Haji Wada’ dan Menjelang Wafatnya Rasulullah saw

Haji Wada’ dan Menjelang Wafatnya Rasulullah saw

Ma’had Aly – Setelah dakwah menyampaikan risalah, dan pembangunan masyarakat baru dirasa usai, Allah swt. menghendaki Rasulullah saw. untuk menikmati hasil dari dakwah beliau. Setelah bulan Ramadlan berlalu, beliau mengumumkan bahwa beliau akan melaksakan ibadah haji. Seketika itu juga orang-orang berbondong-bondong untuk turut menunaikan ibadah haji. Ziarah kali ini berbeda dengan tahun sebelumnya, mereka hanya menyembah Allah swt. dan mereka beribadah seperti apa yang diajarkan Nabi saw.

Pada haji ini, Rasulullah saw. bersama 90.000 jamaah membaca talbiyah ketika memasuki kota suci. Saat Rasulullah melihat Baitullah, beliau langsung mengangkat kedua tangannya seraya berdoa meminta untuk menambah kemuliaan dan kewibawaan Baitullah. Rasulullah memasuki masjid dan berthawaf sebanyak 7 kali lalu mencium ka’bah dan shalat di Maqam Ibrahim. Usai itu, Rasulullah meminum air zam-zam dan dilanjutkan lari-lari kecil di antara bukit Shafa dan Marwah sebanyak tujuh kali dengan menaiki untanya. Rasulullah saw. melakukan ini dengan maksud agar mereka mengingat perjuangan Hajar, ibunda Nabi Ismail.

Saat di bukit Shafa, Rasulullah saw. memuji Allah swt., bersyukur karena telah banyak menolong orang-orang Islam dari para musuh. Tepat tanggal 8 Dzulhijjah, beliau pergi ke Mina dan bermalam di sana. Keesokannya menuju ke Arafah, sebuah lembah yang luas. Di Jabal Rahmah, manusia diingatkan akan sebuah tempat bersatunya Adam dan Hawa.

Saat di Arafah, Rasulullah saw. berkhutbah yang intinya mengenai persaudaraan dengan sesama muslim, meninggalkan riba, bertakwa kepada Allah swt. Bersama orang-orang pergi ke Muzdalifah seraya melaksanakan jama’ ta’khir shalat maghrib dan isya’. Malam itu Rasulullah saw menginap di Muzdalifah, dan keesokannya pergi ke Mina lalu melempar Jumroh Aqobah sebanyak 7 batu kecil seraya bertakbir. Lalu pergi ketempat penyembelihan dan beliau menyembelih sebanyak 63 binatang, lalu dilanjutkan Ali sampai 100 sembelihan. Dalam hal ini, puncak ibadah adalah mencukur rambut para peziarah. Dalam perjalanan ibadah ini, Rasulullah saw berada di Mekkah selama 10 hari dan segera kembali ke Madinah. Rasulullah saw. pergi ke Ka’bah lalu shalat zhuhur di Makkah dan mendatangi bani Abdul Muthalib. Pada saat hari tasyrik, Rasulullah berada di Mina untuk melaksanakan haji dan meengajarkan syariat, berdzikir, menegakkah sunnah-sunnah petunjuk berdasarkan millah (agama) Ibrahim, menumpas tanda-tanda syirik dan pengaruhnya. Pada 13 Dzulhijjah, nabi pergi ke Mina dan menginap di sana. Setelah itu beliau kembali ke Ka’bah dan melakukan tawaf wada bersama dengan para sahabat. Setelah seluruh manasik haji dilakukan, beliau memerintahkan untuk kembali ke Madinah tanpa beristirahat, agar perjuangan ini serasa murni karena Allah swt.

Usai dari haji, Rasulullah mendapat surat dari Musailamah al-Kazzab seorang yang telah mengaku Nabi Allah swt. Dalam waktu sekejap, ia memiliki banyak pengikut. Namun sangat disayangkan ia meninggal dibunuh oleh pengikutnya sendiri.

