Meneladani Keluarga Sumayyah, Wanita Syahid Pertama dalam Islam

Meneladani Keluarga Sumayyah, Wanita Syahid Pertama dalam Islam

MAHADALYJAKARTA.COM – Sejak dahulu tepatnya pada zaman Nabi Muhammad saw., pertumpahan darah bukanlah hal yang tidak biasa. Melainkan sesuatu yang selalu saja terjadi ketika Islam mulai disebarluaskan oleh Nabi Muhammad Saw. Berikut ini adalah rangkaian dari beberapa sumber dari sebuah kisah wanita pertama yang mati syahid dalam Islam.

Di suatu hari ada 3 bersaudara yang bernama Yasir, Malik dan Harits datang ke Mekkah untuk mencari berita tentang salah satu saudaranya yang telah lama menghilang. Mereka adalah sekelompok kafilah dari Yaman. Setelah beberapa hari menelusuri kota Mekkah, mereka masih belum berjumpa dengan saudaranya hingga kedua saudara Yasir putus asa dan memutuskan kembali ke kampung halamannya (Yaman). 

Berbeda dengan Yasir, meskipun tidak berjumpa dengan saudaranya ia merasa  nyaman berada di kota Mekkah. Apalagi ketika melihat bangunan Ka’bah ia merasakan keteduhan di dalam hati dan jiwanya. Tanpa berpikir panjang karena telah merasa nyaman akhirnya Yasir memutuskan tinggal di kota Mekkah. Setelah memutuskan Yasir pun berpikir “Jika saya tinggal di kota ini, saya harus mencari naungan agar saya bisa hidup nyaman dan tentram di sini”. Karena setiap penghuni baru di kalangan bangsa Arab jika ia tidak memiliki naungan maka akan tertindas.

Lalu Yasir memilih pemuka kaum di kota Mekkah yang bernama Abu Hudzaifah al-Mughirah al-Makhzumi. Pemuka ini memiliki budak yang bernama Sumayyah binti Khayyat. Memang tidak bisa dipungkiri bahwa raut-raut wajah yang memancarkan aura positif akan lebih disenangi dan langsung menyentuh hati seperti pandangan Hudzaifah kepada Yasir. Karena kemurahan dan keteduhan di wajah Yasir membuat Abu Hudzaifah kagum dan sangat menyayanginya.

Seiring berjalannya waktu rasa sayang di jiwa Abu Hudzaifah semakin tumbuh terhadap Yasir sehingga ia memutuskan Yasir untuk dinikahkan dengan budaknya yaitu Sumayyah binti Khayyat. Dari pernikahan itulah tercipta keluarga sederhana namun penuh kebahagiaan. Meskipun mereka masih hidup di bawah kekuasaan Bani Makhzum. Dari pernikahan itu Allah Swt. hadirkan buah hati yang menambah kebahagiaan keluarga Yasir yang mereka beri nama Ammar dan tanpa disangka pula Putra mereka ini adalah sebagai jalan bagi Yasir dan Sumayyah untuk menuju keimanan terhadap Allah Swt.

Ketika beranjak dewasa Ammar mendengar seruan tentang Islam, karena taufik dan hidayah Allah Swt. ia akhirnya bisa berjumpa dengan Rasulullah Saw di Arqam. Kebenaran dan kemuliaan yang ada pada diri Rasulullah Saw akhirnya  membuat mata dan hatinya terketuk untuk memeluk agama Islam. Karena selama hidup Ammar, ia selalu diselimuti oleh kegelapan (dalam keadaan tidak beriman). Lalu Ammar mengulurkan tangannya dan mengucapkan kalimat syahadatain أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ di hadapan Rasulullah Saw sebagai bentuk pernyataan keislamannya. 

Setelah itu Ammar mengajak kedua orang tuanya untuk masuk Islam. Ammar sedikit melantunkan ayat suci Al-Qur’an kepada kedua orang tuanya. Karena hati keduanya yang bersih tidaklah sulit bagi Yasir dan Sumayyah untuk menerima ajakan putra tercintanya (Ammar). Tanpa berpikir panjang, kedua orang tua Ammar (Sumayyah dan Yasir) langsung menerima dan melafalkan dua kalimat syahadat seperti apa yang diucapkan Ammar di hadapan Rasulullah Saw. 

Kebahagiaan yang dirasakan keluarga Yasir tentunya diiringi dengan berbagai macam siksaan. Alasannya karena mereka masih hidup di bawah naungan Bani Makhzum. Berita keislaman keluarga Yasir cepat tersebar di kalangan Bani Makhzum, mereka pun marah besar pada keluarga Yasir. Seketika itu keluarga Yasir dibawa ke padang pasir dengan memakaikan baju-baju besi yang membuat keluarga Yasir semakin keberatan, dan disiksa di bawah teriknya matahari tanpa memberi air sedikit pun, rasa haus dan kekeringan juga diiringi dengan berbagai macam siksaan tiada henti hingga bukan keringat lagi yang menetes dari keluarga Ammar akan tetapi darah. 

Di tengah-tengah berlangsungnya penyiksaan yang dilakukan Bani Makhzum pada keluarga Yasir, Rasulullah Saw lewat namun tidak bisa membantu. Rasulullah Saw membawa kabar gembira kepada keluarga Yasir dan berkata “Bergembiralah keluarga Ammar karena kalian akan dipertemukan dan dikumpulkan di surga”. Mendengar itu keluarga Yasir menikmati berbagai siksaan yang dilakukan Bani Makhzum juga merasakan kesejukan menerima beban yang sangat berat itu.

Siksaan terus berjalan tanpa henti namun tidak sedikit pun iman keluarga Yasir goyah, keluarga Yasir tetap teguh meyakini Islam sebagai agamanya, Allah Swt. sebagai Tuhannya, dan Nabi Muhammad Saw sebagai Rasulnya. Apalagi setelah mendengar berita surga yang disampaikan Rasulullah saw kepada keluarga Yasir. 

Karena hal itu amarah Bani Makhzum semakin terpancing hingga Abu Jahal turun tangan dan menyiksa mereka langsung. Demi memuaskan amarahnya penyiksaan yang dilakukan Abu Jahal sangatlah kejam.  Salah satu penyiksaan yang dilakukan Abu Jahal ialah menikam tepat pada bagian kemaluan Sumayyah hingga ajal menjemputnya.

Sumayyah meninggal 7 tahun sebelum hijrah sebagai wanita pertama yang mati syahid. Ia wanita yang patut dicontoh di era modern ini, karena keteguhan iman, kesabaran dan pengorbanannya dalam mempertahankan keislamannya. Sehingga nanti akan lahirlah sosok wanita yang bermartabat, sholehah dan mulia.

 

Referensi:

Ammar Abu Al-Mishri Mahmud, Shahabiyat Haula Ar-rasul, Jakarta: Ummul Qura, 2014.

Al-Basya Ra’fat Abdurrahman, Shuwar min Hayatish Shahabah 65 Syakhshiyyah, Jakarta: Zikrul Hakim, 2016.

Azwirman dan Kayo Sutan Danhas Yunhendri Buya, Ilmu Tauhid, Group CV Budi Utama, Januari, 2021.

Ashabur Rasul, Karya Mahmud Al-Misri, 1/524.

Al-Isti’ab (IV/324).

Nisa Mubasysyarat bil Jannah

Al-Bidayah wan Nihayah (III/59).

Shuwarun min Siyarish Shahabiyyat, As-Suhaibani

 

Kontributor : Ira Sumayyah, Semester IV

 

Leave a Reply