Faktor dan Dampak Kemunduran, Kehancuran Dinasti Abbasiyah Terhadap Dunia Islam

Faktor dan Dampak Kemunduran, Kehancuran Dinasti Abbasiyah Terhadap Dunia Islam

MAHADALYJAKARTA.COM – Khalifah pertama Bani Abbasiyah adalah Abu al-Abbas Abdullah bin Muhammad. Nama Abbasiyah diambil dari nama salah seorang paman Rasulullah SAW. bernama al-Abbas bin Abdul al-Muthalib bin Hasyim. Daulah Abbasiyah berkuasa selama lima abad dan berhasil menjadikan dunia Islam sebagai pusat pengetahuan dunia. Pencapaian ini tentunya tidak terlepas dari 37 Khalifah Bani Abbasiyah yang memerintah secara bergantian. Pada masa pemerintahan Khalifah Harun Ar-Rasyid, Daulat Abbasiyah mencapai puncak kejayaan. Bani Abbasiyah yang terkenal sekali jasanya pada masanya memajukan ilmu pengetahuan adalah Al-Makmun.

Baca juga:

Kejayaan Dinasti Abbasiyah di Tangan Harun Ar-Rasyid

Sebelum membahas masa kehancuran Daulat Abbasiyah, penulis menyinggung terlebih dahulu tentang faktor-faktor kemunduran Abbasiyah. Ada beberapa faktor yang menyebabkan kemunduran Abbasiyah, pertama faktor internal, yaitu adanya penguasa lemah yang sulit mengendalikan wilayah luas ditambah sistem komunikasi masih sangat lemah dan belum maju menyebabkan lepasnya daerah satu persatu. Kecenderungan para penguasa hidup mewah, mencolok, berfoya-foya, yang diikuti oleh para hartawan dan anak-anak pejabat yang turut menyebabkan roda pemerintah terganggu dan rakyat menjadi miskin.

Di samping kelemahan khalifah, ada juga yang menjadi penyebab mundurnya khalifah Abbasiyah, yaitu munculnya Dinasti-dinasti kecil yang memerdekakan diri, yang mana dapat kita lihat dari tekanan-tekanan oleh pemerintah terhadap rakyat, baik orang Turki, Bani Buwaihi dan Turki Saljuk. Sehingga rakyat makin gusar dan mereka mendirikan pemerintah di daerah masing-masing.

Perang saudara antara Al-amin dan Al-makmun secara jelas membagi Abbasiyah menjadi dua kubu, yaitu kubu Arab dan Persia, menyebabkan pertentangan Arab dan non Arab, perselisihan antara muslim dan non muslim, serta perpecahan di kalangan umat Islam sendiri, perebutan kekuasaan pemerintah, persaingan antarbangsa, kemerosotan ekonomi, konflik keagamaan, dan lain-lain.

Adapun faktor eksternal yang menyebabkan kemunduran Dinasti Abbasiyah adalah mendapatkan serangan secara tidak langsung dari pasukan Salib di dunia Barat, yang kekalahan bangsa Romawi telah menanamkan benih permusuhan dan kebencian orang-orang Kristen terhadap umat Islam. Kebencian itu bertambah semenjak Dinasti Saljuk yang menguasai Baitul Maqdis menerapkan beberapa peraturan yang menyulitkan orang Kristen untuk berziarah ke sana. Hal ini berakibat Paus Urbanus II menyerukan umat Kristen Eropa untuk melakukan perang suci yang disebut dengan perang Salib.

Baca juga:

Menyingkap Kisah Tiga Khalifah Pengukir Sejarah Dinasti Abbasiyah

Selanjutnya Dinasti Abbasiyah memperoleh serangan secara langsung dari pasukan Mongol yang berasal dari Timur ke wilayah kekuasaan Islam. Khalifah Dinasti Abbasiyah pada saat itu adalah Al- Mu’tasim tak mampu membendung serangan Mongol dan sekutunya yang dipimpin cucu Genghis Khan. Pada tahun 1258 tentara Hulagu Khan berhasil mengalahkan tentara khalifah dan membumihanguskan kota Baghdad.

Pada saat yang kritis tersebut, wazir khilafah Abbasiyah, Ibnu Alqami ingin mengambil kesempatan dengan menipu khalifah. Ia mengatakan kepada khalifah, “Saya telah menemui mereka untuk perjanjian damai.” Hulagu Khan ingin mengawinkan anak perempuannya dengan Abu Bakar bin Mu’tasim, putra khalifah. Dengan demikian, Hulagu Khan akan menjamin posisimu. Ia tidak menginginkan sesuatu kecuali kepatuhan. Khalifah menerima usul itu, lalu ia keluar bersama beberapa orang pengikut dengan membawa mutiara, permata dan hadiah-hadiah berharga untuk diserahkan kepada Hulagu Khan. Al- Musta’shim yang sudah tidak punya kuasa lagi, tidak bisa berbuat yang lain selain mematuhi Hulagu Khan. Ia serahkan seluruh harta yang disimpan di istananya. Hulagu Khan membagi harta itu semua kepada seluruh panglima.