Detik-Detik Menjelang Wafatnya Rasulullah saw.

Pada awal Shafar tahun 11 H, tanda-tanda bahwa Rasulullah saw. akan meninggalkan umat Islam mulai terlihat. Saat itu Rasulullah pergi ke Uhud untuk shalat atas orang-orang yang mati syahid disana layaknya orang yang hendak berpisah. Lalu Rasulullah saw berkhutbah “Sesungguhnya aku lebih dahulu meninggalkan kalian, aku menjadi saksi atas kalian dan demi Allah, aku benar-benar akan melihat tempat kembaliku saat ini. Aku telah diberi kunci-kunci gudang dunia, dan demi Allah, aku tidak takut engkau menjadi musyrik sepeninggalku. Namun, aku takut kalian akan bersaing dalam masalah itu.” (HR. Muttafaq ‘Alaih, HR. Bukhori).

Pada hari Senin, sepulang dari Baqi, dalam perjalanan tiba-tiba beliau merasakan pusing di kepala dan panas tubuhnya naik, hingga orang-orang bisa melihat tanda suhu badan beliau yang panas lewat urat-urat nadi di kepala beliau. Beliau sakit selama 14 hari, dan tetap shalat bersama sahabat selama 11 hari masa sakitnya.

Sakit Rasulullah saw. semakin lama bertambah parah, Rasulullah memutuskan untuk pindah ke rumah Aisyah. Beliau berjalan dengan dipapah Al-Fadhl bin Abbas dan Ali bin Abi Thalib hingga tiba di rumah Aisyah. Beliau berada di sana pada pekan terakhir dari kehidupan beliau. Sementara Aisyah terus-menerus membacakan mu’awwidzat dan doa-doa yang dihafalkan dari Rasulullah saw. sambil meniup tubuh beliau dan mengusap-usap tangan beliau seraya mengharapkan barakah.

Pada hari Rabu, tepatnya lima hari sebelum Rasulullah wafat, suhu badan beliau semakin tinggi, sehingga beliau semakin demam dan menggigil. Hingga beliau meminta untuk diguyur badannya dengan air. Usai itu beliau keluar untuk mengimami dan berkhutbah.

Pada hari itu Rasulullah menyampaikan tiga wasiat.

  • Wasiat untuk mengeluarkan orang-orang Yahudi dan Nasrani serta orang-orang musyrik dari Jazirah Arab.
  • Wasiat tentang pengiriman para utusan seperti yang pernah beliau lakukan.
  • Rawi hadits ini lupa, bisa jadi yang ketiga adalah wasiat untuk berpegang teguh kepada al-Qur’an dan Sunnah, atau perintah untuk melanjutkan pengiriman pasukan Usamah, atau wasiat untuk memperhatikan untuk shalat dan hamba-hamba sahaya yang dimiliki.

Meskipun sakit Rasulullah cukup parah, beliau tetap mengimami shalat lima waktu, pada shalat maghrib beliau membaca surat Al-Mursalat. Menjelang shalat isya sakit beliau bertambah parah sampai-sampai beliau tidak sanggup pergi ke masjid.

Pada hari Sabtu atau Ahad, Nabi merasakan badannya agak ringan, beliau dipapah dua sahabatnya keluar rumah untuk melaksanakan shalat dzuhur, sementara itu Abu Bakar sedang mengimami orang-orang, saat melihat kedatangan beliau Abu Bakar beranjak mundur, namun Rasulullah saw. memberi isyarat agar tidak perlu mundur.

Beliau bersabda, “Dudukkan aku di samping Abu Bakar.” Maka keduanya mendudukkan beliau di samping Abu Bakar, lalu Abu Bakar shalat mengikuti shalat beliau dan mengeraskan takbir agar didengar orang-orang.

