Masjid Hassan II dan Estetika Islam di Tepi Atlantik
MAHADALYJAKARTA.COM—Di tepi Samudra Atlantik yang luas, berdiri sebuah mahakarya Islam yang menjadi simbol spiritual sekaligus kebanggaan nasional Maroko yaitu Masjid Hassan II yang terletak di Kota Casablanca. Masjid ini bukan hanya tempat ibadah terbesar di Afrika, tetapi juga mencerminkan keindahan arsitektur Islam Afrika Utara yang kaya akan simbol sejarah dan keberagaman budaya. Masjid ini memadukan unsur-unsur tradisional dan modern dalam bentuk yang monumental, menjadi penanda kebangkitan semangat keislaman dan kebudayaan Maroko pada akhir abad ke-20.
Sejarah dan Motivasi Pembangunan
Masjid Hassan II dibangun atas perintah Raja Hassan II dan diresmikan pada tahun 1993 M. Pembangunan masjid ini merupakan proyek nasional yang melibatkan sekitar 10.000 pengrajin Maroko serta lebih dari 30.000 pekerja selama hampir tujuh tahun. Raja Hassan II menginginkan sebuah masjid yang tidak hanya dijadikan sebagai tempat ibadah, tetapi juga menjadi mercusuar kebudayaan Islam dan bukti kemajuan Maroko di era modern. Ia pernah menyatakan bahwa “tahta Allah berada di atas air,” merujuk pada Surah Hud ayat 7 dalam Al-Qur’an, sehingga ia memerintahkan agar sebagian masjid ini dibangun di atas laut.
Arsitektur Megah Berjiwa Tradisi
Masjid Hassan II merupakan salah satu bangunan masjid terbesar di dunia, dengan kapasitas dapat menampung lebih dari 100.000 jamaah, 25.000 di dalam ruang utama dan selebihnya di pelataran masjid. Minaretnya menjulang setinggi 210 meter, menjadikannya menara masjid tertinggi di dunia. Minaret ini dilengkapi dengan laser yang mengarah ke Mekah, sebagai penunjuk kiblat yang bisa terlihat dari jarak puluhan kilometer.
Arsitek masjid ini adalah Michel Pinseau, seorang arsitek asal Prancis yang telah lama bekerja di Maroko. Ia merancang bangunan dengan mengadopsi berbagai unsur arsitektur tradisional Maroko seperti zellij (mozaik keramik geometris), muqarnas (relief stalaktit), ukiran kayu cedar, dan marmer yang dipahat dengan sangat rinci. Hampir seluruh material yang digunakan berasal dari Maroko, kecuali beberapa bagian granit dan kaca yang diimpor.
Langit-langit yang bisa dibuka secara mekanik menjadi fitur inovatif yang memungkinkan ruang dalam masjid mendapatkan cahaya dan udara alami. Ini menciptakan suasana spiritual yang khas: ruang ibadah yang terbuka langsung ke langit, seolah-olah jamaah berada di alam bebas tetapi tetap dalam kesucian bangunan masjid. Desain semacam ini mencerminkan semangat Islam Afrika Utara yang selalu menjembatani antara bumi dan langit, antara kebendaan dan ketuhanan.
Estetika Islam Afrika Utara: Simbolisme dan Keterampilan
Masjid Hassan II tidak hanya megah secara fisik, tetapi juga kaya secara simbolik. Setiap sudutnya berbicara tentang warisan panjang seni Islam di kawasan Maghrib. Estetika Islam Afrika Utara, terutama yang berkembang di Maroko, Aljazair, dan Tunisia, merupakan hasil persilangan antara pengaruh Andalusia, Berber, Arab, dan Afrika Sub-Sahara.
