Uncategorized

Membongkar Keistimewaan Zubair bin Awwam: Sebuah Perjalanan Sejarah

WWW.MAHADALYJAKARTA.COM- Apa saja keistimewaan yang dimiliki oleh Zubair bin Awwam? Berikut ini akan dipaparkan beberapa keistimewaan yang dimilikinya:

1. Sepupu Nabi Saw

Az-Zubair bin Al-Awwam lahir pada tahun 594 M dan merupakan seorang sahabat dari suku Quraisy keturunan Bani Asad. Ayahnya adalah Al-Awwam bin Khuwailid bin Asad, sedangkan ibunya adalah Shafiyah binti Abdul Muthalib, bibi Rasulullah Saw. Dengan demikian, Zubair bin Awwam adalah putra dari paman Nabi Saw sekaligus keponakan Khadijah binti Khuwailid, istri Nabi. Ibunya sering memanggil Zubair dengan sebutan Abu al-Thahir—mengacu pada pamannya, Az-Zubair bin Abdul Muthalib. Zubair juga dikenal dengan panggilan Abu Abdullah, karena Abdullah adalah putranya dari Asma binti Abu Bakr Ash-Shiddiq. Asma dikenal dengan gelar “Pemilik Dua Ikat Pinggang” karena ia pernah membelah ikat pinggangnya untuk membawa bekal kepada Nabi Saw dan Abu Bakar saat hijrah.

2. Assabiquna Al-Awwalun

Zubair masuk Islam pada masa-masa awal dakwah Nabi Saw, setelah Abu Bakar Ash-Shiddiq. Ada yang menyebutkan bahwa ia termasuk orang keempat atau kelima yang memeluk Islam. Ketika masuk Islam, Zubair masih sangat muda dan pernah disiksa oleh pamannya sendiri. Pamannya mengurung Zubair dalam sebuah ruangan, mengikat kakinya, dan menyalakan api sehingga asap memenuhi ruangan. Namun, Zubair tetap teguh dalam keimanannya dan bersumpah tidak akan meninggalkan Islam.
Selain Zubair, kaum Muslim lainnya juga mengalami penyiksaan oleh kaum Quraisy. Ketika tekanan semakin besar, Rasulullah Saw mengizinkan para sahabat untuk hijrah ke Abisinia. Zubair termasuk dalam kelompok pertama yang berhijrah ke sana. Di Abisinia, kaum Muslim hidup dalam kedamaian dan bebas menjalankan ibadah mereka. Raja Najasyi memperlakukan semua orang dengan adil tanpa memandang asal-usul mereka.

3. Orang Pertama yang Menghunuskan Pedang dalam Islam

Suatu hari, setelah Zubair masuk Islam, tersebar kabar bahwa Nabi Saw dibunuh oleh kaum Quraisy. Mendengar hal itu, Zubair segera menghunuskan pedangnya dan menuju rumah Nabi. Sesampainya di sana, ia lega melihat Nabi Saw membuka pintu dan dalam keadaan baik-baik saja. Nabi Saw bertanya kepadanya, “Mengapa engkau datang, Zubair?” Zubair menjawab, “Ya Rasulullah, saya mendengar bahwa Anda dibunuh.” Nabi Saw bertanya lagi, “Apa yang akan kau lakukan?” Zubair menjawab, “Jika benar Anda dibunuh, saya akan membalas orang yang membunuh Anda.” Pada saat itu, Zubair masih berusia 15 tahun, namun cintanya kepada Rasulullah sangat besar. Nabi Saw pun bersabda, “Semoga Allah memberkatimu dan pedangmu,” yang menandakan bahwa Zubair akan berjuang di jalan Allah. Dalam riwayat lain, Nabi Saw bersabda, “Inilah pedang pertama yang dihunuskan di jalan Allah.”

4. Sang Prajurit Pemberani

Dalam Perang Uhud, Zubair berduel melawan Thalhah bin Abi Thalhah al-Abdari. Kisahnya bermula ketika kedua pihak yang bertikai mulai mendekat untuk memulai pertempuran. Thalhah, pembawa bendera dari kaum musyrik, dikenal sebagai penunggang kuda Quraisy yang paling berani, sehingga ia dijuluki kabsyul katîfah (panglima berkuda terhebat). Ia keluar menunggang unta dan menantang perang tanding. Namun, tidak ada seorang pun yang langsung menjawab tantangannya karena takut akan keberaniannya. Akhirnya, Zubair maju. Bukan dengan langkah perlahan, tetapi dengan lompatan cepat seperti singa. Ia melompat ke atas unta Thalhah, menjatuhkannya, lalu membanting dan membunuhnya.

