ArtikelSejarah

Masjid Kobe: Saksi Sejarah Tumbuhnya Islam di Jepang

MAHADALYJAKARTA.COMJepang dikenal sebagai negara maju dengan teknologi canggih. lebih dari itu, masyarakatnya juga menjunjung tinggi nilai-nilai positif seperti disiplin, etos kerja, dan rasa hormat terhadap sesama, yang ternyata selaras dengan ajaran Islam. Islam adalah agama yang sama sekali asing bagi orang Jepang. Sangat minim penduduk Jepang yang beragama Islam disana. Bahkan sangat sedikit orang jepang yang mengetahui hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha.

Berbeda dengan agama Kristen yang dimana hari Natal telah dikenal dan mengakar kuat sebagai perayaan tahunan. Saat memasuki bulan Ramadhan, dimana seluruh umat muslim diwajibkan berpuasa satu bulan penuh, tidaklah pernah menjadi pemberitaan di Jepang. Justru pandangan orang Jepang terhadap agama Islam tidak bagus. Banyak orang Jepang mengaitkannya dengan terorisme dan tindakan kekerasan, konflik, dan peperangan. Namun, disamping merupakan negara yang minoritas dengan pemeluk agama Islam, kini di Jepang terdapat kurang lebih 113 Masjid. Masjid yang bukan hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, tetapi juga berfungsi sebagai pusat komunitas Muslim dan pusat kegiatan sosial budaya. 

Salah satu masjid pertama dan tertua di Jepang yaitu Masjid Kobe yang didirikan pada tahun 1935 M. Dari segi arsitektur, gaya yang dipakai adalah dari India. Adapun di bagian interiornya, pengaruh Turkilah yang sangat terasa. Bangunan masjid ini terdiri atas tiga lantai. Masjid ini dilengkapi pula dengan kubah dan menara. Inisiatif pembangunan masjid ini dipicu oleh komunitas Muslim, terutama para pedagang India, Turki, dan Tatar yang tinggal di Kobe. Walaupun terletak jauh dari jantung dunia Islam, Kobe memiliki salah satu warisan budaya Islam yang menjadi penanda jejak sejarah kehadiran Islam di kota itu.

Sejarah pembangunan Masjid Kobe berkaitan erat dengan sejarah kehadiran Islam di Jepang. Kehadiran kaum Muslim di Jepang bisa dilacak hingga ke hubungan yang terbangun antara Jepang dengan Turki Usmani pada akhir abad 19. Sejarahnya dibuka dengan usaha saling pendekatan antara Kesultanan Utsmani dengan Jepang, yang ditandai dengan pengiriman kapal perang Angkatan Laut Utsmani, Ertugrul, ke Jepang. Usaha ini merupakan salah satu bentuk pembukaan hubungan persahabatan yang diwarnai oleh sebuah tragedi. 

Baca juga| Keajaiban di Tepi Atlantik: Mengungkap Kemegahan Masjid Hassan II

Langkah diplomatik ini terjadi pada tahun 1889, dan kapal itu berhasil melaksanakan misi utamanya di Jepang. Akan tetapi, kapal ini mengalami permasalahan saat akan kembali ke Turki. Kapal ini mengalami kerusakan parah dan akhirnya tenggelam akibat sebuah badai di perairan Jepang, tepatnya di sekitar Prefektur Wakayama. Akibatnya, ratusan pelaut Turki meninggal dunia. Sisanya diselamatkan oleh kapal Jepang dan akhirnya segera dikembalikan ke Turki. Kapal itu, dan sebagian besar yang lainnya, memang tidak bisa kembali ke Turki, namun peristiwa tenggelamnya kapal Ertugrul menjadi titik penting dalam menguatnya hubungan Jepang dengan Usmani, dan juga dengan dunia Islam secara umum.

Setelah peristiwa menyedihkan yang menimpa Ertugrul, Islam datang dalam bentuk lain ke Jepang. Antara tahun 1917-1923, jauh di utara Jepang, tepatnya di Rusia, terjadi sebuah revolusi yang dikenal sebagai Revolusi Rusia. Peristiwa ini mengakhiri kekuasaan kaum bangsawan di Rusia dan munculnya kaum Bolshevik yang berhaluan Marxis. Perang saudara yang terjadi kala itu mengakibatkan banyak orang Rusia menjadi korban. Salah satu yang menjadi korban revolusi adalah kaum Muslim di Jepang yang berasal dari kawasan Tatar, di Rusia barat.

Baca juga| Sejarah Masjid Al-Azhar: Arsitektur, Pendidikan, dan Warisan Keilmuan

Wilayah Tatar dikuasai pasukan Bolshevik, yang kehadirannya ditolak oleh penduduk setempat. Berbagai macam tekanan akibat perang memaksa kaum muslim Tatar untuk bertahan hidup, termasuk dengan mencari perlindungan ke luar Rusia. Jepang merupakan salah satu tempat pengungsian kaum muslim Tatar. Jumlah mereka cukup banyak sehingga pada era 1930an, kaum muslim Tatar menempati posisi sebagai etnis muslim terbesar di Jepang. 

