Rasulullah saw dan Umatnya

Rasulullah saw dan Umatnya

Ma’had Aly – Setiap nabi yang diberi tugas untuk menuntun umat manusia, pasti akan mendapatkan cobaan yang begitu besar dari umatnya, begitu pula nabi kita Muhammad saw. Pada awalnya ketika Nabi Muhammad belum mendapat risalah kenabian, beliau terkenal sebagai orang yang baik budi pekertinya, jujur, dan amanah, bahkan beliau pernah menjadi kepercayaan orang-orang Quraisy dalam permasalahan “siapakah yang pantas meletakkan Hajar Aswad”. Kejadian ini terjadi lantaran banyaknya kabilah yang berselisih siapakah yang pantas menggambil Hajar Aswad dan meletakan di tempat semula. Perselisihan ini hampir melahirkan pertumpahan darah, akhirnya salah satu dari tokoh mereka mengusulkan untuk datang dan meminta pendapat kepada Nabi Muhammad agar menyelesaikan permasalahan ini. Hal ini menunjukan betapa baiknya diri Rasulullah sehingga beliau mendapat kepercayaan yang begitu besar dari orang-orang Quraisy.

Kepercayaan begitu besar yang diberikan oleh orang-orang Quraisy kepada Nabi Muhamad tiba-tiba hilang begitu saja setelah beliau terang-terang dalam menyeru untuk mengesakan Allah. Tidak hanya hilang kepercayaan saja akan tetapi beliau pun mendapat perilaku yang tidak menyenanangkan dari orang-orang Quraisy. Namun di balik itu semua, masih ada para sahabat yang masih mempercayai beliau sebagai orang yang terpercaya. Kepercayaan yang ditunjukan para sahabat ini disebabkan karena para sahabat juga melihat banyak penyimpangan yang dilakukan orang-orang Quraisy itu sendiri, sehingga mereka lebih mendengarkan perkataan Nabi Muhammad dari pada perkataan orang-orang Quraisy. Tidak berhenti di situ saja, kebencian orang-orang Quraisi kepada Nabi Muhammad juga menular kepada para shabatnya. Akhirnya, mereka orang-orang Quraisy melakukan berbagai macam siksaan kepada para sahabat nabi, agar supaya mereka tidak mengikuti Nabi Muhammad dan kembali kepada kesesatan mereka yang anut. Akan tetapi siksaan yang mereka lancarkan justru malah membuat para sahabat semakin kuat dalam menegakan agama Allah.

Dalam waktu yang cukup lama Nabi Muhammad dan para shabatnya, mengahadapi semua siksaan, hingga pada satu saat beliau dan para sahabatnya memutuskan untuk hijrah ke Yasrib tempat dimana banyak orang-orang yahudi tinggal di sana. Seteleh mengetahui bahwa Nabi Muhammad dan para sahabatnya akan hijrah ke Yasrib, mereka kaget dan khawatir Nabi Muhammad dan para shahabatnya menjadikan Yasrib sebagai markas dan pertahanan yang kokoh. Maka mereka pun segera berkumpul di sebuah tempat yang diberi nama dengan Darul Nadwah.

Pertemuan itu pun dihadiri oleh iblis yeng menyerupai seorang kakek tua dari penduduk Najd, suatu daerah dataran tinggi di Hijaz. Mereka bermusyawarah bagaimana cara untuk membunuh Nabi Muhammad. Abu Jahal mengajukan pendapat agar memilih salah satu pemuda dari setiap kabilah dari kalangan orang Quraisy untuk membunuh Nabi Muhammad. Hal ini bertujuan supaya apabila salah satu pemuda dari setiap kabilah berhasih membunuh Nabi Muhammad, maka otomatis jika Bani Abdul Manaf menuntut untuk meminta diyat atau terjadi peperangan maka Bani Abdul Manaf akan berhadapan dengan seluruh kabilah yang ikut dalam pembunuhan tersebut. Akan tetapi berkat kecerdasan dan kecerdikan Nabi Muhammad, semua rencana yang mereka buat gagal dan Nabi Muhammad berhasil menyelamatkan diri dari pembunuhan tersebut.

