Sejarah Perbandingan Peradaban Islam Abad Pertengahan

Sejarah Perbandingan Peradaban Islam Abad Pertengahan

Ma’had Aly – Ketika Islam menjadi sorotan sejarah, tentunya yang terlintas adalah penaklukkan, ekspansi-ekspansi dan sebagainya. Di sisi lain, ternyata Islam telah memberikan konstribusi  besar dalam panggung sejarah yang mencengangkan dunia. Bagaimana tidak, ketika kembali pada abad pertengahan (sekitar abad ke-10 atau abad ke-4 Hijriah), maka kita akan melihat dunia Islam dengan kehidupan, pengetahuan, kekuatan dan peradaban yang luar biasa. Sebaliknya, ketika terbang menuju Barat kita akan tercengang dengan perbedaan yang begitu berarti, kehidupan masyarakatnya tanpa adanya kekuatan, pengetahuan dan peradaban. Hal ini memang telah dijanjikan oleh Allah swt. dalam al-Qur’an bahwa Islam adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia;

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah swt.… (Surah Ali-Imran ayat 110)”.

Sebelum lebih jauh membahas tentang peradaban, perlu kita ketahui definisi dari peradaban itu sendiri. Dalam dunia intelektual, sering ditemukan istilah-istilah untuk menjelaskan makna peradaban, di antaranya tamaddun, hadarah, tsaqafah dan ‘umran. Tamaddun dapat mengandung makna peradaban, hukum, kuasa, tunduk, mengatur, perhitungan (hukum dan politik), hadarah berarti hadir, tinggal, tetap, peradaban juga kebudayaan, tsaqafah berarti aktivitas atau perbuatan yang berkaitan dengan keterampilan, dan sering dikaitkan dengan masalah keilmuan, ‘umran sendiri artinya sekelompok orang-orang terorganisir untuk memperbaiki kehidupan, ini dimaknai sebagai sebuah keinginan untuk dapat berdiri sendiri. Dari perbedaan bahasa ini menjadi perbedaan perspektif, ada yang mendefinisikan peradaban hanya pada arsitektur bangunan-bangunan megahnya, ada yang menekankan pada keilmuan rasional-empiris, dan ada yang menekankan pada agama dan keilmuan saja. Namun jika kita telusuri lebih dalam, peradaban Islam itu sejatinya merupakan gabungan antara ibadah kepada Allah swt. dan bersosialisasi dengan masyarakat dalam ranah aturan-aturan syariat Islam. Dari sinilah terintegrasi trilogi iman, ilmu dan amal, tidak hanya memiliki ilmu yang luas namun juga menghasilkan amal-amal yang bermanfaat bagi manusia, lengkapnya aspek-aspek tersebutlah yang menjadikan agama Islam sempurna dan melahirkan peradaban yang luar biasa. Dapat disimpulkan bahwa terminologi yang tepat untuk menggambarkan peradaban Islam yang eksklusif ini adalah hadarah. Hadarah sering dipakai untuk menyebut kebudayaan yang mempunyai sistem teknologi yang maju, seni bangunan, seni arsitektur yang indah, sistem kenegaraan, pemerintahan  dan pengetahuan yang maju. Pendapat lain menggunakan tamaddun karena mereka beranggapan bahwa istilah hadarah tidak mengandung ajaran atau agama.

Periode abad pertengahan sering disebut sebagai “Zaman Kegelapan Eropa” di mana periode sejarah itu merupakan masa kemunduran berbagai aspek kehidupan yang terjadi di kawasan Eropa Barat, kecuali di Andalusia yang saat itu sudah mengenal peradaban di bawah kekuasaan Dinasti Umayyah. Zaman Kegelapan ini terjadi setelah Eropa mengalami stagnasi di berbagai faktor, terutama dalam kepemimpinan dan pendidikan sehingga perkembangan peradaban dan pengetahuan saat itu seakan-akan mati, hal ini diakibatkan kuatnya pengaruh gereja dalam kehidupan masyarakat waktu itu. 

Masa ini juga disebut sebagai periode kekuasaan agama, di mana segala aspek kehidupan masyarakatnya diatur dengan aturan-aturan gereja, bukan atas undang-undang istana, karena adanya stagnasi dalam pemerintahan yang membuat istana juga memberikan dukungan penuh kepada gereja untuk mengatur kehidupan masyarakatnya, mereka yang menduduki gereja berkehidupan makmur sedangkan masyarakatnya hidup dalam kemiskinan.

