-roh Yahudi dan Nasrani, Majusi, Ateis, orang-orang kafir dan munafik. Dan tetesan keringat kakinya menjadi bumi yang terbentang dari Timur dan Barat, serta segala isinya.

Kemudian, Allah memerintahkan nur Muhammad untuk melihat ke hadapan-Nya. Pada saat itu, ia melihat satu cahaya (nur). Di bagian belakang, bagian sebelah kanan dan kirinya juga ada cahaya (nur). Keempat nur tersebut adalah Abu Bakar, Umar bin Khatab, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib. Lalu nur Muhammad pun bertasbih 70. 000 tahun. Setelah itu, barulah Allah menjadikan dari nur Muhammad, segala ruh para Nabi, ruh para umat pengikutnya para nabi, dan ruh umat mukmin, semua ruh yang dijadikan dari nur Muhammad itu mengucapkan kalimat: La Ilaha illAllah Muhammadur Rasulallah. Setelah Allah swt menjadikan semua ini, Allah membuat qandil (lampu) dari batu akik merah yang dapat bisa dilihat lahirnya dari dalam. Kemudian dijadikan bentuk rupa Nabi Muhammad seperti rupanya (kashuratihi). Bentuk  rupanya atau citranya itu diletakkan di dalam qandil dengan posisi berdiri, seperti tegak berdiri di dalam shalat. Lalu para Nabi thawaf, bertasbih, dan bertahlil mengelilingi nur Muhammad selama 100 tahun.

Setelah itu, Allah swt memerintahkan para ruh tersebut untuk melihat kepadanya (nur Muhammad). Yang melihat kepalanya, menjadi khalifah dan sultan. Yang melihat kedua matanya, menjadi hafidz (penghafal Quran). Yang melihat alisnya, menjadi peniliti. Yang melihat telinganya, menjadi pendengar yang terpercaya. Yang melihat pahanya, menjadi pecinta kebaikan lagi cerdas. Yang melihat bibirnya, menjadi menteri. Yang melihat hidungnya, menjadi hakim, dokter dan pilot. Yang melihat mulutnya, menjadi orang yang gemar puasa. Yang melihat giginya, menjadi cantik wajahnya. Yang melihat lidahnya, menjadi penyeru kebaikan. Yang melihat tenggorokannya, menjadi penasihat. Yang melihat jenggotnya, menjdi pejuang. Yang melihat lehernya, menjadi pedagang. Yang melihat lengannya, menjadi penunggang kuda. Yang melihat lengan kanannya, menjadi tukang bekam dan yang melihat lengan kirinya, menjadi bodoh. Yang melihat telapak tangan kanannya, menjadi sesat dan tukang bordir. Yang melihat telapak kanan kirinya, menjadi penimbang barang. Yang melihat tangan kanannya, menjadi dermawan lagi cerdas. Yang melihat tangan kirinya, menjadi kikir. Yang melihat punggung telapak tangan kanannya, menjadi koki. Yang melihat ujung jari kanannya, menjadi penulis. Yang melihat jari tangan kanannya, menjadi tukang jahit. Yang melihat jari tangan kirinya, menjadi tukang potong hewan. Yang melihat punggungnya, menjadi orang yang rendah hati lagi taat pada perintah agama. Yang melihat lempengnya, menjadi tukang gas. Yang melihat perutnya, menjadi orang yang qona`ah dan zuhud. Yang melihat lututnya, menjadi orang yang rajin shalat. Yang melihat botak kepalanya, menjadi pemimpin. Yang melihat telapak kakinya, menjadi pelancong. Yang melihat bulu rambutnya, menjadi penyanyi. Sebaliknya, siapa yang tidak melihat sesuatu pun darinya, maka mereka menjadi Yahudi, Nasrani, Majusi, Kafir, dan atau orang-orang yang mengaku Tuhan seperti Fir`aun.

Sesudah penciptaan itu semua, Allah memerintahkan shalat lima waktu untuk semua makhluknya, sesuai dengan citra (bentuk rupa) Ahmad dan Muhammad. Adapun bentuk rupa Ahmad (yang terdiri dari huruf alif, ha, mim dan dal) maka berdiri dalam salat laksana tegaknya huruf alif (ا), rukuk seperti huruf ha (ح), sujud seperti huruf mim (م), duduk seperti huruf dal (د). Sedangkan bentuk rupa Muhammad (yang terdiri dari huruf mim, ha, mim dan dal), maka itu kepala bundar seperti mim, badan seperti ha, perut seperi mim, dan kedua kaki seperti dal.”

Saking mulianya, dari keringat dan rasa malu Nabi saw itu Allah swt menciptakan alam semesta dan seisinya. Walau begitu, beliau tetaplah menjadi hamba yang paling rendah hati dan selalu mengedepankan sifat taqarrub (mendekatkan diri kepada-Nya), yang menjadi teladan abadi bagi umatnya di bumi semesta.       

 

Referensi 

Al-Qadhi, Imam Abdurrahim bin Ahmad, Daqaiq al-Akbr fi Dzikr al-Jannah wa al-Nar, Semarang: Toha Putra, t.t. 

Anshori Afif, Tasawuf Falsafi Syeikh Hamzah Fansuri, Yogyakarta: Gelombang Pasang, 2004.

Al-Mubarakfuri Shfiyyurrahman,  Sirah Nabawiyah terj. Katur Suhardi, Jakarta: pustaka al-Kaustar, 2018.

Fanani Muhammad,  Hikayat Nur Muhammad, Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1995.

Usmani Ahmad Rofi`, Muhammad Sang Kekasih 1000 Hikmah Di Balik Sejarah Nabi, Jakarta: PT Mizan Pustaka, 2009. 

Oleh : Halimatus Sa`diyah, Semester III

Leave a Reply