Ma’had Aly – Pada acara MASTAMA hari kedua, Senin, 9 Agustus 2021, Ustadz Sufyan Syafi’i, M.Hum, Mudir III di Mahad Aly Sa’iidusshiqiyah Jakarta, menyampaikan materi kemahasantrian.
Sebelumnya ada pemutaran video tentang perkenalan profil Mahad Aly yang ada di Indonesia.
Beliau mengimbau kepada para mahasantri semuanya dan yang terkhusus terhadap mahasantri baru, poin daripada acara MASTAMA ini adalah, kita harus sadar bahwa Allah menempatkan kita dalam satu keadaan, satu tempat, satu posisi, dan satu kondisi pasti memiliki rahasia. Rahasia di mana kita ditempatkan Allah secara struktural.
“Dari sekian perguruan tinggi swasta maupun negeri yang ada, Allah lebih menggerakkan hati kalian untuk (melanjutkan studi) ke sini, bahkan memberikan kemudahan untuk bisa pergi ke sini itu adalah rahasia Allah. Dan jawabannya apa? Yaitu bisa kalian pahami bahwa kalian bisa berproses belajar di sini,” kata Ustadz Sufyan.
Beliau menggaris bawahi secara besar bahwa Mahad Aly Sa’iidusshiddiqiyah memiliki 4 poin yang menjadi flore dari majunya Mahad Aly ini. Empat poin itu adalah: akhlak, ikhlas, taklim dan gigih.
Jika kita lihat dari sejarahnya, pendiri pondok Asshiddiqiyah ini, yakni DR. K.. Noer Muhammad Iskandar. SQ memiliki empat poin penting ini. Beliau mendirikan pondok yang bisa kita lihat sendiri terletak di tengah-tengah kota, pusat kegiatan ekonomi di Jakarta Barat. Maka, yang dapat kita ketahui dari poin pertama itu adalah akhlak. Bagaimana kita bisa memiliki spirit yang kuat untuk mempertahankan tradisi pesantren secara baik di tengah-tengah majunya sebuah kota.
Setelah kita memilki semangat berakhlak yang baik, poin kedua kita perlu memiliki semangat ikhlas yang tinggi. Semua yang memiliki keinginan di sini untuk belajar menuntut ilmu dipastikan benar-benar bahwa itu adalah faktor dari keilkhlasan. Mengikhlaskan diri untuk datang dari jauh, menghabiskan ongkos, biaya, tenaga, waktu dan lain sebagainya hanya demi untuk bisa belajar di Mahad Aly ini.
Maka setelah memilki semangat berakhlak dan semangat ikhlas, kini poin yang ketiga adalah semangat taklim atau semangat belajar. Banyak mereka yang sukses secara dunia, namun tak begitu sukses secara akhirat.
“Saya yakin kepada kalian bahwa di antara kalian ada yang pernah belajar taklimulmutaalim. Nah, semangat dalam kitab itu yang perlu kita contohkan bersama-sama,” ujar Mudir III itu.
Sedangkan poin terakhir adalah gigih. Kenapa harus gigih? Karena kita lihat saja keberadaan pondok yang kita huni ini adalah terletak di kota. Tanpa kegigihan yang kuat kita tak dapat menaklukkan kota. Kota yang memilki segala hal di dalamnya. Entah itu popularitas, fasilitas, kemajuan perekonomiaan, sampai pula kemaksiatan ada di dalamnya. Semakin besar kita dapat menghalau itu semakin besar pula ajang pahala yang bisa kita dapat.
“Dalam seluruh poin tersebut. Dari akhlak, ikhlas, taklim dan gigih itu, saya harap kalian bisa memegang teguh semuanya itu dengan sungguh-sungguh dalam proses belajar di sini. Karena nanti kalian akan bertemu dengan berbagai kegiatan dan kebutuhan,” pungkas pria alumnus UIN Jakarta itu.
Kontributor : Achmad Dhani, Semester III