Uncategorized

Barkh Al-Abid Al-Aswad: Waliullah yang Membuat Allah Swt. Tertawa Tiga Kali dalam Sehari

MAHADALYJAKARTA.COM – Sebelum penulis menceritakan sebuah kisah yang sangat menarik tentang seorang wali yang bisa membuat Allah Swt. tertawa tiga kali dalam sehari, atas perbuatan yang dilakukan oleh wali tersebut. Pasti kita bertanya-tanya, Apasih yang dilakukan oleh wali tersebut sehingga bisa membuat Allah Swt. tertawa hingga 3 kali banyaknya?

Beliau adalah Barkh Al-Abid Al-Aswad, seorang waliullah yang menepati kedudukan mulia di sisi Allah Swt. Ia hidup di zaman Nabi Musa a.s. dan Bani Israel. Kisah Barkh membuat Allah Swt. tertawa ini tertuang dalam beberapa literatur klasik di antaranya: Kitab Ittihafus Sadatil Muttaqin Bisyarhi Ihyai Uluumiddin (Muhammad ibn Muhammad al-Hasaniy az-Zabidiy:1205 H.), Kitab Minanul Kubra (Imam Abdul Wahab As-Sya’raniy: 973 H.), dan Kitab Musakkinul Fuad (Syeikh Zainuddin Ibn Ali ibn Ahmad al-Jab’i al-Aamiliy: 965 H.)

Di dalam Kitab Qososul Anbiya karya Syech Ibnu Katsir diceritakan bahwa umat Nabi Musa a.s. atau Bani Israel sedang dilanda kemarau yang berkepanjangan selama 7 tahun lamanya. Sehingga tempat tinggal mereka menjadi gersang, air minum susah, tanaman dan hewan-hewan banyak yang mati. Hal ini membuat kehidupan mereka menjadi sengsara. Banyak dari mereka mengeluh tak sanggup lagi menjalani kehidupan dengan penuh kesengsaraan, apalagi dengan tidak adanya air.

Dengan keadaan yang seperti demikian, maka terjadilah sebuah peristiwa  pada suatu hari di mana Nabi Musa a.s. mengajak umatnya untuk salat Istisqa, berharap agar Allah Swt. menurunkan hujan kepada mereka. Nabi Musa a.s. mengajak umatnya yang berjumlah 70.000 ribu melakukan salat di tengah padang pasir yang luas. Kisah ini diceritakan dalam sebuah buku yang berjudul Jejak Langkah Kalimullah.

Diceritakan juga dalam sebuah buku yang berjudul Kisah dan Mukjizat Nabi Musa a.s., bawhasanya setelah Nabi Musa a.s. dan umatnya selesai melaksanakan salat Istisqa, tetapi tidak ada tanda-tanda bahwa doa yang mereka panjatkan itu terkabul. Hal itu dibuktikan dengan tidak turunya hujan, sehingga banyak umat Nabi Musa a.s. yang protes dan Nabi Musa a.s. pun bingung mengapa doanya tidak dikabulkan. Kemudian Allah Swt. menurunkan wahyu kepada Nabi Musa a.s., “Wahai Musa! Bagaimana aku akan mengabulkan doa mereka (ummat Nabi Musa a.s.)? Sedangkan doa-doa mereka tertutupi hijab karena dosa-dosa mereka. Hati mereka amatlah buruk. Mereka merengek tanpa dibalut keyakinan bahwa aku akan mengijabah doa mereka. Mereka tak yakin bahwa akulah Sang Pengijabah Doa. Dan, mereka merasa aman dari murkaku.”

BACA JUGA: Lima Tahapan Pertemuan Nabi Khidir a.s. dan Nabi Musa a.s.

Maksud dari firman di atas ialah sebab tidak dikabulnya doa mereka adalah datang dari mereka sendiri atau mereka sendirilah yang menyebabkan doa itu tidak terkabulan dan lagi pula andaipun doa mereka dikabulkan, belum tentu mereka percaya bahwa ini adalah kekuasaan Allah Swt. Karena hati mereka telah rusak dan keras. Sehingga percuma saja walaupun kala itu hujan diturunkan, hal tersebut belum tentu bisa menjadikan mereka beriman. Kemudian Nabi Musa a.s. pun bingung, sehingga meminta saran kepada Allah Swt. dengan jawaban yang berbunyi,  “Pergilah wahai Musa! Pergi temui salah satu hamba-Ku yang bernama Barkh. Pintalah ia agar memintaku untuk menurunkan hujan sampai aku menurunkannya.”