Nabi Muhammad Saw menyaksikan duel yang mengagumkan itu, lalu bertakbir, diikuti oleh seluruh kaum Muslimin. Beliau memuji Zubair dan bersabda, “Sesungguhnya setiap nabi memiliki hawari (pengikut setia), dan pengikut setiaku adalah Zubair.”

Dalam Perang Badar, Zubair mengatakan, “Aku berhadapan dengan Ubâdah bin Sa`d al-Ash, yang hanya memperlihatkan matanya karena ia tertutup rapat dengan baju besi. Aku melemparkan tombak ke arah matanya hingga ia mati.”

Zubair juga turut serta dalam Perang Yarmuk. Ia adalah salah satu sahabat paling utama dalam pertempuran tersebut, serta seorang ksatria berkuda yang gagah berani. Sekelompok pasukan berkuda berkumpul di hadapannya dan berkata, “Pimpinlah kami menerobos barisan musuh, kami akan mengikuti di belakangmu.” Zubair bertanya, “Apakah kalian sudah yakin?” Mereka menjawab, “Ya.” Maka Zubair memimpin mereka menyerang barisan pasukan Romawi. Setelah menerobos barisan musuh, ia muncul dari sisi lain medan pertempuran dan kembali kepada pasukannya. Mereka kembali meminta Zubair memimpin serangan kedua, dan ia melakukannya hingga terkena dua luka di bahunya

5. Termasuk 10 Sahabat yang Dijamin Masuk Surga oleh Nabi

Siapa saja mereka yang 10 itu? Dari ‘Abdurrahman bin ‘Auf radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

أَبُو بَكْرٍ فِى الْجَنَّةِ وَعُمَرُ فِى الْجَنَّةِ وَعُثْمَانُ فِى الْجَنَّةِ وَعَلِىٌّ فِى الْجَنَّةِ وَطَلْحَةُ فِى الْجَنَّةِ وَالزُّبَيْرُ فِى الْجَنَّةِ وَعَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ عَوْفٍ فِى الْجَنَّةِ وَسَعْدٌ فِى الْجَنَّةِ وَسَعِيدٌ فِى الْجَنَّةِ وَأَبُو عُبَيْدَةَ بْنُ الْجَرَّاحِ فِى الْجَنَّةِ

“Abu Bakar di surga, ‘Umar di surga, ‘Utsman di surga, ‘Ali di surga, Thalhah di surga, Az-Zubair di surga, ‘Abdurrahman bin ‘Auf di surga, Sa’ad (bin Abi Waqqash) di surga, Sa’id (bin Zaid) di surga, Abu ‘Ubaidah bin Al-Jarrah di surga.” (HR. Tirmidzi, no. 3747 dan Ahmad, 1:193. 

Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadis ini sahih. Termasuklah Zubair bin Awwam di antara 10 sahabat tersebut, beberapa alasan yang menyebabkan mereka dijamin masuk surga ialah Allah telah memilih langsung dan mengutamakan mereka di antara sahabat yang lain, karena mereka menjadi sosok yg sangat ikhlas sekaligus teladan umat dalam mengabdikan diri terhadap Islam.

Zubair bin Awwam ra wafat pada tahun 36 Hijriah, sebagai syuhada diumurnya yang ke-61 tahun. Ia dibunuh oleh Amir bin Jumruz, seorang pengkhianat muslimin, saat dirinya sedang salat. 

Referensi

Mustofa, Imron, Barisan Pemuda Pembela Nabi Saw, Yogjakarta: Laksana, 2021.

Yansyah, Luthfi, Kisah Edukatif 10 Sahabat Nabi Saw Yang Dijamin Masuk Surga, Jakarta Timur: Zikrul Hakim ( Anggota IKAPI ), 2019.

Rozi, Af, Hikayat Syahid Paling Wangi, Yogjakarta: Sabil, 2014.

Iskandar, Salman, 99 Tokoh Muslim Duina For Kids, Bandung: Cinambo Indah, 2007.

Al-Mubarakfuri, Shafiyurrahman, Ar-Rahik Al-Makhtum, Terj. Hanif Yahya, Perjalanan Hidup Rasul Yang Agung, Jakarta: Mulia Sarana Press. 2001.

Kontributor: Pimus Raja A. Maulanda, Semester III

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *