Ma’had Aly – Era keemasan Islam tertoreh pada pasa kepemimpinan Harun Ar-Rasyid. Perhatiannya yang begitu besar terhadap kesejahteraan rakyat serta kesuksesannya mendorong perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, ekonomi, perdagangan, politik, wilayah kekuasaan, serta peradaban Islam telah membuat Dinasti Abbasiyah menjadi salah satu negara Islam yang menempatkan dirinya sebagai negara terkuat dan tidak tertandingi.
Amir para khalifah Abbasiyah itu bernama Harun Arasyid atau Abu Ja’far Harun bin al-Mahdi Muhammad bin Al-Mansur Abu Ja’far Abdullah bin Muhammad bin Ali bin Abdullah bin Abbas al-Hasyimi al-Abbasi. Ia adalah khalifah kelima Dinasti Abasiyah. Figur Harun Ar- Rasyid yang legendaris ini lahir di Rayy pada tahun 145 H. Ia adalah putra dari khalifah Al-Mahdi bin Al-Mansur khalifah Abasiyah ketiga. Sedangkan ibunya bernama Khaizuran.
Setelah wafatnya khalifah keempat Abbasiyah, Musa Al-Hadi, maka Harun Ar-Rasyid diangkat menjadi khalifah pada saat usianya yang sangat muda, 22 tahun. Dalam menjalankan roda pemerintahan, Harun Ar-Rasyid didampingi oleh gurunya Yahya bin Khalid dan empat putranya.
Daulah Abbasiyah mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Harun Ar-Rasyid. seorang khalifah yang taat beragama, shalih, dermawan, hampir bisa disamakan dengan Khalifah Umar bin Abdul Aziz dari Dinasti Umayyah. Jabatan khalifah tidak membuatya terhalang untuk turun ke jalan-jalan pada malam hari, tujuannya untuk melihat rakyat yang sebenarnya. Ia ingin melihat apa yang terjadi dan menimpa kaum lemah dengan mata kepalanya sendiri untuk kemudian memberikan bantuan.
Khalifah Harun Ar-Rasyid mempunyai perhatian yang sangat baik terhadap ilmuan dan budayawan. Ia mengumpulkan mereka semua dan melibatkannya dalam setiap kebijakan yang akan diambil pemerintah. Perdana mentrinya ialah seorang ulama besar dizamannya, Yahya Al-Barmaki juga merupakan guru khalifah Harun Ar-Rasyid. Sehingga banyak nasihat dan anjuran yang mengalir dari Yahya. Hal ini semua membentengi khalifah Harun Ar-Rasyid dari perbuatan-perbuatan yang menyimpang dari ajaran-ajaran Islam.
Suasana yang aman dan damai, serta kemakmuran yang merata membuat rakyat menjadi tentram. Bahkan, pada masa pemerintahan Harun Ar-Rasyid sangat sulit mencari orang yang akan diberikan zakat, infak, dan sedekah, karena tingkat kemakmuran penduduknya merata. Di samping itu banyak pedagang dan saudagar yang menanamkan investasinya pada berbagai bidang usaha di wilayah Bani Abbasiyah pada masa itu.
Setiap orang merasa aman untuk keluar pada malam hari karena tingkat kejahatan yag minim. Kaum terpelajar dan masyarakat umum dapat melakukan perjalanan dan penjelajahan di negeri yang luas itu dengan aman. Masjid-masjid, perguruan tinggi, madrasah-madrasah, rumah sakit, dan sarana kepentingan umum lainnya banyak dibangun.
Khalifah Harun Ar-Rasyid juga sangat giat dalam penerjemahan berbagai buku berbahasa asing ke dalam bahasa Arab. Dewan penerjemahan juga dibentuk untuk keperluan penerjemahan dan panggilan informasi yang termuat dalam buku asing. Dewan penerjemahan itu diketahui oleh seorang pakar bernama Yuhana bin Musawih. Bahasa Arab ketika itu merupakan bahasa resmi negara dan bahasa pengantar di sekolah-sekolah, perguruan tinggi, dan bahkan menjadi alat komunikasi umum. Karena itu, dianggap tepat bila semua pengetahuan yang termuat dalam bahasa asing itu segera diterjemahkan ke dalam bahasa Arab.