Segala hal yang tidak berhubungan dengan undang-undang yang telah ditetapkan gereja, dianggap sebagai tindakan melawan hukum dan tidak ada yang berani melawan. Akibatnya, tak banyak lahir tokoh-tokoh berpengaruh terutama untuk mengembangkan ilmu pengetahuan karena terbatas pada ilmu dan teori-teori lama yang dipakai gereja. Hal ini menjadi penghambat berkembangnya ilmu pengetahuan, mereka tidak memiliki kemampuan dan tujuan yang jelas untuk membangun kembali peradaban mereka. Hal ini menjadi kecacatan dalam peradaban Eropa. Di sisi lain, Islam pada waktu itu telah memiliki peradaban di bawah kepemimpinan Dinasti Umayyah dan Abbasiyah.

Dapat kita lihat bagaimana negara Islam dengan prestasi-prestasi gemilang yang diraihnya:

Pertama, pada masa Abdurrahman III dari bani Umayyah, Cordoba merupakan ibu kota Andalusia yang muslim, terdiri dari berbagai suku diantaranya Arab, Barbar, Spanyol dan Yahudi. Dengan kehidupan masyarakatnya yang terpelajar, disediakan sekolah dan universitas secara gratis, rumah sakit banyak dibangun, dan masjid yang hingga kini atsarnya menjadi bukti bagaimana peradaban dan kebudayaan yang berhasil dibangun umat muslim Andalusia waktu itu.

Tidak selesai sampai di sana, Cordoba memiliki Istana Madinah Az-Zahra, gambaran keindahan dan kemegahan Az-Zahra sebagaimana yang dikatakan seorang sejarawan Turki, Dhiya Pasya, mengatakan bahwa istana itu merupakan keajaiban zaman yang belum pernah terlintas imajinasinya dalam benak para arsitek. Tidak tergambar sebuah sketsa pun seperti  sketsanya dalam akal para insinyur sejak diciptakannya akal manusia.

Sisa-sisa istana ini ditemukan 90 tahun silam, dan hanya 10 persen yang dapat ditemukan seperti halnya kebun, taman, ruangan-ruangan yang dapat dijadikan rujukan untuk menggambarkan kemewahan pada zamannya, kebesaran dari seorang Abdurrahman III yang menjadi arsitek bangunan ini antara tahun 936-940 M, ia menunjuk diri sebagai khalifah di dunia Islam kawasan Barat Mesir pada tahun 929 M, memutuskan untuk merdeka dari Khalifah Umayyah, dan pembangunan istana ini untuk menunjukan kekuasaannya kepada Dinasti Abbasiyah.

Kedua. Granada, merupakan kota yang terletak di Spanyol bagian selatan, merupakan ibu kota provinsi Granada yang berada dalam kawasan otonomi Andalusia. Kota ini tersohor dengan keagungan bangunan dalam istana al-Hamra yang merupakan lambang keajaiban yang mencengangkan orang-orang yang melihatnya dan selalu menjadi pusat perhatian para wisatawan mancanegara. Victor Hugo penyair Perancis mengatakan dalam syairnya:

“Wahai al-Hamra! Istana yang dihias malaikat bagai kehendak khayalan, dijadikannya lambang keserasian! Benteng yang memiliki kemuliaan, dihias dengan ukiran dan lukisan, laksana bunga dan ranting yang rindang menggelantung! Saat sinar rembulan yang memantul pada dinding-dindingmu, dari sela-sela bangunan Arab-mu, terdengar bagimu di malam hari suara yang menyihir akal pikiran”.

Ketiga, Sevilla, jika berbicara mengenai Sevilla tentu akan memakan waktu lama membicarakannya. Secara umum, kota-kota di Spanyol terbilang sangat ramai. Setiap kota terkenal dengan berbagai macam industrinya. Sevilla terkenal dengan pabrik-pabrik baju besi, topi baja, dan alat perlengkapan baja lainnya yang belum dimiliki bangsa lain.

Masih banyak kota-kota Islam yang memiliki peradaban pada waktu itu serta melahirkan banyak ilmuwan-ilmuwan muslim yang tapak jejaknya masih dapat kita baca, yang tentunya hasil dari peradaban tersebut memiliki pengaruh besar sampai saat ini. Dari sini kemudian timbul pertanyaan faktor-faktor apa sajakah yang membuat peradaban Islam begitu berjaya pada masanya, karenanya kita akan membahas beberapa faktor penyebab lahir dan berkembangnya peradaban Islam. Secara umum faktor penyebab berkembangnya peradaban Islam hingga masa kejayaannya ada dua yaitu faktor internal dan eksternal:

  1. Faktor Internal 

    Sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya, faktor yang membangun peradaban Islam adalah ajaran Islam itu sendiri, al-Qur’an selain untuk mengatur kehidupan individu ataupun sosial, ia juga merupakan sumber ilmu pengetahuan, menganjurkan supaya terus belajar dan mengamalkan ilmu, dalam QS. al-Mujaddalah ayat 11 disebutkan:

