Pentingnya Memiliki Sanad dalam Mengkaji Al-Qur’an

Pentingnya Memiliki Sanad dalam Mengkaji Al-Qur’an

Ma’had Aly – Dr. Zainul Milal Bizawie, penulis buku Sanad Qur’an dan Tafsir di Nusantara (Jalur, Lajur, dan Titik Temunya) mengungkapkan bahwa sanad menjadi salah satu bagian penting dalam tradisi keilmuan Islam. Dengan adanya sistem sanad, setiap ilmu yang diterima umat Islam dari satu generasi ke generasi berikutnya dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.

“Sanad bukan hanya sebatas ijazah dari seorang guru kepada murid saja, namun sanad memiliki keterkaitan batin antara seorang guru dan murid,” jelas salah satu putra pengasuh Ponpes Riyadlul Ma’la Al-Amin (RIMA) Kajen, Pati, Jawa Tengah itu saat menjadi narasumber dalam acara Bedah Buku Sanad Qur’an dan Tafsir di Nusantara (Jalur, Lajur, dan Titik Temunya) di Ma’had Aly Sa’iiduussiddiqiyah Jakarta pada Senin, 28/03/22.

Melanjutkan penjelasannya, Gus yang juga dikenal sebagai Sejarawan Santri itu mengungkapkan bahwa, sanad merupakan hal terpenting dalam menjaga tradisi keilmuan dan keislaman kita. Cara menyalurkan tradisi keilmuan ini yaitu dengan talaqqi (metode belajar yang mengharuskan guru dan murid berhadapan secara langsung), tirakat (melakukan amalan-amalan spiritual tertentu dengan kontinu), dan tabarrukan (mencari berkah melalui guru). Oleh karena itu sanad bukan hanya memiliki tanggung jawab intelektual namun spiritual.

“Selain menjaga diri kita, kita juga harus mampu menjaga muru’ah (nama baik) seorang guru. Karena merekalah yang mengikat dan menjaga kita agar tidak terjerumus kepada paham-paham baru,” imbuh tokoh yang akrab disapa Gus Milal itu.

Sebagai contohnya lanjut Gus Milal, kasus-kasus yang marak terjadi saat ini di mana seharusnya seorang penghafal Al-Qur’an mampu memberikan teladan yang baik bagi masyarakat, akan tetapi malah terlibat dalam aksi terorisme dan pelecehan seksual. Dari hal tersebut dapat diambil kesimpulan bagaimana pentingnya bagi para orang tua untuk memasukkan anak-anaknya (khususnya dalam pembelajaran Al-Qur’an), ke sekolah-sekolah yang jelas sanad keilmuannya.

”Dalam konteks ilmu-ilmu Al-Qur’an, sanad sangatlah kuat terutama dalam penurunan sanad,” ujar pendiri STIBI (Sekolah Tinggi Ilmu Budaya Islam) Syekh Jangkung Kayen, Pati, Jawa Tengah itu.

Setelah itu beliau juga menegaskan bahwa selain telah memiliki sanad qiraat Al-Qur’an yang jelas, seseorang harus mendampinginya dengan ilmu-ilmu yang lain.

“Selain menghafalkan, kita juga harus mampu memahaminya dengan tafsir kemudian mengamalkannya, ini masuk satu jalur,” papar Gus lulusan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2000 itu.

Terakhir, Gus Milal juga berpesan kepada para peserta bahwa agar jangan menghafalkan Al-Qur’an di satu titik kemudian memahami dan mengamalkannya ke dalam tafsir lain. Karena jika seorang penghafal Al-Qur’an mempelajari satu kitab tafsir yang tidak dalam satu paham atau satu jalur akan menyebabkan munculnya masalah.

Acara bedah buku yang menghadirkan narasumbernya secara langsung ini diikuti oleh peserta secara virtual dan tatap muka. Adapun untuk peserta yang hadir secara tatap muka adalah seluruh mahasantri aktif (semester II, IV, dan VI) Ma’had Aly Sa’iidusshiddiqiyah Jakarta, beberapa mahasantri delegasi dari Ma’had Aly Riyadlul Jannah Asshiddiqiyah 2 Tangerang, dan beberapa santri tahfidz Pondok Pesantren Asshiddiqiyah Jakarta.

Pewarta: Robiah

Editor: Mamluatul Hidayah

Leave a Reply