Ma’had Aly – Jauh sebelum ditemukannya media untuk mendokumentasikan suatu informasi, pengiriman informasi dari satu tempat ketempat lain sudah terjadi. Dari latar belakang inilah suatu informasi rahasia disembunyikan agar pesan atau informasi yang dikirim tidak diketahui oleh orang yang tidak berhak. Dengan berkembangnya cara pengiriman pesan, berkembang pula cara menyembunyikan pesan. Di sinilah lahir suatu ilmu baru yang disebut dengan kriptografi.
Scheneier Bruce mengatakan cryptography is the art and science of keeping message secure (kriptografi adalah sebuah ilmu dan seni untuk menjaga keamanan pesan). Dapat kita lihat mengapa definisi tersebut diambil dari kata “seni” karena tentunya pada masa dahulu kala atau pada masa awal sejarah kriptografi tentunya memiliki teknik berbeda-beda dan unik dalam menyembunyikan rahasia pesannya atau menjaga keamanan data yang akan disampaikan. Sehingga setiap cara menulis pesan rahasia, pesan tersebut memiliki estetika tersendiri.
Kriptografi sendiri sudah digunakan kurang lebih sejak 4000 tahun yang lalu. Pertama kali dikenalkan oleh orang-orang Mesir lewat hieroghlyph yaitu sebuah sistem tulisan formal yang digunakan oleh masyarakat Mesir Kuno yang terdiri dari kombinasi elemen logograf dan alfabet. Secara harfiah, sesungguhnya bentuk penulisan tersebut tidaklah wajar dikarenakan tulisan tersebut tidak dapat dipecahkan dengan mudah.
Jika dikaji lebih dalam, ilmu kriptografi sebenarnya juga sudah dipelajari manusia sejak tahun 400 SM, yaitu pada zaman Yunani Kuno. Diketahui bahwa “Penyandian Transposisi” merupakan sistem kriptografi pertama yang digunakan dan dimanfaatkan, meskipun dahulu kala masih menggunakan kertas dan pensil maupun menggunakan alat bantu sederhana lainnya.
Selain itu kriptografi juga digunakan pada masa Romawi Kuno, yaitu pada saat Julius Caesar seorang kaisar Romawi ingin mengirim pesan rahasia kepada seorang jendral di medan perang. Sedangkan satu-satunya jalan, pesan tersebut harus dikirim melalui seorang kurir. Maka kemudian ia memikirkan bagaimana cara agar pesan tersebut tidak sampai kepada siapa pun kecuali Jendral perang tersebut.
Setelah berfikir keras, Julius kemudian mengacak pesan tersebut hingga menjadi suatu pesan yang tidak dapat dipahami oleh siapapun kecuali jendralnya saja. Sebenarnya yang dilakukan oleh Julius adalah mengganti susunan alfabet. Pada masa Romawi ini juga telah ada alat pembuat pesan rahasia yang disebut dengan scytale yang digunakan oleh tentara Sparta. Scytale merupakan suatu alat yang memiliki pita panjang dari daun papirus dan ditambah dengan sebatang silinder.
Tentunya hal ini juga terus berkembang hingga pada masa kejayaan Islam. Kriptografi dalam Arab Islam tentu terbagi dalam beberapa metode penulisan yaitu dalam bahasa Tauriyah atau Paronomasia (suatu kalimat yang makna harfiyah dan lahiriyahnya tidak sama dengan maksud yang sebenarnya.
Dahulu para sastrawan di Daulah Islam saling berlomba membuktikan diri sebagai sastrawan handal yang sangat menguasai seluk beluk dan segala macam bentuk gaya bahasa. Hal itu dilakukan salah satunya dengan cara menghiasi karya-karya mereka dengan bahasa Tauriyah atau Paronomasi. Hasilnya muncul sebuah karya sastra yang dikenal dengan Adab Al-Malahin. Sastrawan yang menonjol dalam bidang ini yaitu Ibnu Duraid (w. 933 M) dan Ibnu Faris (w.395 H)
Salah satu contoh bahasa Tauriyah yaitu tulisan oleh Abu Al-‘A’la al-Ma’arri (w. 1057 M) “Ilmu menunjukan bahwa Al-Hasan tidak pernah melihat Al-Husain.” Kata Al-Hasan maupun Al-Husain tersebut bukanlah nama orang tetapi nama kedua bukit yang ada di negeri Dhabbah. Dari kalimat tersebut tampak dengan jelas bahwa makna secara harfiah dan lahiriahnya tidak sama dengan makna yang dimaksudkan.