Pemerintahan di era Meiji di Jepang (berlangsung antara 1868-1912) memperbolehkan kebebasan dalam beragama dan hal ini membantu kaum Muslim yang berasal dari luar Jepang untuk datang dan menyebarkan agama Islam di sana. Bagi kaum Muslim dari luar Jepang, negara Jepang dianggap sebagai salah satu negara termaju dan paling industrialis di Asia Timur, hal inilah yang mendorong munculnya migrasi ke Jepang. Kaum Muslim non-Jepang yang bermigrasi ke Jepang antara lain berasal dari dunia Arab, Persia, Afghanistan dan Tatar.

Komunitas-komunitas Islam yang baru muncul di Jepang membutuhkan masjid sebagai tempat ibadah dan pusat kegiatan sosial-keagamaan. Untuk itu, Jepang sebagai negara yang memiliki nilai saling menghormati dan sikap peduli yang tinggi, serta sikap toleransi beragama yang sangat kuat, dibangunlah masjid sebagai tempat ibadah umat muslim yang sangat minoritas disana. Di Kobe, usaha untuk mendirikan sebuah masjid bagi umat Islam dimulai sejak tahun 1928. 

Dengan demikian, masjid ini bisa dikatakan sebagai masjid tertua di Jepang. Kobe pada paruh kedua dekade 1920an itu dihuni oleh komunitas Muslim asal India, Turki dan Tatar. Mereka pada umumnya berprofesi sebagai pedagang, dan masuk ke Kobe mengingat posisi kota itu sebagai salah satu kota pelabuhan yang terbuka menerima orang asing. Lewat sebuah proses yang panjang, umat Islam Kobe meminta izin pembangunan masjid kepada pemerintah Jepang dan mengumpulkan sumbangan dari berbagai pihak. Arsitek masjid ini, Jan Josef Švagr, adalah seorang perancang bangunan yang berasal dari Ceko. 

Baca juga| Pesona Spiritual dan Arsitektur Masjid Baitusshobur yang Terkenal Hingga Italia

Pembangunan Masjid Kobe harus melewati waktu selama bertahun-tahun. Usaha untuk mewujudkan pendirian masjid tersebut, didirikanlah Komite Masjid Islam yang terdiri atas umat Islam Kobe yang umumnya merupakan kalangan imigran. Kaum Muslim membutuhkan waktu selama enam tahun untuk mengumpulkan dana yang dibutuhkan untuk pembangunan masjid tersebut. Total dana pembangunannya mencapai 60.000 Yen, dan berasal dari berbagai donatur yang menyumbang angka yang bervariasi. 

Masjid Kobe tidak hanya menempati posisi spesial bagi sejarah kehadiran Islam di Jepang, tapi juga mempunyai tempat khusus bagi masyarakat Jepang. Bagi masyarakat Jepang, Masjid Kobe diberi julukan sebagai masjid yang memiliki  ‘keajaiban’. Hal ini berkaitan dengan kemampuan masjid ini yang bertahan dari berbagai bencana dan konflik yang terjadi di Kobe di abad ke-20, termasuk banjir besar di Kobe pada tahun 1938, Perang Dunia Kedua pada 1945 dan gempa bumi pada tahun 1995. Sementara Kota Kobe mengalami kerusakan parah karena berbagai bencana alam, sedangkan struktur Masjid Kobe secara umum tetap kokoh bertahan. 

Masjid Kobe menjadi saksi sejarah penting kehadiran Islam di Jepang, sebuah negara yang jarang diasosiasikan dengan agama Islam, serta menjadi bagian penting dalam perjalanan sejarah masyarakat Jepang baik dalam hal toleransi beragama, seni arsitektur bangunan keagamaan, maupun sejarah kebencanaan dan perang serta pemulihan pasca tragedi di Jepang. Dan, dengan sejarah panjang dan kiprahnya yang mengesankan bagi Kobe, tidak salah kiranya bila Utaka menyebut bahwa Masjid Kobe merupakan “an important Kobe’s urban cultural legacy.

Referensi:

Kato, Hisanori. 2014. Islam di Mata Orang Jepang. Jakarta: Kompas

Kholili, Ilham. 2023. Sejarah Peradaban Islam di Jepang. Jakarta: Elex Media Komputindo.

Rasyid, Azhar. 2024. “Masjid Kobe dan Fajar Islam di Jepang”.  Artikel Suara Muhammadiyah, diakses pada 31 Oktober pukul 10.35 WIB. https://www.suaramuhammadiyah.id/read/masjid-kobe-dan-fajar-islam-di-jepang.

Wahdah, Nubailah Lady. 2025. “Mengenal Nilai-Nilai Islam dalam Kehidupan Masyarakat Jepang”. Artikel Suara Muhammadiyah. Diakses pada 31 Oktober 2025 pukul 10.37 WIB. https://www.suaramuhammadiyah.id/read/mengenal-nilai-nilai-islam-dalam-kehidupan-masyarakat-jepang

Kontributor: Siti Katibatul Malihah, Semester III

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *