Syekh Yasin Al-Fadani: Musnid Dunia dalam Keharuman Ilmu

Syekh Yasin Al-Fadani: Musnid Dunia dalam Keharuman Ilmu

MAHADALYJAKARTA.COM – Syekh Yasin Al-Fadani adalah seorang ulama berasal dari Padang yang merupakan keturunan Minangkabau. Nama lengkapnya adalah Abu Faidi ‘Alam Ad-Din Muhammad Yasin bin Muhammad Isa bin Ja’far As-Shadiq Al-Fadani Al-Hasani Al-Makki As-Syafi’i, lahir di Makkah tahun 1917 M/ 1335 H. Meskipun Syekh Yasin Al-Fadani lahir dan tumbuh besar di Makkah Al-Mukarramah, ia juga sering berkunjung ke Indonesia. Darah nasionalis yang mengalir dalam jiwanya menunjukkan kecintaannya terhadap Nusantara. Salah satu kontribusi besarnya adalah memperkenalkan tokoh-tokoh Ulama Indonesia kepada dunia. Melalui pengaruhnya, para perawi Arab dan non-Melayu menjadi akrab dengan kata “Kyai”, istilah Jawa yang berarti syekh, ustadz atau orang yang bertakwa. Adapun nama daerah, serta tokoh Ulama Indonesia seperti Syekh Nawawi bin ‘Umar Al-Bantani, Syekh ‘Abdus Samad bin ‘Abdurrahman Al-Falimbani, KH. Hasyim Asy’ari dari Jombang dan masih banyak lainnya. Laki-laki yang berdarah Minang ini merupakan seorang ulama pakar ilmu hadis, pendidik dan ahli ilmu falak dan dijuluki “Musnid Dunia”. Gelar ini disandangnya karena memiliki sanad ilmu paling banyak di dunia pada masanya. 

Syekh Yasin Al-Fadani adalah seorang Mufti mazhab Syafi’i di Makkah. Ia dilahirkan dari keluarga pecinta ilmu agama (keluarga yang religius), yang mana sejak kecil ia belajar kepada ayahnya, yaitu Syekh Muhammad Isa Al-Fadani dan pamannya Syekh Mahmud Al-Fadani. Selanjutnya beliau mengenyam pendidikannya di Madrasah Ash Shaulatiyyah al Hindiyah, Mesir pada tahun 1346 H. Namun, selang beberapa waktu terjadi konflik di madrasah itu sehingga mengakibatkan Syekh Yasin dan beberapa pelajar lainnya memutuskan pindah pada akhirnya mereka berlanjut ke madrasah Darul Ulum yang didirikan oleh Sayyid Muhsin bin Ali Al-Musawa. Ia dan beberapa pelajar lainnya tersebut menjadi angkatan pertama di Darul Ulum dan selesailah pendidikannya disana. Adapun beberapa guru beliau, yaitu di bidang hadis, ia berguru kepada Syekh Umar Hamdan dan Syaikh Muhammad Ali Al-Husain al-Maliki. Di bidang fiqih, berguru kepada  Syekh Umar Ba Junaid (Mufti Syafi’iyah di Makkah), dan Syekh Sa’id bin Muhammad Al-Yamani dan lain sebagainya. Sepanjang masa pendidikannya, beliau telah belajar kepada lebih dari 700 orang guru yang beliau catat dalam berbagai literaturnya. Sungguh prestasi yang luar biasa dan sangat sulit ditandingi. Beliau belajar dan menghafal banyak kitab diantaranya bidang ilmu fiqih, tauhid, faraidh, musthalah hadits dan lain sebagainya. 

Baca Juga:

Syekh Muhammad Yasin Al Fadani, Intelektual Musnid Nusantara

Daya tarik utama dalam perjalanan keilmuannya adalah kajian hadis. Syekh Yasin Al-Fadani memahami pentingnya pemahaman yang mendalam terhadap hadis Nabi Muhammad Saw sebagai sumber hukum dan pedoman hidup umat Islam. Ia mengabdikan waktu dan usahanya untuk mempelajari, menghafal, dan menganalisis koleksi hadis-hadis yang ada. Kepakarannya dalam ilmu hadis membuatnya diakui secara luas di kalangan ulama para ulama dan cendekiawan muslim di seluruh dunia. Laki-laki keturunan Minang ini menjadi otoritas dalam penelitian dan penulisan hadis, membantu mengklasifikasikan, menganalisis dan menulis kumpulan hadis yang sempurna. Karya-karyanya yang monumental telah memberikan kontribusi yang baik bagi pemahaman dan pengembangan ilmu hadis. Jumlah karya beliau mencapai 97 Kitab, sebagian berpendapat karyanya mencapai 100 kitab yang seluruhnya berbahasa Arab yang diantaranya 9 kitab tentang Ilmu Hadits, 25 kitab tentang Ilmu dan Ushul Fiqih, 36 buku tentang ilmu Falak, dan sisanya tentang ilmu-ilmu yang lain. 

