Selembut Kapas Sekeras Baja, Umar bin Khattab Sang Amirul Mukminin

Selembut Kapas Sekeras Baja, Umar bin Khattab Sang Amirul Mukminin

Beliau adalah Umar bin Khattab. Khalifah ke-2 setelah Abu Bakar Ash-Shiddiq, yang terkenal dengan keberaniannya serta ketegasannya sehingga membuat semua orang takut jika berada dekat dengannya. Tidak ada yang tahu pasti kapan Umar bin Khattab dilahirkan. Ia dibesarkan layaknya anak-anak yang lainnya. Menginjak usia remaja, Umar bin Khattab diajak ayahnya untuk mengembalakan unta, Khattab bin Nufail yang merupakan keturunan Bani Adi salah satu dari kabilah suku Quraisy. Selain bergulat, berkuda yang merupakan keahlian Umar lainnya. Secara fisik Umar memiliki tubuh yang kekar, kulitnya kemerah-merahan dan mempunyai kumis lebat. 

Ketika sudah beranjak dewasa, Umar sering kali ikut dengan orang tuanya pergi ke luar negeri. Dengan begitu ketika Umar sudah beranjak dewasa ia menjadi sosok yang mandiri dan pemberani, ia sering mengikuti lomba pacuan kuda dan sering kali memenangkan lomba tersebut ketika diadakan di Pasar Ukaz. Dengan kelebihan yang dimilikinya, ia sering menjadi duta peristiwa penting bersama suku-suku di tanah Arab. Keberaniannya membuat Umar disegani di kalangan bangsa Arab sehingga sering disebut sebagai Singa Padang Pasir, siapa sangka dengan kecerdikannya dalam berdiplomasi sehingga Rasulullah pernah berdo’a  agar agama Islam dikuatkan oleh dua Umar yaitu Umar bin Khattab dan Umar bin Hisyam.

Umar masuk Islam pada usia 27 tahun, sebelumnya Umar merupakan sosok yang sangat membenci Islam, bahkan Umar terniat untuk membunuh Nabi karena menurutnya ajaran yang dibawa Nabi menjadi pemecah belah antara kaum Quraisy. Ia tidak segan membunuh orang yang ketahuan masuk Islam sebagaimana yang dilakukan terhadap Labibah dan Zinnirah, karena keduanya tidak mau meninggalkan ajaran Islam. Umar juga pernah mengubur anak perempuan hidup-hidup sebagaimana yang dilakukan oleh bangsa Arab Jahiliyah yang merasa hina dan malu ketika memiliki seorang anak perempuan, banyak sekali tindakan yang merugikan yang dilakukan oleh Umar ketika sebelum masuk Islam. Sehingga sampailah pada puncak kekejian yakni berusaha untuk membunuh Nabi, yang ditugasi oleh orang-orang kafir Quraisy. Rencana tersebut gagal, Umar malah mendapatkan hidayah lewat perantara adiknya yaitu Fatimah, ketika itu Fatimah sedang membacakan surat Thaha ayat 1-8 yang berhasil meluluhkan hati Umar. Masuknya Umar kedalam Islam membawa arti penting dalam perkembangan dakwah Islam. Dahulu merupakan sosok yang sangat membenci Islam, namun sekarang ia menjadi perisai dan benteng pertahanan Islam yang sangat ditakuti oleh kaum kafir Quraisy.

Namun di balik sifat kerasnya Umar, ia juga memiliki sifat yang lemah lembut. Ibnu Abbas pernah mengatakan, “Bukankah Umar itu pembela Islam, pelindung anak-anak yatim, induknya iman, tempat bergantungnya orang-orang lemah dan tempat kembalinya orang-orang yang beragama.” Contoh saja ketika beliau sudah diangkat menjadi Khalifah, ketika itu Khalifah Umar sering kali ronda malam hingga sampai di kampung-kampung kota Madinah. Kabar itu tersiar luas setelah Khalifah Umar mengantarkan sendiri sekarung beras gandum ke rumah seorang ibu miskin di luar kota Madinah. Para sahabat segera bertanya langsung kepada Khalifah Umar mengenai kabar yang mengejutkan itu. Ternyata kabar itu bukanlah isapan jempol semata. Para sahabat dan bawahan merekapun sangat malu. “Mengapa Amirul mukminin meronda ketika malam yang hening ke kampung-kampung di luar kota Madinah?” tanya seorang sahabat. “Bukankah lebih enak beristirahat di istana bersama keluarga wahai Amirul mukminin?” tanya si sahabat selanjutnya. “Aku keluar malam-malam, keliling kota Madinah sampai ke kampung-kampung tentu ada perlu.” Jawab Khalifah Umar. “Ada perlu apa wahai Khalifah?” Sahabat bertanya lagi. “Aku keluar malam-malam, keliling kota Madinah sampai pelosok kampung untuk mengetahui secara langsung keadaan rakyat. Rakyat adalah bagian dari diriku. Kalau tidak ada rakyat, Khalifah akan memimpin siapa?” Khalifah Umar balik bertanya.

