Kisah Inspiratif Kak Dito: Dari Santri hingga Mengunjungi 41 Negara

Kisah Inspiratif Kak Dito: Dari Santri hingga Mengunjungi 41 Negara

MAHADALYJAKARTA.COM— Founder Santri Mengglobal, Dr. Dito Alif Pratama, M.A., memaparkan pentingnya seorang santri melanjutkan studi ke luar negeri guna meraih impian dan cita-citanya. Hal ini disampaikan dalam Seminar Mahasantri yang menjadi salah satu rangkaian kegiatan Latihan Dasar Kepemimpinan Mahasantri (LDKM) 2025 yang diselenggarakan oleh Ma’had Aly Sa’iidusshiddiqiyah Jakarta di Happy Land Cibalung, Cijeruk, Bogor, Jawa Barat, pada Kamis (16/01/25).

Kak Dito, sapaan akrabnya, membuka seminar dengan memberikan motivasi dan pernyataan positif untuk membangun pondasi keberanian santri dalam bermimpi setinggi langit.
“Kalian berhak menuliskan semua harapan kalian saat ini. Tuliskan dan tanamkan dalam diri bahwa saya pasti bisa mencapainya. Jangan pernah meremehkan kata-kata,” tegas alumnus Vrije Universiteit Amsterdam, Belanda, tersebut.

Dalam kesempatannya, dosen PTIQ itu juga menjelaskan bahwa seorang santri memiliki potensi besar untuk berkembang dan dapat menjadi apa saja. Santri dinilai sangat potensial, termasuk dalam mewujudkan mimpi melanjutkan studi ke luar negeri.
“Santri juga memiliki kelebihan yang tidak dimiliki pelajar dari latar belakang non-santri, yaitu hubungan spiritual yang kuat dengan Tuhan,” tambahnya.

Materi dilanjutkan dengan kisah perjalanan Kak Dito selama menempuh studi di Eropa serta pengalamannya mengunjungi lebih dari 41 negara, seperti Malaysia, Thailand, Jepang, Tiongkok, Belanda, Inggris, Prancis, Spanyol, Portugal, Yunani, Jerman, Arab Saudi, Mesir, Palestina, Israel, dan lainnya.
“Ketika saya di Belanda, saya sering bertemu profesor dan doktor yang religius. Bahkan, profesor saya yang nonmuslim sering mengingatkan saya untuk segera pergi ke masjid saat waktu salat Jumat tiba,” ungkapnya.

Sebagai penerima Beasiswa PBSB 2010, Kak Dito menegaskan pentingnya studi ke luar negeri, terutama bagi santri. “Saya merasa keimanan saya justru semakin kuat saat berada di Belanda, bukan di Indonesia. Meskipun muslim di sana adalah minoritas, saya tetap berusaha menjalankan kewajiban agama, seperti berpuasa saat Ramadan, di mana berbuka puasa jam 10 malam dan kembali puasa lagi pada pukul 03.30 subuh,” ujarnya.

Kak Dito juga menceritakan pengalamannya mengunjungi Israel bersama profesornya untuk keperluan penelitian.
“Saya masuk Israel dengan sangat sulit karena saya seorang muslim. Bayangkan, muslim tidak diperbolehkan masuk Israel. Namun, karena saya bersama profesor saya, saya bisa masuk ke sana hingga ke Masjidil Aqsa yang dijaga sangat ketat. Di sana, saya menangis karena profesor saya. Hal inilah yang semakin menguatkan keyakinan saya terhadap Islam dan tekad saya untuk membantu semua santri agar bisa seperti saya,” jelasnya.

Seminar dilanjutkan dengan pemberian motivasi kepada mahasantri agar berani bermimpi melanjutkan studi ke luar negeri. Salah satu materi penutup yang disampaikan Kak Dito adalah kutipan motivasi: “Be the Best Version of Yourself”, yang ditujukan agar mahasantri lebih percaya diri dalam bermimpi dan semangat menggapai cita-citanya.

Para mahasantri terlihat sangat antusias menyimak materi yang disampaikan, terbukti dari banyaknya pertanyaan yang diajukan kepada pemateri.

Seminar diakhiri dengan penyerahan cinderamata kepada pemateri oleh Muhamad Fathul Bari selaku moderator, dan ditutup dengan sesi foto bersama mahasantri putra dan putri.

Kontributor: Muhammad Fathul Bari, Semester V

Leave a Reply