Adapun beberapa karyanya,  yaitu Fathul ‘Allam  Syarah dari kitab Hadits Bulughul Maram, Ad Durr Al-Madhud fi Syarah Sunan Abu Dawud 20 jilid, Nail Al-Ma’mul Hasyiah ‘Ala Lubb Al-Ushul Fiqh, Al Fawaid Al-Janiyah ‘Ala Qawaidhul fiqihiyyah, dan masih banyak karya beliau lainnya. Karena keahliannya dalam hal ilmu periwayatan hadis maka banyak ulama-ulama dunia yang berbondong-bondong untuk mendapat ijazah sanad hadis darinya. Bahkan Al-‘Allamah habib Segaf bin Muhammad Assegaf yang merupakan salah seorang ulama dan waliyullah dari Tarim, Hadramaut sangat mengagumi keilmuan Syekh Yasin Al-Fadani hingga menyebut syekh Yasin dengan “Sayuthiyu Zamanihi” (imam Al-hafidz Assayuthi pada zamannya.) Sayyid Abdul Aziz Al-Ghumari juga menjuluki syekh Yasin sebagai ulama kebanggaan Haramain. Syekh Umar Abdul Jabbar di dalam surat kabar al-Bilad:”…bahkan yang terbesar dari amal bakti syekh Yasin Al-Fadani adalah membuka madrasah putri pada tahun 1362 H yang mana di setiap perjalanan beliau selalu ada rintangan akan tetapi beliau tetap bisa mengatasinya dan tetap sabar dan tabah. 

Seorang mufti Mesir yaitu Doktor Ali Jum’ah pernah menerima ijazah sanad hadits Hasyiah dari Syekh Yasin. Banyak ulama-ulama terkemuka yang menyukai dan mengagumi keilmuan syekh Yasin sampai-sampai banyak tokoh-tokoh terkenal yang mengarang syair tentangnya, seperti Habib Sayyid Assegaf bin Muhammad Assegaf (tokoh pendidik di Hadramaut), Sayyid Abdurrahman bin Muhammad bin Abdurrahman Al-Ahdal (Mufti negeri Murawah  Yaman) dan lain sebagainya. Syekh Yasin Al-Fadani Juga tekun dalam mengajar ilmu agama dan memiliki afiliasi dengan thoriqoh Tijaniyah. Ada beberapa karya beliau yang dijadikan rujukan di universitas-universitas besar, seperti kitab Al-Fawaid Al Janiyah yang dijadikan sebagai silabus dalam mata kuliah ushul fiqih di fakultas syari’ah Al-Azhar, Kairo. 

Baca Juga:

Kaidah Fikih Syaikh Yasin al-Fadani

Sebagai seorang yang dikenal musnid dunia, Syekh Yasin Al-Fadani telah meninggalkan warisan ilmiah yang tak ternilai. Dia diyakini telah mengumpulkan sanad dari ratusan ulama dalam bidang hadis. Syekh Yasin juga memiliki sanad yang berkenaan dengan kitab-kitab klasik yang sebagian besar telah dikaji. Sanad dalam hal itu bahkan sampai kepada pengarang aslinya. Syekh Yasin dikenal sebagai sosok ulama yang sering minta ijazah dari para ulama-ulama terkemuka sehingga beliau memiliki sanad yang luar biasa banyaknya. Syekh Yasin kemudian menetap di Mekah dan mengajar berbagai mata pelajaran di Masjidil Haram dan Darul Ulum Diniyah. Syekh Yasin memberikan perhatian khusus terhadap ilmu hadis. Selama kurang lebih lima belas tahun, setiap bulan Ramadhan, beliau rutin membacakan al-Kutub as-Sittah dan memberikan ijazah kepada orang-orang yang hadir. Syekh Yasin adalah seorang ulama yang dengan murah hati menganugerahkan ijazah Sanad kepada murid-muridnya. Hal ini dibuktikan dengan ijazah “Am” (biasa/umum) masyarakat yang hidup pada masa itu. Sebagaimana dalilnya dalam kitab “Waraqat fi Majmu’ah al-Musalsalat wal Alauali wal Asanid al-Ilyati” beliau berkata: 

هذا وقد أجازنا بما في هذه (الورقات) كل من أراد رواية ذلك عنا ممن أدرك حياتنا، وكذا غيره مما تجوز لنا روايته، وتثبت عنا معرفته ودرايته.