Sambutan Hulagu Khan sungguh diluar dugaan khalifah. Apa yang dikatakan wazirnya tidak benar, mereka semua termasuk wazir sendiri dibunuh dengan leher dipancung secara bergiliran. Dengan pembunuhan yang kejam ini berakhirlah kekuasaan Abbasiyah di Baghdad. Kota Baghdad sendiri dihancurkan rata dengan tanah, sebagaimana kota-kota lain yang pernah diserang oleh bangsa Mongol.

Walaupun sudah dihancurkan, Hulagu Khan memantapkan kekuasaannya di Baghdad selama dua tahun, sebelum melanjutkan ke Syiria dan Mesir. Jatuhnya kota Baghdad ditangan bangsa Mongol bukan saja mengakhiri kekuasaan khilafah Bani Abbasiyah di sana, tetapi merupakan awal kehancuran peradaban Islam yang sangat kaya dengan khazanah ilmu pengetahuan itu ikut lenyap dibumihanguskan oleh bangsa Mongol.

Keganasan Mongol menghancurkan peradaban yang telah dibangun selama lima abad seakan-akan kejayaan, kebesaran, keagungan, serta kemegahan kota Baghdad yang menjadi pusat pemerintahan Bani Abbasiyah hanyalah kenangan manis yang hanyut dibawa aliran sungai Tigris setelah bangsa Mongol berhasil membumihanguskan kota itu dengan menghancurkan kota dan istana serta membakar buku-buku yang ada di perpustakaan terbesar kala itu yaitu Baitul Hikmah dan menghanyutkan ke sungai Tigris sehingga aliran airnya berubah warna menjadi hitam dikarenakan lunturnya tinta-tinta yang ada di buku.

Sebagaimana kita ketahui, bahwa di kota Baghdad atau pada masa Dinasti Abbasiyah itu pernah mencapai kejayaan, yaitu dengan majunya ilmu pengetahuan, namun setelah datangnya serangan bangsa Mongol ke kota Baghdad menjadi penyebab hancurnya peradaban Islam yang sudah dijaga selama ini. Dan bukan hanya itu, akan tetapi banyak orang yang mati dalam keadaan yang mengenaskan. Kebiadaban pasukan Mongolia terlihat dari cara mereka membunuh setiap orang dengan cara memenggal kepala, dan memisahkan kepala dengan tubuhnya. Hal ini dilakukan oleh bangsa Mongol untuk memastikan orang-orang yang berpura-pura mati.

Ratusan ribu mayat tanpa kepala berserakan dan bertebaran di jalan-jalan, parit-parit, dan lapangan sehingga menimbulkan wabah penyakit. Bangunan yang megah hanya menyisakan puing-puing reruntuhan, barang-barang penting seperti perhiasan, dan lain-lain. Bahkan keluarga dari Dinasti Abbasiyah yang dipimpin oleh Al-mu’tashim terbunuh, dengan demikian hancurlah pusat peradaban Islam seiring lenyapnya pemerintahan Dinasti Abbasiyah yang telah memainkan peranan penting dalam melahirkan peradaban dunia Islam.

Setelah kita mengetahui faktor-faktor kemundurannya, kita akan bisa melihat akan munculnya suatu kehancuran yang terjadi pada pemerintah Abbasiyah, karena pertanda  kokohnya suatu pemerintahan itu terjaganya persatuan dan kesatuan wilayah, dan hubungan erat antara sesama masyarakat. Setelah beberapa peristiwa yang dilalui oleh Bani Abbasiyah tibalah mereka masa kehancuran. Dan apa yang sudah terjadi kepada Bani Abbasiyah ini akan mengalami dampak yang terjadi pada masa setelahnya.

Selanjutnya, penulis akan menjelaskan dampak yang akan terjadi setelah kota Baghdad dikuasai oleh bangsa Mongol yang dilakukan dengan cara penyerangan  serta pembunuhan terhadap Bani Abbasiyah, begitu juga dengan pembakaran buku-buku yang ada di perpustakaan, mereka membumihanguskan semuanya.