Pada hari Ahad. Nabi memerdekakan para pembantu laki-lakinya, menyedekahkan 7 dinar harta beliau yang masih tersisa dan memberikan senjata milik beliau kepada orang-orang muslim. Pada malam sebelumnya Aisyah meminjam minyak lampu pembantu perempuannya, sementara baju besi digadaikan kepada seorang Yahudi seharga 30 sha’ gandum.

Ketika sedang melaksanakan shalat subuh pada hari Senin, Abu Bakar menjadi imam, dan Rasulullah tak nampak di antara mereka. Beliau hanya menyibak tabir kamar Aisyah dan memandangi mereka yang sedang berbaris dalam shaf-shaf shalat, kemudian beliau tersenyum. Abu Bakar mundur karena mengira Rasulullah saw. akan keluar untuk menjadi imam shalat. Orang-orang muslim bermaksud menghentikan shalat karena merasa gembira dengan keadaan Rasulullah saw. Namun beliau memberi isyarat dengan tangan agar mereka menyelesaikan shalat, kemudian beliau masuk ke bilik dan menurunkan tabir.

Setelah itu beliau tidak mendapat waktu shalat berikutnya, waktu dhuha semakin beranjak. Nabi memanggil putrinya Fatimah, lalu beliau membisikkan sesuatu yang membuat menangis, Kemudian beliau mendoakan Fatimah, setelah itu beliau membisikkan sesuatu yang membuatnya tersenyum. Di kemudian hari kami menanyakan kejadian ini kepada Fatimah, dia menjawab, “Beliau membisiki aku bahwa beliau akan meninggal dunia, lalu akupun menangis. Kemudian beliau membisiki aku lagi, berisi kabar gembira bahwa akulah anggota keluarga yang pertama kali menyusul beliau, maka akupun tersenyum.”

Nabi juga mengabarkan kepada Fatimah bahwa dia adalah pemimpin wanita alam semesta. Kemudian beliau memanggil Hasan dan Husain lalu memeluk keduanya dan memberikan nasihat yang baik. Beliau juga memanggil para istri dan memberi nasihat dan peringatan kepada mereka.

Abdurrahman bin Abu Bakar masuk sambil memegangi siwak, saat itu Aisyah merengkuh tubuh beliau dan melirik ke arah siwak di tangan Abdurrahman, maka ia bertanya, “Apakah aku boleh mengambil siwak itu untuk beliau?” dan Rasulullah mengiyakannya.

Sesudah bersiwak beliau mengangkat tangan atau jari-jari, mengarahkan pandangan ke langit-langit rumah dan kedua bibir beliau bergerak-gerak. Aisyah masih sempat mendengar sabda beliau pada saat itu, “Bersama orang-orang yang engkau beri nikmat atas mereka dari para nabi, Shiddiqqin, syuhada, dan shalihin, Ya Allah ampunilah dosaku dan rahmatilah aku. Pertemukan aku dengan kekasih yang maha tinggi ya Allah, kekasih yang maha tinggi.” Kalimat terakhir diulang tiga kali disusul tangan beliau yang melemah . Innalillahi wa inna ilaihi rajiun beliau telah berpulang kepada kekasih yang maha tinggi. Pada hari Senin 12 Rabiul Awwal 11 H, dalam usia 63 tahun lebih 4 hari.

 

Referensi

Budi Kisworo, Ibadah Haji Ditinjau dari Berbagai Aspek”, Jurnal Hukum Islam, Vol. 2, No. 1, 77, 2017.

Haris M, dkk.. Sejarah Kehidupan Nabi Muhammad SAW: Lentera Kegelapan, Kediri: Pustaka Gerbang Utama, Cet. VIII, 2015

Muhammad Said Ramadhan, Sirah Nabawiyah: Sejarah Pergerakan Islam di Masa Rasulullah, Jakarta: Robbani Press, cet. 17, 2006.

Syafiyyurrahman Al-Mubarakfuri, Sirah NabawiyahJakarta: Pustaka Al-Kautsar, Cet. 43, 2015.

 

Oleh : Azizatul Afifah, Semester VII

Leave a Reply