Review Buku “Perempuan-Perempuan dalam Al-Qur’an: Biografi Wanita yang Diabadikan Kitab Suci”

Review Buku “Perempuan-Perempuan dalam Al-Qur’an: Biografi Wanita yang Diabadikan Kitab Suci”

MAHADALYJAKARTA.COM- Menjadi seorang perempuan di zaman sekarang membutuhkan stamina fisik, mental, dan spiritual. Dalam diri seorang wanita terkumpul berbagai identitas: sebagai individu, istri, ibu bagi anak-anaknya, anggota keluarga, serta anggota masyarakat. Belum lagi perannya di dunia kerja dan domain publik. Oleh karena itu, Islam memberikan pandangan tentang identitas dan peran perempuan, serta pedoman untuk menjalankan peran-peran ini dengan sukses.

Bagaimana seorang perempuan dapat menjadi teladan tanpa panduan, bagaimana ia bisa hidup tanpa visi, dan bagaimana ia bisa mencapai kesuksesan tanpa mengikuti jejak leluhurnya. Pertanyaan-pertanyaan ini terus menghantui pikiran seorang perempuan jika kebutuhan-kebutuhan tersebut tidak terpenuhi. Oleh karena itu, sebuah perempuan harus memiliki semua aspek tersebut.

Di balik setiap peristiwa besar dalam sejarah pasti ada tokoh-tokoh besar, dan di balik tokoh-tokoh besar itu selalu ada seorang wanita agung. Wanita agung tersebut sering kali adalah sang ibu atau sang istri, bahkan kadang-kadang keduanya sekaligus. Prestasi seorang tokoh sering kali lahir ketika semua energi dalam dirinya berpadu dengan momentum di sekitarnya, mengalir begitu lancar dalam ruang sejarah. Bagi banyak tokoh besar, wanita adalah penopang spiritual, tempat mereka mencari ketenangan dan semangat, kenyamanan dan keberanian, serta kekuatan dan keamanan.

Itulah mengapa Umar bin Khattab pernah mengatakan, “jadilah engkau seperti seorang anak di depan istrimu, namun berubahlah menjadi seorang lelaki perkasa ketika situasi memanggilmu.” Para tokoh besar selalu mengenang masa-masa indah saat mereka berada dalam pangkuan ibu mereka, dan mereka selalu menginginkan hal yang sama saat mereka berada di pangkuan istri mereka.

Seperti halnya Rasulullah yang sangat mencintai istri-istrinya, di balik ketangguhannya terdapat Siti Khadijah yang selalu memberinya dukungan. Beliau tidak hanya menghargai perempuan tetapi juga selalu menjunjung tinggi martabat dan harkat mereka. Hal ini membuktikan bahwa di balik suami yang sukses pasti ada istri yang selalu mendampingi.

Tidak terkecuali dalam misi revolusi sosial keagamaan nabi-nabi, peran perempuan tidak bisa diabaikan. Buku “Perempuan-Perempuan Al-Qur’an: Biografi Wanita yang Diabadikan Kitab Suci” merupakan terjemahan dari karya Fathi Fawzi Abdul Mu’thi yang menggambarkan betapa besar peran perempuan dalam kehidupan para nabi. Mereka mengikrarkan keimanan, meneguhkan perjuangan, dan membawa harapan bersama nabi untuk meraih kebenaran sejati.

Buku ini menjadi gambaran indah tentang kehidupan perempuan yang diberkahi oleh Tuhan dan yang menjadi teladan bagi umat manusia. Bagian pertama buku ini mencatat kisah empat belas wanita dengan berbagai kepribadian, masing-masing memainkan peran penting dalam sejarah kehidupan para nabi sebelum Nabi Muhammad saw. Buku ini tidak hanya menggambarkan wanita-wanita yang harus diteladani, tetapi juga memberikan pengingatan tentang wanita-wanita yang mendapat azab karena kedurhakaannya terhadap suami mereka, sebagai pelajaran bagi wanita zaman sekarang yang sering kali melalaikan tugas-tugas mereka.

Tujuh di antaranya adalah istri: Hawwa (istri Nabi Adam), istri Nabi Nuh as, dua istri Nabi Luth as (keduanya khianat kepada suami mereka dan menolak iman kepada Allah), Sarah dan Hajar (istri Nabi Ibrahim as), Rahmah, dan Shafurah (wanita yang menjadi simbol keimanan dan pengorbanan, aktif mendampingi suaminya dalam menyerukan petunjuk dan kebenaran, istri Nabi Musa as). 