Suatu malam ketika Khalifah Umar sedang meronda, Khalifah Umar mendengar isak tangis anak, beliau menghampiri si anak untuk mendengar langsung keluh kesahnya. Ternyata anak itu adalah anak yatim piatu. Sang pengawal ditugaskan beliau untuk membawa si anak yatim piatu ke rumah. Sikap Khalifah tersebut mencengangkan para sahabat, tidak hanya tegas dan jujur, beliau juga sosok penyayang terhadap anak-anak. Dengan demikian, sosok kepribadian beliau yang lembut tidak hanya diperlihatkan kepada anak-anak, melainkan kepada istrinya, ketika itu ada seorang lelaki yang datang ke rumah Umar hendak mengadukan akhlak buruk istrinya, tetapi sesaat lelaki tersebut akan mengetuk pintu rumah Umar, ia mendengar istri Umar sedang memarahi Umar, sementara Umar tidak menjawab sepatah katapun. Akhirnya si pemuda tersebut berfikir bahwa sebaiknya dia pergi saja dan membatalkan niatnya, tetapi saat berbalik badan ia dipanggil oleh Umar dengan bertanya, “Kenapa istrimu lancang kepadamu sedangkan  kamu diam saja?” Umar menjawab, “Wahai saudaraku, istriku telah memasak makanan untukku. Dia juga telah mencuci pakaianku, mengurus urusan rumahku dan mengasuh anak-anakku. Maka, apabila ia berbuat satu  kesalahan, tidaklah layak kita memarahinya, sedangkan kebaikannya kita lupakan.” Begitulah penuturan Umar terhadap pemuda tersebut.

Sebagai seorang khalifah  Umar bin Khattab sebenarnya diberikan  istana atau  rumah  yang  mewah. Namun, Umar menolak dan  memilih tinggal di rumahnya  yang sederhana. Umar  juga sering berada di masjid dan tidak tidur pada kasur yang empuk. Umar lebih memilih tidur di atas pelepah kurma. Sehingga Umar digambarkan oleh Rasulullah tentang kepribadiannya. Jika diserupakan Malaikat, Umar seperti Malaikat Jibril yang menurunkan kutuk dan  laknat  Allah  kepada musuh-musuhnya. Seandainya diumpamakan Nabi, Umar bin Khattab seperti Nabi Nuh as. yang berkata, “Wahai Tuhanku, tenggelamkanlah kekayaan  mereka dan belenggulah hati mereka. Mereka tidak akan beriman hingga mereka saksikan sendiri azab yang  pedih.” Begitulah gambaran  kepribadian  Umar bin Khattab menurut Rasulullah saw.

Referensi:

Diva Anugrah, Kehidupan Umar dalam Keluarga, Jakarta: PT. Lontar Digital Asia

Isnaeni DK, Kisah Khulafaur Rasyidin, Jakarta: Penebar  Swadaya Grup, 2017

K. Usman, Umar bin Khattab, Jakarta: PT. Luxima Metro Media , 2014

GEmMasebuahl Komakondo, Permata 2016. Sehari-hari Bersama Umar bin Khattab. Kalimantan Barat: Dewarti Press

Sohibi. 2019. Khulafaur Rasyidin. Jakarta: Mutia Aksara

Tohari, Moh. Amin. 2014. Sejarah Kebudayaan Islam (Direktorat Pendidikan Madrasah). Jakarta: Kementrian Agama 

Kontributor: Rinanda Salsabila, Semester III

Leave a Reply