Setelah keberhasilan Nabi Muhammad meloloskan diri dari rencana pembunuhan orang-orang Quraisy, akhirnya beliau pergi menuju Yasrib. Di sana, beliau mendapat sambutan hangat dari orang-orang di sana, karena sebagian penduduknya sudah banyak yang masuk Islam. Mereka menyambut dan penuh suka cita. Setelah itu Rasulullah  menjadikan para sahabat pendatang dan para penduduk asli sebagai saudara. Mereka kemudian membagikan rumah-rumah mereka dan harta-harta mereka. Persaudaraan ini terjadi lebih kuat dari pada persaudaraan dari pada garis keturunan. Dengan persaudaraan ini, Rasulullah telah menciptakan sebuah kesatuan yang berdasarkan agama sebagai penganti dari persatuan yang berdasarkan kabilah.

Kesetian para sahabat pun semakin kuat kepada Rasulullah. Hal ini terlihat ketika terjadinya perang badar, perang ini terjadi pada 17 Ramadhan 2 H. Perang ini terjadi karna kegagalan Rasulalah menghadang kabilah dagang yang dipimpin oleh Abu Syufyan, sehingga yang diperoleh adalah pasukan perang dari orang-orang Quraisy sehingga pertempuran pun tak bisa dihindari. Walaupun jumlah orang-orang muslim hanya 313 dan orang-orang kafir Quraisy berjumlah 1000, namum kaum muslim berhasil memenangkan pertempuran ini. Ini menunjukan betapa setianya para sahabat kepada Rasulullah. Seharusnya, jika dipikir-pikir dengan jumlah yang begitu sedikit bisa dipastikan kaum muslim akan mengalami kekalahan, namun karena kekuatan iman dan keyakinannya terhadap Rasulullah mereka berani melawan pasukan yang begitu banyak.

Dengan kehebatan ini, banyak orang-orang yang berhasil diislamkan, sehingga jumlah orang-orang Islam semakin banyak. Dengan jumlah muslim yang semakin banyak justru menimbulkan permasalahan baru diantara mereka, dengan jumlah yang banyak ini umat muslim disusupi orang-orang munafik. Salah satu tokoh orang munafik yang terkenal adalah Abdulah bin Ubay bin Salul. Ialah orang yang meredupkan semangat orang-orang muslim.

Orang-orang munafik ini terus menghantui orang-orang muslim, dan memprovokasi mereka agar orang-orang muslim tidak mendengarkan perintah Rasulullah. Pada awalnya orang-orang munafik ini hanya sembunyi-sembunyi dalam memerangi Rasulullah atau menghasut orang Muslim. Namun, lama kelamaan orang-orang munafik ini terang-terangan menentang Rasulullah. Hal ini terlihat pada diri Dzul Khuwaishirah yang berani menuduh Rasulullah sebagai orang yang tidak adil. Hal ini terjadi karena Rasulullah memberikan harta rampasan perang kepada orang-orang kaya dan bukan kepada orang-orang miskin. Rasulullah melakukan ini bukan tanpa alasan, hal ini dilakukan Rasulullah agar orang-orang kaya yang baru masuk Islam saat itu menjadi kuat keimanannya.

Dari diri Dzul Khuwaishirah, Rasulullah mengisyaratkan bahwa nanti akan lahir dari umatnya, orang yang kaku dalam Islam dan suka menyalahkan orang yang berbeda pendapat darinya.

 

Referensi

Ahmad Al-Usairy, Sejarah Islam, terjemahan Samson Rahman, Jakarta: Akbar Media, 2016.

Muhammad Abdul Malik bin Hisyam, As-Shirah An-Nabawiyyah, Al-Maktabah Assaqofah ad-Diniyah, 2006.

Muhammad Sa’id Ramadhan al-Buthi, Fiqih Sirah An-Nabawiyyah, Libanon: Darul Fikr Ma’ashir.

Shafiyyur Rahman Al-Mubarakfury, Ar-Rahiqul Makhtum, terjemahan Kathur Suhandi, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2003.

Oleh : Wahid Husaini, Semester V

Leave a Reply