WWW.MAHADALYJAKARTA.COM-
Judul : The Golden Stories of Khadijah and Fatimah
Nama Penulis : Badiatul Rozikin
Nama penerbit : Semesta Hikmah Publishing
Halaman : 368 Cetakan isi 2
Harga buku : 65.000
ISBN : 978-602-51994-9-3
Tahun Terbit : 2023
Buku The Golden Stories of Khadijah and Fatimah mengisahkan dua wanita yang memainkan peran penting dalam kehidupan Rasulullah, yaitu Khadijah binti Khuwailid dan Fatimah binti Muhammad. Buku ini membagi ceritanya dalam dua jilid: Jilid pertama mengisahkan perjalanan cinta Rasulullah dengan Khadijah, sementara Jilid kedua menceritakan kisah Ali bin Abi Thalib dan Fatimah. Hal yang menarik bagi saya adalah perbedaan mendasar antara kisah Khadijah dan Fatimah, yang seolah bertolak belakang dalam beberapa aspek. Selain itu, buku ini tidak hanya berfokus pada Khadijah dan Fatimah, tetapi juga menggambarkan tokoh-tokoh lain yang berperan penting dalam kehidupan Rasulullah, seperti Halimah as-Sa’diyah, Aminah binti Wahab, Abdul Muthalib, dan Abu Thalib.
Khadijah binti Khuwailid, istri pertama Nabi Muhammad, dikenal sebagai sosok perempuan yang teguh, cerdas, dan mulia. Tak ada wanita yang menandingi Khadijah dalam hal kebijaksanaan, kesucian, kemandirian, dan kesederhanaan. Di saat banyak orang Mekah menyembah berhala dan membunuh anak perempuan mereka, Khadijah justru menjaga kehormatan dan menunjukkan bahwa perempuan mampu menjaga martabatnya.
Khadijah juga dikenal sebagai pedagang sukses. Setelah ayahnya wafat, ia mengambil alih bisnis keluarga dan berhasil mengembangkannya. Meski demikian, ia tak pernah melupakan tanggung jawab sosialnya, selalu membantu kaum miskin, janda, anak yatim, dan orang cacat. Dalam menjalankan bisnis, Khadijah tidak perlu bepergian langsung ke Yaman atau Suriah; ia mempercayakan dagangannya kepada orang-orang yang dipercaya dengan sistem bagi hasil. Salah satu yang mendapat kepercayaan Khadijah adalah Nabi Muhammad saw.
Khadijah binti Khuwailid, wanita yang mendapat julukan al-Thahirah (wanita yang bersih dan suci), berhasil membuat Rasulullah jatuh cinta hingga akhirnya menikahinya. Keluarga ini menjadi pusat gerakan Islam di dunia, mengemban tugas berat dalam memerangi kekufuran dan kemusyrikan, serta menyebarkan panji-panji tauhid dan keadilan. Rasulullah sangat mencintai Khadijah dari lubuk hatinya yang terdalam dan sangat menghormatinya. Bahkan, beliau menghormati sahabat-sahabat Khadijah sebagai bentuk penghormatan kepadanya. Begitu pula Khadijah, ia membalas cinta dengan cinta, kesetiaan dengan kesetiaan, serta pengorbanan dengan pengorbanan. Ia beriman kepada suaminya, mendukung dakwahnya, dan mencurahkan seluruh dirinya untuk mendukung tujuan-tujuan mulianya.
Khadijah adalah seorang istri yang setia mendampingi Rasulullah dalam menghadapi segala penderitaan dalam menyebarkan risalah Islam. Kesetiaan dan pengorbanannya untuk tegaknya agama Allah tidak tanggung-tanggung. Dari seorang yang kaya raya, Khadijah rela mengorbankan hartanya demi kemaslahatan Islam dan kepentingan kaum Muslimin. Meski seluruh hartanya habis, ketakwaannya semakin kuat. Khadijah menyaksikan sendiri penderitaan Rasulullah, dan kesetiaannya tak pernah surut. Ia tidak hanya menghibur Rasulullah, tetapi juga melindunginya. Kebesaran dan jasanya diakui tidak hanya oleh Rasulullah dan kaum Muslimin, tetapi juga mendapatkan penghormatan langsung dari Allah. Dalam buku yang saya baca, terdapat sabda Rasulullah: “Demi Allah, Allah tidak menggantikan yang lebih baik darinya. Dia beriman saat orang-orang ingkar, dia membenarkanku saat orang-orang mendustakanku, dan dia membelaku dengan hartanya saat orang-orang menghalangiku.”