Harun Ar-Rasyid merupakan seorang penguasa yang yang paling cakap dan bijaksana diantara pemimpin yang lain. Hal ini dikarenakan Harun Ar-Rasyid memiliki kerja keras yang tinggi untuk mengembangkan Dinasti Abbasiyah menuju masa keemasan. Meskipun usia pemerintahannya kurang dari setengah abad kota Baghdad saat itu muncul menjadi pusat dunia dengan tingkat kemakmuran dan peran internasional yang luar biasa. Dinasti Abbasiyah memasuki tatanan yang sangat besar di dalam pemerintahan terutama dalam sistem perpajakan dan administrasi peradilan. Kejayaan ini berjalan seiring dengan kemakmuran kerajaan terutama ibukotanya.
Dialah orang yang menjadikan ibukota pemerintah di Baghdad sebagai pusat perdagangan internasional dan kiblat bagi para pelajar dalam berpetualang menuntut ilmu. Pemerintahan Ar-Rasyid merupakan pemerintahan yang terbaik, paling terhormat, berwibawa, makmur, dan memiliki wilayah kekuasaan paling luas. Bahkan Ar Rasyid mampu menarik sebagian besar penduduk dunia.
Inilah khalifah Abbasiyah yang paling terkenal sepanjang masa. Pada periode kepemimpinannya, Dinasti Abbasiyah disebut-sebut meraih puncak kejayaan. Pada 14 Rabiul Awwal tahun 170 H dalam usia 25 tahun. Dan menjabat sebagai khalifah hingga ia wafat pada 3 Jumadil Akhir tahun 194 H. Dalam periode pemerintahannya berlangsung selama 23 tahun, lebih dua bulan, dan ia wafat dalam usia 48 tahun
Khalifah Harun Ar-Rasyid meninggal pada saat ia keluar dari baghdad tepat pada tanggal lima Sya’ban tahun 192 H menuju Khurasan. Tepatnya ketika ia mendengar pembrontakan Rafi’ bin Al-Laits yang semakin meluas di wilayah Transoxania. Ia menyerahkan jalannya pemerintahan Baghdad kepada putranya Muhammad Al-Amin. Khalifah Ar-Rasyid didampingi putranya, Abdullah Al-Makmun. Khalifah Ar-Rasyid terus bergerak dengan pasukannya hingga mencapai kota thus pada bulan safar tahun 193 H. Di sanalah penyakitnya kambuh hingga mengantarkannya pada rabnya, pada malam sabtu, 22 Jumadil akhir tahun 193 H, yang kemudian jenazah harun ar-rasyid di solatkan oleh putranya yang lain yang bernama Shaleh karena Abdullah Al-Makmun ketika itu telah bergerak ke Marwu, yang merupakan ibu kota Khurasan. Khalifah Harun Ar-Rasyid dimakamkan di Thus.
Seperti yang ditulis oleh Imam As-Suyuti, Harun Ar-Rasyid meninggal saat memimpin Perang Thus, sebuah wilayah di Khurasan. Pada saat itu Daulah Abbasiyah dan dunia Islam benar-benar kehilangan sosok pemimpin yang shalih dan adil, sehingga tak seorang pun teraniaya tanpa diketahui oleh Khalifah Harun Ar-Rasyid dan mendapatkan perlindungan.
Referensi
Muhammad Syeikh Al-Khudhari, Bangkit dan Runtuhnya Daulah Abbasiyah, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2016.
Fuad Ahmad Basya, Sumbangan Keilmuan Islam Pada Dunia, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2015.
Syukur Abdul Al-Azizi, Sejarah Terlengkap Peradaban Islam, Yogyakarta: PT. Huta Parhapuran, 2017.
Imam As-Suyuthi, Tarikh Khulafa. Terj. Samson Rahman. Jakarta: Pustaka Al-Kaustar, 2000.
Suyuthi Pulungan, Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Amzah, 2018.
Oleh: Desi Romadeni, Semester V