Keteladan Sosok Imam Syafi’I dalam Menuntut Ilmu

Keteladan Sosok Imam Syafi’I dalam Menuntut Ilmu

MAHADALYJAKARTA.COM – Mengenai tokoh ini sudah tidak asing lagi bagi kita sebagai umat muslim yang mana tokoh tersebut sangat masyhur. Imam Nawawi mengatakan bahwa nama lengkap Imam Syafi’i ialah Abu Abdullah bin Muhammad bin Idris bin  al-Abbas bin Utsman bin Syafi’ bin as-Sa’ib bin Ubaid bin Abdi Yazid bin Hasyim bin al-Muthalib bin Abdi Manaf bin Qushai. Para ulama berselisih pendapat mengenai kelahiran Imam Syafi’i, yang pertama ada yang mengatakan bahwa Imam Syafi’i lahir di Gaza (Palestina) pada tahun 150 H, yang ke-2 mengatakan beliau lahir di Asqalan, jarak antara Asqalan dengan Gaza sekitar 3 Farsakh kedua daerah ini masuk dalam wilayah palestina, dan yang ke-3 Imam Syafi’i dilahirkan di Yaman akan tetapi pendapat ini paling lemah diantara pendapat yang lain.

Baca Juga: Imam Malik Sang Pecinta Madinah

Di negara Indonesia ini mayoritas bermazhab Imam Syafi’i terutama kita sebagai penganut mazhab Imam Syafi’i tentulah harus mengetahui sedikit atau banyaknya biografi dan kisah-kisah keteladanan beliau dalam menuntut ilmu yang bisa kita jadikan contoh untuk sehari-hari. Adapun kisah rihlah ilmiah beliau yang pertama ialah kefasihan ketika menggunakan bahasa Arab, di kota Mekkah dan menetap dipedalaman Suku Huzail (suku yang paling fasih dalam berbahasa arab).

Ketika Imam Syafi’i berguru di kota Mekkah ia diperintahkan oleh gurunya, “Wahai Muhammad pergilah engkau ke Madinah untuk berguru lagi, karena sesungguhnya ilmuku sudah habis, semuanya sudah ku ajarkan kepadamu.” Beliau pun menuruti perintah gurunya untuk pergi ke kota Madinah, akan tetapi sebelum ia pergi segera berpamitan kepada sang ibunda, kemudian ibunya berkata “ Pergilah engkau Muhammad menuntut ilmu di jalan Allah, kita akan bertemu kembali di akhirat nanti.”

Ketika Imam Syafi’i di Madinah ia berguru kepada Imam Malik, pada saat itu Imam Malik merupakan ulama tertinggi di Madinah. Kemudian setelah berguru kepada Imam Malik ia melanjutkan menuntut Ilmunya ke Iraq, dan berguru kepada murid-muridnya Imam Abu Hanifah atau Imam Hanafi. Selama beliau menuntut ilmu baik di Mekah, Madinah, dan Iraq beliau tetap tidak mau pulang hingga ibunya menyuruh beliau pulang. Dan selama di Iraq pun beliau menjadi sosok yang terkenal sangat pintar dan tercerdas sehingga ribuan murid berbondong-bondong untuk diajarkan atau berguru kepada beliau. Hingga Imam Syafi’i menjadi ulama besar yang sangat terkenal di seluruh penjuru Iraq hingga Hijaz.

Pada saat itu ibunda Imam Syafi’i sedang melakukan ibadah haji, memang pada setiap tahunnya sang ibunda selalu melakukan ibadah haji. Dan pada saat itu pula sang ibunda sedang mengikuti kajian dari salah seorang ulama yang mana setiap ceramahnya selalu menyebutkan nama Imam Syafi’i. Mendengar ucapan ulama tersebut yang selalu menyebutkan nama sang anak, sepulang dari kajian ibunya pun menjumpai dan bertanya kepada ulama tersebut, “Wahai Syekh siapakah Muhammad bin Idris Asy Syafi’i itu yang selalu kau ucapkan disetiap perkataan mu?.” Sang ibu bertanya dan seakan-akan dia tidak mengetahui yang ditanyakan itu anaknya sendiri. Kemudian Syekh tersebut menjawabnya, “Beliau guru saya di Iraq dan beliau juga merupakan seorang ulama besar di kota Mekkah.” Sang ibu pun terkejut mengetahui bahwa guru Syekh tersebut ialah anaknya sendiri dan ibunya pun menitip pesan untuk anaknya bahwa ia sudah diperbolehkan pulang ke rumah dan menjumpai ibunya.