Fatimah, putri kesayangan Rasulullah, dikenal sebagai wanita yang shalehah, cerdas, dan ahli ibadah. Ia menguasai bahasa Arab dengan baik, mampu menyusun kata-kata singkat namun bermakna, padat, dan mendalam. Fatimah adalah pemimpin para wanita dan menjadi teladan bagi siapa saja yang mendambakan surga. Ia dilahirkan pada hari Jumat, 20 Jumadil Akhir, lima tahun sebelum kenabian. Fatimah tumbuh dan dibesarkan oleh orang tua yang memiliki keimanan dan akhlak yang luar biasa. Dibesarkan di bawah naungan wahyu, rumah Fatimah selalu dipenuhi lantunan ayat-ayat suci Al-Qur’an. Kedua orang tuanya mendidiknya dengan penuh kebijaksanaan dan cinta yang tak tertandingi.
Dalam sejarah Islam, nama Ali dan Fatimah bukanlah nama yang asing. Keduanya membangun rumah tangga selama kurang lebih 10 tahun. Fatimah menikah dengan Ali pada usia 18 tahun, sementara Ali berusia 23 tahun. Dalam kehidupan rumah tangga, Fatimah tampil sebagai istri yang setia mendampingi suaminya dalam segala situasi. Ia adalah pendidik terbaik bagi anak-anaknya, Hasan dan Husain, dan menjalani kehidupan sederhana bersama Ali. Meskipun Fatimah adalah putri tercinta Nabi Muhammad, ia hidup dalam kesederhanaan. Ia menggiling tepung sendiri hingga tangannya melepuh, mengambil air dari sumur hingga pinggangnya sakit, dan membersihkan rumahnya hingga pakaiannya berdebu dan ternoda asap dari tungku.
Suatu ketika, Fatimah meminta pembantu kepada Rasulullah karena tangan yang melepuh akibat pekerjaan rumah tangga. Namun, Rasulullah berkata, “Anak-anak yatim dari Perang Badar lebih berhak atas pemberian tersebut.” Dalam satu kesempatan, Ali membawakan kalung emas sebagai hadiah untuk Fatimah, tetapi saat Rasulullah melihatnya, beliau tidak menyukainya. Ali segera menjual kalung tersebut dan menggunakan uangnya untuk memerdekakan budak. Ali pernah berkata, “Aku tidak memiliki tempat tidur kecuali selembar kulit domba yang menjadi alas tidurku,” dan Fatimah menerima kenyataan hidup sederhana itu dengan lapang dada. Ali sangat mencintai Fatimah dan tidak menikah dengan wanita lain hingga Fatimah wafat. Mereka saling menghormati dan mencintai satu sama lain.
Ali dan Fatimah terkenal karena kezuhudan, kesucian, kebijaksanaan, kedermawanan, kemuliaan, dan keluasan ilmu mereka. Banyak hadis Rasulullah yang memuji keduanya. Salah satu sabdanya adalah, “Jika Fatimah tidak diciptakan, Ali tidak akan memiliki istri, dan jika Ali tidak diciptakan, Fatimah tidak akan memiliki pasangan.”
Penulis buku ini tidak terlalu banyak menguraikan sejarah rumah tangga Ali dan Fatimah, padahal kisah mereka sangat layak dijadikan teladan bagi siapa saja yang membacanya. Buku ini sangat cocok sebagai bacaan alternatif bagi kaum muda Muslim yang akan menikah, atau bahkan bagi yang sudah berkeluarga, untuk membantu menciptakan keluarga yang sakinah, mawaddah, dan rahmah. Namun, sayangnya terdapat beberapa pengulangan paragraf dari Jilid Khadijah yang muncul kembali di Jilid Fatimah.
Buku The Golden Stories of Khadijah and Fatimah adalah buku sejarah yang menarik dan tidak monoton. Dari tampilan sampulnya saja, buku ini terlihat seperti novel, sehingga mampu menarik minat banyak orang untuk membacanya. Beberapa bab dalam buku ini juga mampu menyentuh perasaan pembaca, baik dari kisah Khadijah maupun Fatimah.
Kontributor: Uswatun Hasanah, Semester V