Beberapa santri Syekh Yasin mendapat ijazah khos (khusus), yakni Sayyid Alwi al-Maliki al-Makki, Syaikh Yahya al-Ghoutsani, dan Syaikh Aiman ​​Suwaid. Murid-muridnya dapat ditemukan di seluruh penjuru dunia, antara lain Mufti Mesir Syekh Ali Jum’ah, Syekh Ismail Yamani, Sayyid Abdullah Shiddiq al-Ghumari, Syekh Muhammad Ali al-Shabuni (Damaskus), KH. Edema Holliday, KH. Sahar Mahfouz (Pati), KH. Maimun Zubair (Rembang). Hal yang paling menarik juga dari seorang yang berketurunan Minang ini adalah kesederhanaannya. Walaupun ia seorang ulama besar akan tetapi ia tidak segan-segan untuk keluar masuk pasar memikul, dan menenteng sayur-mayur untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan memakai kaos oblong dan sarung. 

Laki-laki berkebangsaan Makkah ini termasuk dalam hitungan ulama besar terakhir asal Nusantara yang berkarir di Haramain, karena setelah ia wafat belum ada lagi ulama asal Nusantara yang hidup cemerlang di Haramain. Adapun salah satu karyanya yang monumental dalam bidang ilmu sanad adalah “Al Iqd Al-Farid Min Jawahir Al Asanid” yaitu kumpulan sanad ulama-ulama Nusantara. Adapun beberapa kitab hadis dan isnad karyanya syekh Yasin, yaitu: Al-Arba’una Haditsan min Arba’ina Kitaban ‘al Arba’ina Syaikhon, Al-Arba’una al-Buldaniyah (al-Arba’una Haditsan ‘an Arba’ina Syaikhan min Arba’ina Madinah). Kitab ini berisi empat puluh hadits yang diriwayatkan oleh empat puluh Syaikhan dari empat puluh kota, disarikan dari hadits Arba’una Haditsan Musalsal bi al-Nuhad ila al-Jalal al-Suyuthi, Fath al-‘Allam syarah Kitab Bulughul Maram 4 juz, Ad-Durr al-Mandhud fi Syarh Sunan Abu Dawud 3 jilid. Kitab-kitab tersebut di atas berkaitan dengan hadis, sedangkan kitab-kitab Syekh Yasin berkaitan dengan hadis, antara lain Al-Asanid al-Makiyyah li Politik al-Hadîts wa as-Siyar wa asy- Syamâil al-Muhammadiyah, Kifâyat al -Mustafîd ilma ‘Ala min al-‘Asanid. Buku ini menjelaskan tentang Hadits Isnad yang dimiliki oleh Syekh Mahfudz at-Tarmasi dan lain-lain. Syekh Yasin Al-Fadani wafat pada waktu menjelang subuh, malam Jumat tepatnya pada tanggal 28 Dzulhijjah 1410 H. Selesai shalat Jum’at barulah jenazahnya dishalatkan dan dikuburkan di pemakaman ma’la, Makkah.

Referensi: 

Dr. Muhammad Ihsan Abbas. Yasin Al-Fadani: Sang Musnid Dunia. Pustaka Arafah, 2019. 

Prof. Dr. Ahmad Yani. Pengaruh Karya Musnid Dunia, Syekh Yasin Al-Fadani, terhadap Pengembangan Ilmu Hadits.  Jurnal Ilmu Hadis, Volume 7, Nomor 2, 2020.

Amirul Ulum. Syaikh Yasin ibn Isa Al-Fadaniy. Yogyakarta: Global Press, 2016.

Rizem Aizid. Biografi Ulama Nusantara. Yogyakarta: Diva Press, 2016.

Zainul Milal Bizawie. Masterpiece Islam. halaman 252.

https://www.bengkuluinteraktif.com/syekh-yasin-al-fadani-ulama-dunia-ahli-sanad-dari-sumatera diakses pada tanggal 11 Maret, 2024, pukul 23.00

Kontributor: Mutiatun Marwiyah, Semester VI

Editor: Dalimah NH

Leave a Reply