    “Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: ‘Berlapang-lapanglah dalam majlis’, maka lapangkanlah niscaya Allah swt. akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan ‘Berdirilah kamu’ maka berdirilah, niscaya Allah swt. akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu, dan orang-orang yang diberi pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

  2. Faktor Eksternal

Faktor eksternal  adalah faktor yang selain ajaran Islam, yaitu:

  • Terjadinya Asimilasi antara Bangsa Arab dan Bangsa Lain

Adanya asimilasi dengan bangsa lain membuat perkembangan ilmu pengetahuan cukup terbantu, seperti asimilasi dengan Persia yang berpengaruh dalam sistem pemerintahan, perkembangan ilmu, filsafat dan kesastraan. Begitu juga dengan India yang memberikan pengaruh dalam bidang kedokteran, astronomi dan matematika. Sedangkan Yunani melalui terjemahan-terjemahan banyak ilmu terutama dalam filsafat.

  • Penerjemahan Ilmu Pengetahuan ke dalam bahasa Arab

Usaha penerjemahan ini timbul karena adanya keinginan untuk terus menggali ilmu pengetahuan baik berupa filsafat Syam ataupun Persia ke dalam bahasa Arab. Penerjemahan ini terjadi dalam tiga fase, yang pertama ketika Khalifah Al-Mansur memerintahkan penerjemahan banyak buku terutama dalam bidang astronomi dan ilmu mantiq. Kemudian pada khalifah Al-Makmun mengirim orang-orang terpelajar ke penjuru pusat ilmu dunia untuk mencari buku atau kitab-kitab penting untuk diterjemahkan, yang banyak diterjemahkan pada masa ini adalah bidang filsafat dan kedokteran. Fase terakhir adalah berkembangnya penerjemahan setelah adanya pembuatan kertas.

  • Berkembangnya Kebudayaan Islam secara Mandiri

Hal ini ditandai dengan banyak tersebarnya lembaga-lembaga pendidikan yang menjadi pusat perkembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan Islam. Pendidikan seperti ini terus berkembang pesat, dengan adanya kombinasi ilmu agama dengan ilmu luar seperti Yunani, Persia, India dan lainnya. Tak cukup dengan ilmu dari luar tapi lebih jauh mengembangkan ilmu agama sehingga menjadi lebih dominan.

  • Termotivasi oleh Cara Berpikir Filsuf Yunani

Cara berpikir Yunani yang sudah maju menjadi motivasi bagi para ilmuwan muslim untuk berkontribusi lebih banyak dalam hal keilmuan Islam dari karya-karya mereka. Lahirlah banyak ilmuwan dan cendekiawan seperti al-Farabi, al-Razi, al-Khawarizmi, Ibnu Rusyd dan lain-lain.

  • Adanya Keinginan untuk Berkembang

Peradaban yang subur itu ketika pemerintah atau khalifahnya memiliki perhatian yang besar terhadap kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan. Hal ini terbukti dari sejarah kekhalifahan Abbasiyah yang sudah tidak melakukan ekspansi namun bergerak untuk mengembangkan sumber daya manusia terutama dalam hal keilmuan, ini tentu dapat terealisasi berkat kecintaan dan minat masyarakatnya untuk terus belajar.

Demikian gambaran dan uraian singkat perbandingan peradaban Islam di abad pertengahan, dengan masa kejayaan Islam yang luar biasa dapat diraih dengan keinginan dan minat untuk mengembangkan ilmu, baik dari pemerintah maupun masyarakatnya juga faktor lain tentunya yang kita harapkan menjadi solusi peradaban Islam di masa mendatang.

Referensi

As-Siba’I, Mustafa. 1999. Min Rawai’ Hadaratina. Beirut-Libanon: Daar al-Waraaq li Nasyr wa Tauji’.

Nasution, Syamsuddin. 2013. Sejarah Peradaban Islam. Riau: Yayasan Pustaka Riau.

Tohir, Ajid. 2009. Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam (Melacak Akar-Akar Sejarah, Sosial, Politik, dan Budaya Umat Islam). Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Rofii, M. Sya’roni. 2015. Sepuluh Hari Keliling Eropa. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.

Muhasnah, Muhammad Husain. 2016. Pengantar Studi Sejarah Kebudayaan Islam. Terj. Muhammad Misbah. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.

Zulhimma. Sejarah Pendidikan Islam Pada Masa Kegemilangan Islam. Vol 1, No 2, Oktober 2014

Zaman Kegelapan Eropa yang Serba Membingungkan”, https://m.kumparan.com/amp/potongan-nostalgia/zaman-kegelapan-eropa-yang-serba-membingungkan diakses pada 20 September 2019 pukul 11:21 WIB

Oleh : Muhammad Iqbal, Semester III

Leave a Reply