Ketika Nabi Musa a.s. bertanya tentang sosok Barkh al-Aswad, ia tidak diberi tahu secara langsung. Ia bertanya-tanya kesana-kemari pun tak kunjung beliau menemukannya. Sampai pada suatu hari, ketika Nabi Musa a.s. berada di sebuah jalan, ia melihat seseorang berkulit hitam, berparas sederhana, dan tampak di dahinya bercampur debu dan ternyata orang hitam tersebut adalah Barkh. Dengan petunjuk cahaya Allah Swt. yang diberikan kepada Nabi Musa a.s. Dengan segera ia menghampiri dan memberi salam ke sosok yang bernama Barkh tersebut.

“Siapa nama kamu?” tanya Nabi Musa a.s. setelah mengucapkan salam kepadanya.

“Nama saya Barkh,” jawab orang tersebut. Lantas Nabi Musa a.s. berkata, “Ternyata benar! Kamu adalah orang yang saya cari selama ini. Aku diperintah Allah Swt. untuk menemuimu dan memintamu untuk berdoa kepada-Nya agar segera menurunkan hujan kepada kami di kemarau panjang ini.” 

Barkh pun menengadahkan tangan dan berdoa, tetapi doa yang Barkh panjatkan ini seperti halnya Barkh menentang akan kekuasaan Allah Swt. Adapun doa yang dikatakan oleh Barkh, “Wahai Allah Tuhanku, apakah kemarau panjang ini adalah perbuatanmu? Apakah kemarau panjang ini karena ketidaksabaran-Mu? Apa yang membuat sumber-sumber air-Mu habis? Ataukah angin sudah tidak lagi taat kepada-Mu? Ataukah Engkau kehabisan sesuatu? Ataukah Engkau sangat murka kepada para pendosa? Bukankah Engkau Maha Pengampun sebelum Engkau menciptakan orang-orang yang berbuat salah? Engkau menciptakan rahmat (kasih sayang) dan Engkau memerintahkan untuk menyayangi? Ataukah Engkau menunjukkan kepada kami bahwa Engkau tercegah dan tertolak? Ataukah Engkau takut kehilangan sesuatu sehingga Engkau mempercepat siksaan?”.

Doa yang seperti ini kurang pantas jika diamalkan atau ditiru, karena secara tidak langsung seolah-olah kita memaksa Allah Swt. agar mengabulkan doa tersebut. Apalagi bagi kita seorang tholabul ilmi yang seharusnya sangat paham dalam adab atau tata cara berdoa yang baik dan sopan. 

Kemudian, saat Barkh terus berkata-kata dengan nada yang sedikit menekan dan belum berhenti dari munajatnya, hujan deras pun turun membasahi Nabi Musa a.s. dan Bani Israel. Dalam waktu setengah hari, Allah Swt. kembali menumbuhkan rumput-rumput dan pepohonan. 

Setelah bermunajat, Barkh pulang ke rumahnya, sedangkan Nabi Musa a.s. mendatanginya. Barkh pun berkata, “Bagaimana menurutmu ejekan dan cemoohku saat aku bermunajat kepada-Nya, sedang ia membenarkan dan mengabulkan munajatku dengan menurunkan hujan?”

Merasa tidak terima akan doa yang dipanjatkan Barkh kepada Allah Swt. yang kurang sopan itu, Nabi Musa a.s. pun marah besar, sampai–sampai amarah itu membuat Mabi Musa a.s. hendak memukul Barkh. Saat akan memukul Barkh Allah Swt. berfirman, “Wahai Musa! Jangan kau lakukan perbuatan itu. Sesungguhnya Barkh membuatku tertawa tiga kali dalam sehari.”

BACA JUGA: Kiai Ahmad Qusyairi Banyuwangi: Sang Pendapat Cahaya 1001 Malam

Telah kita ketahui sebelumnya bahwa seorang waliullah pasti memiliki sebuah kelebihan khusus yang dikaruniakan oleh Allah Swt. kepada para walinya, kelebihan tersebut dinamakan dengan karamah. Namun, pada hakikatnya karamah para waliullah itu tidak bisa dipelajari ataupun dipikirkan secara akal, karena banyak sekali dari karamah para waliullah yang mustahil atau tidak masuk akal bagi orang yang tidak mengimani dan tidak percaya akan kuasa Allah Swt. Adapun ayat yang menjelaskan mengenai waliullah adalah ayat yang terdapat dalam surat Ali ‘Imran ayat 31 yang berbunyi:

قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ ٱللَّهَ فَٱتَّبِعُونِى يُحْبِبْكُمُ ٱللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ وَٱللَّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ

Artinya: “Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah Swt., ikutilah aku, niscaya Allah Swt. mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu”. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Adapun pendapat lain yang menjelaskan bahwasanya waliullah tidak hanya identik dengan mereka yang bisa jalan di air, terbang, atau punya kelebihan lain. Al-Qur’an menjelaskan bahwa waliullah adalah mereka yang selalu berusaha dekat dengan Allah Swt. dan menjalankan sunnah nabinya. (//)

Kontributor: Eko Dewan Prastyo, Semester V

Penyunting Bahasa: Isa Saburai

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *