Dalam rangka mengisi acara Mastama (Masa Ta’aruf Mahasantri) Ma’had Aly Jakarta yang diselenggarakan mulai tanggal 03-04 Agustus 2022, Ustaz Nur Salikin, MA. selaku Mudir I Ma’had Aly Jakarta turut menyampaikan materi tentang Kurikulum Ma’had Aly Jakarta yang tahun ini mengalami pembaruan.
Sebelum memaparkan tentang kurikulum, Ustaz Nur Salikin, MA. terlebih dahulu mengenalkan bahwa Ma’had Aly Jakarta didirikan oleh Dr. KH. Noer Muhammad Iskandar, SQ. pada tahun 2006. Awalnya kampus berbasis pesantren ini fokus pada Prodi Fikih dan Ushul Fikih. Kemudian di tahun 2015 akhir, prodi Ma’had Aly Jakarta diganti menjadi Sejarah dan Peradaban Islam yang tentunya lebih mudah dari Fikih dan Ushul Fikih, karena potensi kedudukan sejarah lebih banyak dipakai di masyarakat. Mau jadi guru, peneliti, dosen, teolog, filolog, dan lain sebagainya. Itulah sebabnya kampus Ma’had Aly Jakarta mengambil Prodi Sejarah Peradaban Islam.Di tahun 2022, Ma’had Aly Jakarta menyediakan 3 jenis Beasiswa, ada BKU (Beasiswa Kader Unggulan), BKA (Beasiswa Kader Afirmasi), dan ada juga PBSB (Beasiswa dari Kementerian Agama). Di tahun ini, kampus Ma’had Aly Jakarta menerima sebanyak 35 Mahasantri Baru.
Dalam pertemuan ini, Ustaz Nur Salikin, MA. menjelaskan tentang beberapa hal mengenai Ma’had Aly Jakarta yang mencakup sebagai berikut:Pertama, Kurikulum di Ma’had Aly Jakarta adalah kurikulum yang berbasis kitabiyyah. Bukan hanya mengerjakan makalah-makalah biasa, akan tetapi belajar dengan menggunakan kitab layaknya pondok-pondok kitab pada umumnya. Menariknya, kurikulum tahun sekarang berbeda dengan kurikulum sebelumnya, yang mana di tahun sebelumnya memakai kurikulum tahun 2017-2020, sedangkan di tahun sekarang menggunakan kurikulum tahun 2021-2026, yang dalam satu semester bisa mencapai 24-28 SKS dan pastinya akan lebih sulit, lebih pusing, dan lebih capek dari sebelumnya.
Kedua, di Ma’had Aly Jakarta para mahasantri juga akan diajarkan berbagai skill untuk kebutuhan surfive hidup di masyarakat nantinya. Jadi, setelah keluar dari Ma’had Aly Jakarta, mahasantri bisa mengembangkan ilmunya di tengah masyarakat. Ketiga, salah satu kebiasaan mahasantri Assiddiiqiyah Jakarta ada dua, yaitu: puasa daud dan solat tahajjud. Dengan harapan menjadi mahasantri yang unggul, moderat, dan Ahli Sunah wal Jamaah. Keempat, riset dan tenaga pengajar. Di Ma’had Aly Jakarta, para mahasantri akan diajarkan tentang cara mengajar yang bisa menjadi bekal untuk berdakwah di tengah masyarakat nantinya.Selain itu, ada lima target pencapaian yang harus dikuasai oleh mahasantri Ma’had Aly Jakarta. Pertama, mahasantri harus hapal dan bisa menjelaskan hadis dan ayat yang berhubungan tentang sejarah. Kedua, memiliki kemampuan membaca dan menjelaskan kitab klasik setingkat Rahiqul Makhtum, Tahdibbus Siroh, dan Tarikh Khulafa. Ketiga, mengusai peta dan pola dakwah masuknya Islam ke Nusantara. Keempat, terampil menulis gagasan dan karya ilmiah, tahqiq, filologi, dan lain-lain. Kelima, mampu melakukan Bashul Masail Ilmiah dan wal istimaiyah untuk memperkuat tradisi pesantren.
Di tengah-tengah pemaparannya, Mudir I Ma’had Aly Jakarta juga menjelaskan terkait legalitas Ma’had Aly Jakarta yang sudah mendapat Surat Keputusan (SK) secara langsung dari Kementerian Agama pada tahun 2016 di Ma’had Aly Tebuireng, Jombang. Dan, mengenai akreditasi, Ma’had Aly Jakarta juga mendapat SK dari Kementerian Agama dengan akreditasi A yang berlaku sampai tahun 2020-2024.
Di tengah acara pagi menjelang siang, ada dua motto yang sangat menarik diungkapkan oleh Ustaz Nur Salikin, MA. yang membuat para pendengar menjadi bersemangat. Pertama, “Man laisa lahu madin laisa lahu hadir wala mustaqbal.” Artinya, orang yang tidak mempunyai masa lalu tidak akan mengetahui masa kini dan masa depannnya. Hakikatnya, perjalanan hidup kita ini mengulang dan itu akan terulang dan terulang. Kedua, “la tamutunna illa wa antum katibun.” Artinya, engkau tidak akan mati sebelum menulis”. Jadi, di Ma’had Aly Jakarta, semua mahasantri diwajibkan untuk menulis satu buku yang diakui oleh Perpustakaan Nasional.Di akhir pemaparan materi, Ustaz Nur Salikin, MA. memberi sebuah kata mutiara penuh makna dan nasihat, yaitu: “Kuliah itu bukan hanya soal hasil, tetapi proses bagaimana kamu bisa menikmati semua proses itu dengan baik. Karena sukses bukan tentang bagaimana hasil yang kamu raih, tapi tentang bagaimana proses yang kamu jalani. Menikmati proses itu adalah berusaha semaksimal mungkin untuk menjadi lebih baik. Bukan juga tentang di mana kamu belajar, tapi tentang bagaimana kamu bisa mengembangkan dirimu menjadi lebih baik.”
Pewarta: Diana Fera, Semester III
Editor: Isa Saburai