Setelah sesampainya pesan tersebut, Imam Syafi’i langsung bergegas untuk pulang dan menjumpai ibunya di rumah. Mendengar kepulangan Imam Syafi’i penduduk Iraq sangat sedih karena ditinggalkan sang guru, dan ia juga sudah menjadi ulama besar di daerah tersebut, penduduk tersebut memberikan ratusan ekor unta dan harta lainnya. Akan tetapi, ketika ia membawa ratusan ekor unta dan harta lainnya yang telah diberikan oleh penduduk Iraq ibunya marah dan tidak diperbolehkan pulang karena sudah membawa unta-unta tersebut ataupun yang lainnya kerumah. Dan akhirnya Imam Syafi’i membagikan unta-unta tersebut dan harta lainnya itu dibagikan kepada penduduk miskin di kota Mekkah sehingga yang tersisa hanya kitab-kitab dan ilmunya, setelah ia diperbolehkan pulang oleh ibunya.

Imam Syafi’i telah menciptakan banyak kitab baik di kota Mekkah, Madinah, Iraq, Mesir dan masih banyak lainnya sehingga beliau menjadi ulama besar, penganutnya pun kebanyakan di Kawasan Asia Tenggara. Banyak ulama-ulama besar yang berguru kepada Imam Syafi’i diantaranya, Imam al-Buwaiti, Imam al-Muzani, Imam Rabi’ al-Muradi, Imam Rabi al-Jaizi, dan Imam Harmalah dan masih banyak lagi. Dan banyak pula beberapa ulama memberikan pujian kepada Imam Syafi’i seperti, Imam Ahmad bin Hanbal mengatakan bahwa Imam Syafi’i bagaikan matahari yang menyinari dunia, Imam Dzahabi mengatakan Imam Syafi’i merupakan seorang imam besar yang alim dan penolong sunah-sunah Nabi SAW, Imam Suyuthi pula mengatakan ia adalah pemimpinnya para imam dan panutan seluruh umat, dan masih banyak lagi.

Terbentuknya madzhab Syafi’i itu pada awal abad ke-9, madzhab ini kebanyakan dianut oleh para penduduk Mesir Selatan, Arab Saudi bagian barat, Suriah, Kurdistan, Indonesia, Malaysia, Brunei, Philipina, Pantai Koromandel, Ceylon, Malbar, Hadramaut, dan Bahrain. Adapun beberapa penyebab atas tersebarnya madzhab Syafi’i yaitu, yang pertama Imam Syafi’i sudah banyak belajar di berbagai tempat, mulai dari Hijaz, Iraq, dan Mesir, yang ke-2 banyaknya murid-murid beliau sehingga berjasa dalam perkembangan madzhab Syafi’i di Mesir diantaranya, Al-Buwaithy, Al-Muzany, dan Rabi’ Al-Djizy dan ada diantara murid beliau yang berkonstribusi dalam penyebaran di kawasan Syam adalah Al-Qadly Abu Zu’rah Muhammad bin Utsman Ad-Dimasqy.

Kesimpulannya Madzhab Syafi’i ini berkembang karena adanya perjuangan yang dilakukan oleh para murid-murid dan pengikutnya,  dari beberapa pemimpin ataupun para tokoh islam yang menganut madzhab Syafi’i antara lain Mahmud bin Sebaktekin, Nizham al-Mulk, dan Salahuddin Ayyubi.

Referensi:

Ajib Muhammad, Mengenal Lebih Dekat Madzhab Syafi’i, Jakarta Selatan: Perpustakaan Nasional, 2018.

Al-Bugha Diib Musthafa, Penjelasan Hukum-Hukum Islam Madzhab Syafi’i, Surakarta, Jawa Tengah: Media Dzikir, 2009

Zayd, Nasr Hamid Abu. Imam Syafi’i Moderatisme, Eklektisisme, Arabisme, Jakarta: Perpustakaan Nasional, 1997

Al, DR Ahmad Nahrawi Abdus Salam. Ensiklopedia Imam Syafi’i. Hikmah, Perpustakaan Nasional 2008.

Al-Baihaqi, Ahmad. Biografi Imam Syafi’i  Untold Story Imam Syafi’i & Kitab-Kitabnya. Shahih, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2016.

Kontributor: Nazwa Fariha, Semester IV

Leave a Reply