Ma’had Aly – Khaibar merupakan kota besar yang berkebun luas juga berbenteng kokoh, terletak di sebelah timur laut kota Madinah. Khaibar menjadi pusat negara kaum Yahudi di tanah Arab dan menjadi tempat konspirasi dan pengkhianatan orang Yahudi kepada Rasulullah saw. Perang Khaibar menjadi babak akhir dari pengkhianatan mereka semasa hidup Rasulullah saw. Orang-orang Yahudi terdiri dari Bani Nadhir, Bani Qainuqa, dan Bani Quraizhah.
Pengkhianatan pertama dilakukan orang-orang Yahudi dari Bani Qainuqa. Pengkhiantan mereka berawal dari beberapa di antara mereka yang mengejek dan mengganggu orang-orang muslim yang datang ke pasar mereka.
Ibnu Hisyam meriwayatkan dari Abu Aun, bahwa ada seorang wanita Arab yang datang ke pasar dengan menggunakan jilbabnya, wanita itu duduk dekat seorang pengrajin perhiasan. Tiba-tiba beberapa orang mendatangi dan bermaksud menyingkap kerudung yang menutupi wajahnya, tentu saja wanita muslimah itu memberontak. Dengan diam-diam pengrajin perhiasan tersebut mengikat ujung bajunya, sehingga tatkala bangkit auratnya terbuka, merekapun tertawa dibuatnya, sehingga secara spontan wanita muslimah tersebut berteriak. Seorang laki-laki muslim yang ada di dekatnya melompat ke arah pengrajin dan membunuhnya. Orang-orang Yahudi lainnya mengikat laki-laki muslim itu dan membunuhnya. Kejadian ini disebarluaskan orang-orang muslim kepada sesamanya, dan mereka siap untuk menyerang orang-orang Yahudi Bani Qunaiqa dan akhirnya terusir dari Madinah.
Pengkhianatan kedua dilakukan oleh Bani Nadhir. Ibnu Ishaq berkata: Rasulullah saw. mendatangi Bani Nadhir untuk meminta bantuan diyat bagi dua korban dari Bani Amir yang dihabisi oleh Amr bin Umaiyyah adh-Dhamri karena jaminan perlindungan Rasulullah saw. Saat itu terdapat persekutuan dan perjanjian antara Bani Nadhir dan Bani Amir. Ketika Rasulullah saw. sampai di tempat Bani Nadhir, mereka berkata: “Wahai Abu al-Qasim kami akan berusaha membantumu.”
Lalu orang-orang Bani Nadhir berkumpul dan bersekongkol untuk membunuh Rasulullah saw. Tiba-tiba Amr bin Jahasy naik ke atas rumah untuk menjatuhkan batu besar ke atas kepala Rasulallah. Atas izin Allah swt., malaikat Jibril memberitahu rencana mereka, seketika Rasulullah saw. bangkit dari duduknya dan pulang ke Madinah. Setelah itu, Rasulullah saw. memerintahkan orang-orang muslim untuk memerangi orang-orang Nadhir. Beliau akhirnya memutuskan untuk mengusir mereka.
Pengkhianatan terakhir orang-orang Yahudi sebelum Perang Khaibar dilakukan oleh Bani Quraizhah. Yahudi Quraizhah adalah satu-satunya kabilah besar Yahudi yang tinggal di sekitar Madinah, Huyay bin Akhtab adalah seorang pemuka Quraisy yang membujuk Bani Quraizhah agar melanggar dan mengkhianati perjanjian mereka dengan Rasulullah saw. yaitu dengan menyerang pasukan Islam dari belakang. Pada saat itu mereka sedang menghadapi pasukan Ahzab yang jumlahnya begitu besar.
Awalnya Ka’ab bin Asad menolak ajakan Huyay bin Akhtab. Namun akhirnya Ka’ab bin Asad luluh mana kala Huyay bin Akhtab menjamin dengan bersumpah bahwa ia dan orang-orangnya akan bergabung dengan Bani Quraizhah jika berhasil mengalahkan pasukan Rasulullah saw. Sejak itu, Bani Quraizhah pun melakukan serangan dari belakang pasukan Islam.