Selain menggunakan bahasa Tauriyah pada masa Islam dalam rangka merahasiakan informasi juga menggunakan bahasa syair atau puisi. Tentunya untuk melakukan hal ini membutuhkan seorang penyair yang paham betul dengan seluk beluk syair dan ilmu-ilmu bahasa Arab.
Dalam rangka menyembunyikan informasi, adapula yang menggunakan cara kode rahasia melalui harakat kalimat. Teknik menyembunyikan dan merahasiakan informasi yang satu ini adalah dengan cara membubuhkan suatu harakat di atas sebuah huruf dalam bentuk tertentu. Jika dilihat secara sekilas, tulisan tersebut tentu tidak nampak aneh, namun jika diamati dengan teliti maka akan menemukan berbagai keganjilan dalam tulisan tersebut dan tentunya akan menimbulkan tanda tanya. Orang yang menggeluti teknik ini tentunya bukan orang yang hanya memahami seluk beluk bahasa Arab saja dan berwawasan luas, tetapi juga harus hafal al-Quran.
Dalam metode ini terkenal kisah seorang panglima perang pada masa Daulah Abbasiyah bernama Abu Muslim Al-Khurasani. Nama yang tentunya sudah tidak asing lagi didengar karena ia merupakan seorang yang ikut andil dalam penaklukan Daulah Umayyah. Pada saat itu panglima mengirim suatu surat panggilan kepada seorang gubernur dengan maksud ingin membunuhnya, tetapi setelah sampai ia melarikan diri karena diberi isyarat oleh sahabatnya lewat ayat al-Quran.
Selain dengan mengganti harakat kalimat, ada juga yang menggunakan metode mengganti huruf dan bilangannya. Dapat dikatakan bahwa umat Islam mahir dalam bidang kode atau sandi rahasia dengan menggunakan teknik mengganti huruf dengan bilangannya. Hal itu tentunya didukung dengan fleksibilitas huruf-huruf Arab untuk diaplikasikan dalam pembuatan kode tersebut. Huruf-huruf Arab bisa dijadikan sebagai lambang untuk angka-angka matematis secara lengkap.
Hal itu karena huruf-huruf Arab bisa dikelompokkan menjadi empat kelompok dan masing-masing kelompok dapat dijadikan suatu lambang untuk angka matematis. Orang Arab banyak menggunakan huruf untuk mengungkapkan tema-tema yang diinginkan. Misalnya saja, mereka sering kali menggunakan huruf Arab untuk mencatat tanggal kejadian penting dan terkenal. Contoh dari peristiwa ini yaitu, dahulu ada seorang cerdik yang ditanya tentang tanggal kematian Sultan Barquq, lalu dia menjawab, “Fi Al-Misymisy”, dari sudut pandang hitungan kalimat maka itu menunjukan bahwa sultan tersebut wafat pada 801 H.
Kriptografi pada masa dahulu tentu saja berbeda dengan kriptografi modern, seringkali saat ini kriptografi semata-mata hanya dianggap sebagai metode enkripsi yaitu sebuah metode mengubah data dengan cara tidak biasa. Tentu saja perkembangan zaman telah merubah metode-metode dahulu. Contohnya saat ini dasar-dasar untuk menggunakan teknik-teknik kriptografi disediakan oleh Java Cryptoghrapy Antitecture yaitu sebuah aplikasi kriptografi modern.
Referensi
Abdul Syukur Al-Azizi, Sejarah terlengkap Peradaban Islam, Yogyakarta: Noktah, 2017.
Ahmad Al-Usairy, Sejarah Islam, terjemahan Samson Rahman, Jakarta: Akbar Media Eka Sarana. 2003.
Deny Ariyus, Pengantar Ilmu Kriptografi Teori Analisis Dan Implementasi, Yogyakarta: CV Andi Offset. 2008.
Khoirun Nisa, dkk., “Rancang Bangun Aplikasi Kriptografi dengan Metode Enkripsi File Mengunakan Gabungan Algoritma Des dan Caesar Chiper untuk Keamanan Dokumen”. Majapahit Techno, Vol. 6, No. 2, 2017.
R.H. Sianipar, Java Untuk Kriptografi, Yogyakarta: CV Andi Offset. 2008.
Salamah Muhammad Al-Harafi. Buku Pintar Sejarah dan Peradaban Islam, Terj. Masturi Irham dan Malik Supar, Jakarta: Pustaka Al-Kaustar, 2016.
Oleh : Aulal Musyafiul Aliya Dewi, Semester V