Salah satu bentuk estetika yang paling menonjol adalah penggunaan pola geometris dan kaligrafi. Dinding dan langit-langit masjid dipenuhi pola yang tidak hanya berfungsi sebagai ornamen, tetapi juga sebagai meditasi visual yang menggambarkan keteraturan kosmos dan kebesaran Tuhan. Seni Islam memandang bahwa representasi makhluk hidup dalam ruang sakral sebaiknya dihindari, sebagai gantinya, keindahan diwujudkan dalam bentuk abstrak yang memikat mata dan jiwa.
Zellij (seni mozaik keramik tradisional khas Maroko dan wilayah Maghrib atau Afrika Utara) menjadi fitur utama dalam interior masjid. Potongan-potongan kecil keramik dipasang dengan presisi tinggi untuk membentuk pola bintang, bunga, dan garis-garis geometris yang memukau. Proses pembuatan zellij sangat kompleks dan membutuhkan keterampilan tinggi yang diwariskan secara turun-temurun. Di sinilah seni menjadi wujud dari ibadah, sebagai proses kreatif yang penuh ketekunan dan niat tulus kepada Allah yang Maha Indah.
Kedekatan masjid dengan laut bukan hanya keputusan arsitektural, tetapi juga spiritual. Dalam banyak kosmologi Islam tradisional, air adalah lambang kehidupan, kesucian, dan rahmat Tuhan. Wudhu dilakukan dengan air sebagai bentuk penyucian diri sebelum menghadap Sang Khalik. Maka ketika masjid ini dibangun di atas air, ia menjadi lambang penyatuan antara unsur alami dan ibadah.
Modernitas dan Identitas Islam
Masjid Hassan II juga menjadi simbol bagaimana dunia Islam, khususnya Afrika Utara, merespon modernitas. Pembangunan masjid ini menggunakan teknologi tinggi, termasuk sistem pemanas lantai, struktur tahan gempa, dan pintu otomatis. Di sisi lain, ia tetap mempertahankan prinsip-prinsip seni dan arsitektur Islam yang bersumber dari nilai-nilai tradisional.
Konsep modernitas di sini bukan berarti meninggalkan tradisi yang lama, tetapi meramu yang lama dan yang baru dalam satu harmoni. Masjid Hassan II menunjukkan bahwa Islam tidak anti terhadap kemajuan teknologi, asalkan nilai-nilai spiritual dan estetika tetap dijaga. Masjid ini menjadi contoh konkret bagaimana umat Islam dapat membangun simbol kebanggaan yang sejajar dengan pembangunan global tanpa kehilangan akar tradisinya.
Peran Sosial dan Budaya
Lebih dari sekadar tempat ibadah, Masjid Hassan II juga memiliki fungsi sosial dan budaya. Kompleks masjid mencakup perpustakaan, madrasah, museum, bahkan pusat kebudayaan. Hal ini mencerminkan fungsi masjid dalam sejarah Islam sebagai pusat peradaban, bukan hanya tempat salat.
Dengan fasilitas-fasilitas tersebut, masjid ini menjadi pusat pembelajaran dan interaksi masyarakat. Ini menghidupkan kembali fungsi historis masjid sebagai tempat bertemunya ilmu, seni, dan spiritualitas. Dalam konteks masyarakat modern, hal ini sangat penting untuk menjaga relevansi masjid di tengah dinamika sosial yang terus berubah.
Pengaruh Global dan Daya Tarik Wisata
Masjid Hassan II kini menjadi salah satu destinasi wisata utama di Maroko. Ribuan wisatawan dari berbagai belahan dunia datang untuk mengagumi keindahan dan kemegahannya. Ini membawa dampak ekonomi yang positif bagi masyarakat sekitar serta memperkenalkan kekayaan estetika Islam Afrika ke panggung dunia.
Dalam hal ini, masjid berperan sebagai duta budaya. Ia memperlihatkan wajah Islam yang damai, indah, dan berakar kuat pada nilai-nilai kemanusiaan. Pengunjung non-Muslim pun diizinkan untuk masuk ke dalam masjid dengan dibantu oleh jasa pemandu tur masjid, menjadikannya salah satu dari sedikit masjid besar di dunia Islam yang terbuka untuk publik internasional.
