MASTAMA 2022: Mewujudkan Mahasantri yang Alim, Saleh, dan Kafi

MASTAMA 2022: Mewujudkan Mahasantri yang Alim, Saleh, dan Kafi

Seorang mahasantri harus mampu menjadi seseorang yang alim, saleh, dan kafi. Orang yang alim yaitu orang yang mengetahui seluk beluk syari’ah, menjadi orang yang saleh dengan akhlakul karimah dan menjadi orang yang kafi yaitu orang yang mampu bersinergi,  mampu diterima dan mampu menjawab tantangan-tantangan yang ada dimasyarakat. Jelas Ustadz Labib Masruri Afif Masrur, Lc dalam acara Mastama dengan materi tentang kepesantrenan pada Kamis, 04/07/22 di pendopo Ma’had Aly Jakarta.

Melanjutkan materinya, ustadz kelulusan Tarim, Hadramaut itu menjelaskan tentang cara mewujudkan mahasantri yang alim, Saleh dan kafi itu, setidaknya ada empat jati diri yang harus dimiliki oleh mahasantri yaitu: Pertama adalah menjadi muslim yang berakidah ahlussunah wal jama’ah, yaitu dengan thariqah guru-guru kita dalam berakidah “Orang lain yang tidak seideologi dengan kita akan selamat dari mulut dan tangan kita. Meski tidak satu idiologi, namun kita tetap menjaga tangan dan mulut untuk tidak menyakiti mereka.”

Setelah menjadi mahasantri yang berakidah ahlussunah wal jama’ah, selanjutnya mahasantri harus  memiliki pribadi yang disiplin, tersistem dan militan. Disiplin yaitu seorang mahasantri harus mampu mengatur waktu dengan baik, tersistem karena dengan sistem yang baik akan menghantarkan kepada keberhasilan, dan militan yang mana semua mahasantri berada dalam satu komando, satu metodologi, dan satu hati, serta semua mahasantri harus berjalan bersama-sama, saling menggandeng antar yang satu dengan yang lain.

Poin berikutnya adalah berakhlakul karimah dan berintegritas tinggi dalam pendidikan. Mahasantri harus memiliki akhlak dan ilmu, yang merupakan dua dimensi yang tidak dapat dipisahkan. Almarhum almaghfurlah KH. Muhammad Noer Iskandar SQ, selaku pendiri Pondok Asshiddiqiyah Jakarta selalu menekankan dua hal ini kepada para santri.  

Poin terakhir adalah mahasantri harus menjadi ahlul khidmah lil ‘ilmi wal ummah, karena dengan khidmah kepada ilmu dan ummat, Allah SWT akan meninggikan derajat seseorang.

Di akhir materi menjelaskan bagaimana proses yang harus dilewati oleh mahasantri selama belajar di  Ma’had Aly Jakarta yaitu dengan menanamkan empat hal, diantaranya; wajib melaksanakan sholat berjamaah dan tahajud, ikut berkontribusi terhadap kegiatan-kegiatan pesantren, baik sebagai peserta maupun pelaksana, siap dipimpin dan memimpin dan solid dalam satu komando “Seorang mahasantri harus mampu membangun relasi dengan baik. Dengan membangun kesolidan antar mahasantri yang terdiri dari berbagai daerah, akan membangun relasi yang kuat dan kokoh.” Papar mudir 3 Ma’had Aly Sa’iiduussiddiqiyah Jakarta itu.

Pewarta: Robiah, Semester III

Leave a Reply