Kalau kita mengkaji dampak kehancuran Dinasti Abbasiyah terhadap dunia Islam setidaknya dapat dibagi menjadi tiga aspek, yakni ilmu pengetahuan, politik dan ekonomi. Kenapa penulis mengambil yang tiga ini saja, padahal masih banyak sekali dampak-dampaknya. Karena setelah mengkajinya yang paling menonjol pada masa keemasan Dinasti Abbasiyah adalah ilmu pengetahuan, politik, dan ekonomi. Setelah mengalami kehancuran, umat Islam tidak lagi mempunyai pengaruh dalam ketiga aspek tersebut.

Dampak kehancuran Dinasti Abbasiyah terhadap dunia Islam adalah ilmu pengetahuan, yakni perkembangan ilmu pengetahuan mengalami kemunduran, hal ini disebabkan Baghdad pada masa khalifah Abbasiyah adalah pusat perkembangan ilmu pengetahuan, bahkan budaya kecintaan ilmu dilihat dari kontribusi ilmuwan masa itu terhadap perkembangan keilmuan setelahnya, pembangunan perpustakaan, toko buku, dan lain-lain. Masa kehancuran kota Baghdad sejarah mencatat kisah pemusnahan buku-buku di Baitul Hikmah.

Dengan hancurnya kota Baghdad, tentu memberikan dampak yang sangat besar terhadap sejarah umat Islam. Jatuhnya kota Baghdad bukan mengakhiri khalifah, akan tetapi merupakan awal dari kemunduran dunia Islam, ketika hancur khazanah keilmuan di kota itu ikut lenyap. Seiring dengan kemunduran Islam di bidang ilmu pengetahuan, negara-negara Barat justru berkembang menjadi negara-negara modern. Sehingga orang Islam banyak belajar kepada bangsa Barat.

Selanjutnya salah satu dampak kehancuran Dinasti Abbasiyah adalah di bidang politik, yakni umat Islam menjadi terkotak-kotak. Pada saat Dinasti Abbasiyah berjaya, Timur Tengah diidentikkan dengan Dinasti Abbasiyah. Tetapi setelah hancurnya Dinasti tersebut, Timur Tengah dibagi menjadi beberapa bagian. Dengan demikian, bahwa hancurnya Dinasti Abbasiyah berdampak bagi umat Islam secara politik, tidak ada lagi kekuatan super power dalam negara-negara Islam.

Aspek yang ketiga adalah ekonomi, yakni dengan hancurnya Dinasti Abbasiyah akan berdampak terhadap ekonomi masyarakat, terjadi krisis ekonomi bagi umat Islam. Sehingga umat Islam mengalami keterbelakangan dari aspek ekonomi dibandingkan negara-negara Barat dan negara non muslim. Di dalam buku yang berjudul “ Keunggulan Ekonomi Islam: Mengkaji Sistem Ekonomi Barat dengan Kerangka Pemikiran Sistem Ekonomi Islam” karya Baqir Ash-shadr dijelaskan bahwa dunia Islam dipimpin oleh Dunia Barat dalam tiga aspek, yakni tunduk secara ekonomi, politik, dan tunduk kepada sistem barat.

Sebagai contoh kemunduran ekonomi umat Islam adalah yang terjadi kepada negara Irak, yang perkembangan ekonominya sangat  terpuruk dan melemah dibandingkan Amerika Serikat. Umat Islam mengalami kejadian seperti ini karena rendahnya tingkat kerja sama ekonomi dan jaringan ekonomi yang masih terpecah-pecah di antara negara-negara Islam.

Umat Islam adalah umat yang pertama kali memiliki ilmu pengetahuan, sejak masa Dinasti Abbasiyah Islam semakin makmur, akan tetapi semenjak kekalahan Abbasiyah, mulai tampak kehancuran umat Islam karena hilangnya ilmu pengetahuan, hal ini sudah dikuasai oleh bangsa-bangsa Barat, mereka semakin maju, berkembang di seluruh dunia.

Referensi:

Amir, Samsul Munir, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta; Amzah, 2009)

Anzari ,Tamim. Dari puncak Baghdad: Sejarah Dunia Persia Islam, (Jakarta: Zaman, 2012)

Syamruddin, Sejarah peradaban Islam, (Pekanbaru: Yayasan Pusaka Riau, 2013)

Zakariya Muhammad, Sejarah Peradaban Islam (Prakenabian hingga Islam di Indonesia), (Malang: CV. Intrans Publising, 2018)

As-Suyuti, Jlaluddin, Tarikh khulafa, (Bairut:1997)

Kontributor: Ahmad Shobirin, Semester V

 Editor: Dalimah NH

Leave a Reply