Kesimpulannya, Masjid Hassan II bukan hanya sekedar tempat ibadah, melainkan simbol kemegahan spiritual dan kebudayaan Maroko yang menjembatani masa lalu dan masa kini. Berdiri Anggun di tepi Samudra Atlantik, masjid ini mencerminkan bagaimana Islam di Afrika Utara mampu meramu keindahan tradisi dengan kecanggihan teknologi modern. Dari menara tertinggi di dunia hingga zellij yang rumit, setiap detailnya menyuarakan nilai-nilai ketuhanan, keterampilan manusia, dan semangat kolektif. Keberadaan masjid ini juga menegaskan bahwa Islam tidak hanya tentang ritual, tetapi juga tentang seni, ilmu dan harmoni sosial. Dengan fungsi sebagai pusat keagamaan, pendidikan dan budaya, Masjid Hassan II menjadi duta peradaban yang membuka diri terhadap dunia tanpa kehilangan sebuah identitas. Di tengah dunia yang kerap menyoroti sisi konflik Islam, masjid ini berdiri sebagai cahaya yang menunjukkan wajah Islam yang damai, agung dan penuh keindahan.
Referensi:
Aam Bastaman. Masjid Hassan II Casablanca. Masjid Indah di Maroko. https://gemari.id/gemari/2024/9/15/mesjid-hassan-ii-casabalanca-mesjid-indah-di-maroko diakses pada 15 Mei 2025.
Ahmada Rofi’ Usmani. Masjid Hassan II Ini Memang Indah dan Megah! Tadarus Bulan Ramadhan tentang Masjid Hassan di Casablanca, Maroko. https://baitulhikmah.or.id/masjid-hassan-ii-ini-memang-indah-dan-megah/ diakses pada 15 Mei 2025.
Ashadi. 2024. Sejarah Peradaban Kota dan Arsitektur Muslim Negeri Maghrib. Jawa Barat: CV. Mega Press Nusantara.
Azis Abdul Fakih. “Konsep Moderasi Beragama di Kerajaan Maroko”. Sophist, Vol. 2, No. 2
Courtel, Cadoret, 1992. High Performance Concrete Underpinning of the Great Hassan II Mosque. France: CRC Press.
Elleh Nnamdi. 2002. Architecture and Power in Africa. Unites States of America: Greenwood Publishing Group.
Galih Pranata. Masjid Hassan II, Bangunan di Atas Gempuran Ombak Samudra Atlantik. https://nationalgeographic.grid.id/read/133745565/masjid-hassan-ii-bangunan-di-atas-gempuran-ombak-samudra-atlantik?page=all Diakses pada 15 Mei 2025.
Mitchell. “Refort from Morocco”. Chicago Journals, Vol. 38, No. 4.
Peter Mandaville. 2023. The Geopolitics of Religious Soft Power. How States Use Religion in Foreign Policy. United States of America: Oxford University Press.
Roberson Jennifer. “The Changing Face of Morocco under King Hassan II”. Mediterranean Studies, Vol. 22.
Sutrisno, Prijadi. “Karakteristik Arsitektur Menara Masjid sebagai Simbol Islam dari Masa ke Masa”. Media Matrasain, Vol. 10 No. 2.
Tim Redekasi Top News. Masjid Hassan II: Ikon Keagungan Arsitektur Islam di Casablanca, Maroko. https://topnews62.com/posts/490721/masjid-hassan-ii-ikon-keagungan-arsitektur-islam-di-casablanca-maroko diakses pada 15 Mei 2025.
Tim Redaksi Perpustakaan UIN Jakarta. Masjid Hasan II, Casablanca: 4 Fakta Menarik dalam Cahaya Peradaban Islam. https://perpus.uinjkt.ac.id/id/masjid-hasan-ii-casablanca-4-fakta-menarik-dalam-cahaya-peradaban-islam diakses pada 15 Mei 2025.
Kontributor: Wirdatul Jannah
Editor: Rangga