Lima wanita lainnya adalah ibu: Sarah, Hajar, Yokabed, Elizabeth, dan Maryam, termasuk Asiyah, istri Fir’aun, yang menunjukkan cinta dan kasih sayang yang luar biasa kepada putra-putranya, mengasuh mereka dengan penuh perhatian.

Wanita lainnya adalah saudara seorang nabi yang dengan penuh dedikasi menjaga hidupnya, yaitu saudari Nabi Musa as, Maryam.

Dua sosok wanita terakhir, meskipun tidak berdarah, namun meninggalkan pengaruh penting dalam sejarah kehidupan nabi adalah Siti Zulaikha dan Ratu Balqis dari negeri Saba. Bagian kedua buku ini mengisahkan para wanita dan berbagai peristiwa dalam kehidupan Rasulullahsaw, yang menjadi latar belakang turunnya ayat-ayat Al-Qur’an. Hal ini menunjukkan perhatian khusus Al-Qur’an terhadap kaum perempuan, dengan mengabadikan nama-nama seperti Ummul Mukminin Zainab binti Jahsy, Aisyah binti Abu Bakar, Hafsah binti Umar, Ummu Kaltsum bint Aqabah, dan Khaulah bint Tsa’labah yang pernah menggugat Rasulullah.

Tujuan penulis dalam buku ini adalah agar pembaca dapat mengenal biografi dan kisah kehidupan para wanita yang berperan penting dalam riwayat dan peristiwa yang disampaikan. Peristiwa-peristiwa ini dipaparkan untuk menyingkap hakikat dan ketetapan, serta menghilangkan keraguan yang muncul dari beberapa sejarawan. Keraguan ini sering dimanfaatkan oleh orientalis untuk memojokkan kaum Muslim dan Rasulullah saw. Kekeliruan tersebut sering diikuti oleh para pembaharu dan buku-buku kontemporer yang tanpa analisis mendalam dan upaya mencari kebenaran.

Harapan dari penulis dalam pembuatan buku ini adalah agar pembaca dapat menyerap pelajaran dari biografi dan kisah kehidupan wanita-wanita yang berperan penting dalam menyampaikan riwayat dan peristiwa tersebut.

Dalam penulisan buku ini, penulis sangat berpegang teguh pada Al-Qur’an dan kitab suci lainnya. Kisah-kisah ini juga merujuk pada sejumlah fakta politik, geografis, dan keagamaan, serta melacak tempat-tempat di mana fakta-fakta tersebut terjadi. Ketika Anda membaca buku ini, Anda akan diajak menyaksikan detik-detik turunnya wahyu yang memberikan jawaban, bantahan, dan solusi atas dinamika kehidupan generasi Muslimah awal. Didukung oleh data historis dan riwayat terpercaya, buku ini tidak hanya menawarkan konteks pembentukan syariat Islam (seperti pernikahan, waris, hukum, kepemimpinan, perempuan, dan lain-lain) tetapi juga keteladanan iman dan akhlak dari generasi nabi.

Al-Qur’an begitu indah dalam mengingatkan kita akan banyak pelajaran dari wanita-wanita yang namanya disebut dalam beberapa ayat, bahkan wanita-wanita tersebut menjadi perantara turunnya ayat-ayat tersebut. Buku ini memberikan pelajaran dan hikmah di setiap kejadian dalam cerita. Setidaknya itulah kesan yang diperoleh setelah membaca buku ini. Yang menarik, buku ini menggunakan perbandingan data historis dan riwayat terpercaya dengan Al-Qur’an sebagai rujukan utama, sementara juga mengaitkannya dengan Kitab Perjanjian Lama (Taurat) dan Kitab Perjanjian Baru (Injil), menjadikannya tidak hanya kaya akan data langka tetapi juga sarat dengan hikmah dalam bingkai makna. Gaya bahasa yang hidup, termasuk dialog-dialognya, membuat buku ini berlatar sejarah tetap menarik. Sejatinya, ada banyak pelajaran kehidupan penting yang dapat direfleksikan dari kisah-kisah perempuan-perempuan yang dimuliakan atau dihinakan dalam Al-Qur’an.

 

Kontributor: Ana Fitriani, Semester IV

Editor: Siti Yayu Magtufah

Leave a Reply