Kabar tentang pengkhianatan Bani Quraizhah didengar oleh Rasulullah saw. Kemudian Rasulullah saw. menjalankan strategi jitu, yaitu dengan memecah belah kekuatan musuh, beliau mengutus beberapa utusan kepada Bani Ghathafan, Bani Quraizhah, dan Quraisy dengan misi untuk menghentikan niat mereka memerangi Rasulullah saw.
Kepada Bani Ghatafan menjanjikan sepertiga hasil panen kurma di Madinah, jika mereka menarik diri dari perang Ahzab. Sementara utusan Bani Quraizhah berhasil membuat ragu dan mengundurkan niatnya untuk menyerang dan tidak berperang bersama pasukan Ahzab. Sedangkan Quraisy utusan Rasulullah saw. memberitahu bahwa Bani Quraizhah menyesal telah bergabung dengan mereka. Pasukan Ahzab gagal menguasai Madinah setelah diserang oleh angin yang dahsyat pada malam harinya.
Penyebab Perang Khaibar yaitu sebab dendam Yahudi yang telah terusir dari Madinah dan menetap di Khaibar berakibat permusuhan melawan umat Islam. Orang-orang Yahudi berhasil memprovokasi bangsa Arab untuk melawan Rasulullah saw. Terpaksa Rasulullah saw. mengirim pasukan untuk memerangi orang-orang yang berkhianat.
Di penghujung Muharram tahun ke 7 H, Rasulullah saw. berangkat ke Khaibar bersama 1400 pasukan. Pasukan muslim terus bergerak dengan keberanian dan keimanan yang tinggi, mereka sudah mengetahui betapa kuatnya benteng pertahanan Khaibar, serta kekejaman dan kebengisan tentaranya.
Dalam perjalanan ke Khaibar ini mereka mengambil jalan di antara Khaibar dan Ghathafan, dengan maksud untuk menciutkan nyali kabilah Ghathafan yang akan membantu orang-orang Yahudi. Mereka mengira orang-orang muslim menyerbu keluarga dan harta benda yang ada di Ghathafan, karena khawatir mereka kembali dan membatalkan niatnya membantu orang-orang Yahudi.
Pasukan muslim sampai di dekat wilayah Khaibar sebelum matahari terbit. Mereka melaksanakan shalat subuh sebelum masuk ke Khaibar. Lalu mereka masuk dan menyerang pada saat fajar tiba. Serangan mendadak ini mengejutkan penduduk Khaibar yang akan berangkat ke ladang, spontan mereka berteriak, “Muhammad dan pasukannya menyerang.”
Rasulullah saw. berseru, “Allahu Akbar! Hancurlah Khaibar! Sesungguhnya bila kami telah menginjakkan kaki di bumi musuh, akan hancurlah mereka semua.”
Imam Ahmad, Imam al-Nasai, Ibnu Hibban, dan Hakim meriwayatkan dari Hadits Buraidah Ibn Khatib berkata, “Ketika perang Khaibar dimulai, Abu Bakar mengambil panji-panji (pasukan muslim). Tetapi, Abu Bakar kembali sebelum kemenangan diraihnya. Keesokan harinya, panji-panji dibawa Umar, dan ia pun kembali dengan tidak membawa kemenangan. Maka Rasulullah saw. bersabda: “Besok, akan kuserahkan panji-panji ini kepada seseorang yang Allah swt. jadikan kemenangan di bawah pimpinannya. Orang itu mencintai Allah swt. dan Rasul-Nya.”” Malam itu seluruh pasukan dihantui pertanyaan, siapakah di antara mereka yang menerima panji-panji kemenangan?
Pagi harinya, seluruh pasukan menemui Rasulullah saw., berharap panji-panji itu darinya. Tidak lama Rasulullah saw. muncul dan bersabda, “Di manakah Ali bin Abi Thalib?’’
Seorang menyahut, dia sakit mata wahai Rasulullah. Lalu Rasulullah mengutus seseorang untuk menjemput Ali, tak lama kemudian Ali pun muncul. Rasulullah saw. meludahi matanya seraya berdoa, seketika itu mata Ali sembuh total. Selanjutnya Rasulullah memberikan panji-panji kepada Ali bin Abi Thalib.
Ali berkata: “Wahai Rasulullah, aku akan memerangi mereka sampai mereka menjadi seperti kita (memeluk Islam).” Ali pun bertempur bersama pasukan muslim sehingga berhasil menaklukan Khaibar. Mereka juga berhasil mendapatkan harta rampasan dari setiap benteng-benteng tersebut.
Benteng Naim merupakan benteng pertahanan pertama orang-orang Yahudi, karena tempatnya lebih strategis. Benteng ini ditempati para tokoh dan pahlawan Yahudi yang jumlahnya sekitar 1000 orang.
Benteng Ash-Sha’b merupakan benteng kedua yang terkokoh setelah benteng Naim. Orang-orang muslim melancarkan serangan di bawah komando al-Hubab bin al-Mundzir. Mereka mengepung benteng selama tiga hari, dan di hari ketiga Rasulullah saw. mengucapkan doa khusus untuk dapat menaklukan benteng ini.
Benteng Zubair merupakan sebuah benteng yang kokoh, terletak di sebuah puncak bukit yang tidak bisa dijangkau kuda atau pejalan kaki, karena jalanannya cukup terjal dan sulit. Rasulullah saw. memerintahkan untuk mengepung benteng ini selama tiga hari.
Benteng Ubay, pada benteng ini pasukan Yahudi berani menantang duel satu lawan satu pasukan Islam. Dalam perang tanding, perwakilan Yahudi takluk dan orang Islam berhasil memasuki benteng, dan terjadilah pertempuran sengit kembali dan benteng Ubay akhirnya dapat ditaklukan.
Benteng An-Nizar merupakan benteng pertahanan luar paling kokoh, orang-orang Yahudi yakin pasukan Islam tidak akan bisa menembus dengan cara apapun. Rasulullah saw. kemudian menginstruksikan menggunakan manjaniq (trebuset) dan berhasil jebol. Sisa pasukan Yahudi melarikan diri dan bergabung dengan benteng-benteng yang tersisa dan berhasil dikepung.
Setelah mengetahui tekad pasukan Islam dalam menaklukan seluruh Khaibar, akhirnya Yahudi menyerah dan siap melakukan perundingan. Perwakilan mereka Abul Huqaiq bernegosiasi dengan Rasulullah saw. agar sisa orang Yahudi di Khaibar tidak dijatuhi hukuman mati, para wanita dan anak-anak tidak ditawan, mereka siap meninggalkan Khaibar beserta harta dan kekayaan mereka. Rasulullah saw. menyetejui keputusan itu, bahwa jika ada yang melanggarnya akan dijatuhi hukuman mati.
Meski diputuskan meninggalkan Khaibar, tetapi orang-orang Yahudi memohon agar tetap menetap di Khaibar dengan mengolah kebun di Khaibar. Kemudian tanah Khaibar dibagi menjadi 30 kelompok, setiap kelompok dibagi 100 bagian, hingga jumlah total 3600 bagian. Orang-orang muslim mendapat separohnya yaitu, 1800 bagian. Rasulullah saw. mendapat bagian sama. 1800 bagian tersebut dikhususkan untuk para wakil beliau dan untuk urusan umum kaum muslimin.
Referensi
Mahdi Rizqullah Ahmad. 2005. Biografi Rasulallah: Sebuah Studi Analitis Berdasarkan Sumber-Sumber Otentik. Jakarta:Qisthi Press.
Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri. 2015. Sirah Nabawiyah. Terj. Kathur Suhardi. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.
Ibnu Ishaq. 2017. Sirah Nabawiyah: Sejarah Lengkap Kehidupan Rasulullah. Terj. H. Samson Rahman. Jakarta: Akbarmedia.
Said Ramadhan Al-buthy. 2010. Fikih Sirah: Hikmah Tersirat dalam Lintas Sejarah Hidup Rasulullah. Terj. Fuad Syaifudin Nur. Bandung: PT. Mizan Publika.
Oleh: Ainul Mahmudah, Semester VI