Jejak Peradaban Islam di Spanyol
epa04539730 An exterior view of the Mosque of Cordoba, southern Spain, 25 December 2014. EPA/KHALED ELFIQI

Jejak Peradaban Islam di Spanyol

Ma’had Aly – Semenanjung Iberia di Eropa, yang meliputi wilayah Spanyol dan wilayah Portugal sekarang ini menjorok ke selatan ujungnya, hanya dipisahkan oleh sebuah selat sempit dengan ujung benua Afrika. Bangsa Grik Tua menyebut selat sempit itu dengan tiang-tiang Hercules dan di seberang selat sempit itu terletak benua Eropa. Selat sempit itu memisahkan lautan Tengah dengan lautan Atlantik.

Spanyol diduduki umat Islam pada zaman Khalifah al-Walid (705-715 M), salah seorang khalifah dari Bani Umayyah yang berpusat di Damaskus. Sebelum penaklukan Spanyol, umat Islam telah menguasai Afrika Utara dan menjadikannya sebagai salah satu provinsi dari Dinasti Umayyah. Penguasaan sepenuhnya atas Afrika Utara itu terjadi di zaman Khalifah Abdul Malik (685-705). Khalifah Abdul Malik mengangkat Hasan bin Nu’man al-Ghassani menjadi gubernur di daerah itu.

Pada masa Khalifah Al-Walid, Hasan bin Nu’man sudah digantikan oleh Musa bin Nushair. Di zaman Musa bin Nushair, ia memperluas wilayah kekuasaannya dengan menduduki Al-Jazair dan Maroko. Selain itu, ia juga menyempurnakan penaklukan ke daerah-daerah bekas kekuasaan bangsa Barbar di pegunungan-pegunungan, sehingga mereka menyatakan setia dan berjanji tidak akan membuat kekacauan-kekacauan seperti yang pernah mereka lakukan sebelumnya.

Sebelum dikalahkan dan kemudian dikuasi Islam, dikawasan ini terdapat kantung-kantung yang menjadi basis kekuasaan kerajaan Romawi, yaitu kerajaan Ghotik. Kerajaan ini sering mengahasut penduduk agar membuat kerusuhan dan menentang kekuasaan Isam. Akan tetapi setelah kawasan ini benar-benar dapat dikuasai, umat Islam mulai memusatkan perhatiannya untuk menaklukan Spanyol. Dengan demikian, Afrika Utara menjadi batu loncatan bagi kaum muslimin dalam penaklukkan wilayah Spanyol.

Dalam proses penaklukan Spanyol ini terdapat tiga pahlawan Islam yang paling berjasa dalam memimpin satuan pasukkan ke wilayah tersebut, mereka adalah  Tharif bin Malik, Thariq bin Ziyad dan Musa bin Nushair.

Tharif dapat disebut sebagai perintis dan penyelidik. Ia menyebrangi selat yang ada di Maroko dan benua Eropa. Dengan satu pasukan perang, 500 orang di antaranya adalah tentara berkuda, mereka manaiki empat buah kapal yang disediakan oleh Julian. Ia menang dan kembali ke Afrika Utara membawa harta rampasan yang tidak sedikit jumlahnya.

Selain Tharif bin Malik, sejarah juga mencatat kegagahan panglima Thariq bin Ziyad. Setelah seluruh pasukan sampai di kerajaan Visigoths (yang berkuasa di Spanyol pada saat itu), langsung membakar seluruh alat penyebrangan. Thariq pun mengucapkan pidato singkat yang bersejarah: “Al-Aduwwu amamakum wal bahru wara’akum fakhtar ayyuma syi’tum.” (Musuh di depan kamu, lautan di belakang kamu, silahkan pilih mana yang kamu hendaki.)

Sorak sorai pasukan yang berkekuatan 12.000 orang pada tahun 93 H/711 M, mereka memilih maju ke depan, hal ini telah meninggalkan jejak besar di dalam sejarah Islam. King Roderick (dari kerajaan Visigoths) yang saat itu memimpin pasukan sebanyak 100.000 orang.Jumlah pasukannya besar, tetapi semangat tempurnya telah dikalahkan oleh kemewahan hidup selama ini.

Pertempuran di Guadalete pada tahun 711 M, di pinggir sungai Guadalquivir, telah menjadi saksi bisu kerajaan Visigoths. King Roderick tewas di tempat itu. Sikap penduduk yang apatis,karena dihisap dan diperas dengan beban-beban pajak yang berat, dan bantuan aktif dari pihak Yahudi, yang menderita siksaan dan penindasan selama ini, menyebabkan pasukan Panglima Thariq bin Ziyad bagaikan berlari-lari layaknya ke berbagai penjuru semenanjung Iberia. Faktor lain yang sangat menentukan bagi mempercepat kemenangan itu ialah disiplin yang ketat dari pasukan Panglima Thariq bin Ziyaditu sendiri, memperlakukan penduduk dengan baik padasetiap wilayah yang dikuasai, memperliahatkan ketaataan dan kepatuhan menjalankan kebaktian-kebaktian keagamaan setiap harinya.

Dengan dikuasainya daerah ini, maka terbukalah pintu secara luas untuk memasuki Spanyol. Dalam pertempuran di suatu tempat yang bernama Bakkah, Raja Roderick dapat dikalahkan. Dari sini Thariq bin Ziyad dan pasukannya terus menaklukan kota-kota penting seperti Cordova, Granada, dan Toledo (ibu kota kerajaan Gothik ketika itu). Daerah Visighoth di Spanyol termasuk juga provinsi Narbonne (yang sekarang lebih dikenal Prancis selatan) dan ini juga diduduki Islam padatahun 715 atau sesudahnya.

Sebelum Thariq menaklukan kota Toledo, ia meminta tambahan pasukan kepada Musa bin Nushair di Afrika Utara. Kemudian Musa mengirimkan pasukan tambahan sebanyak 5000 personel, sehingga jumlah pasukan Thariq seluruhnya 12.000 orang, jumlah ini belum sebanding dengan pasukan Gothik yang jauh lebih besar, yaitu 100.000 orang.

Dikarenakan cemburu terhadap kemenangan-kemenangan yang diraih letnannya yang tidak disangka sangat luar biasa itu, Musa bin Nushair pun dengan tergesa-gesa berangkat ke Spanyol pada bulan Juni 712, sambil memimpin pasukan tentara yang berjumlah 10.000 orang, semuanya terdiri dari orang-orang Arab dan Arab Syiria. Kota sasarannya ialah Medina, Sedonia, dan Carmona, yang mana kota-kota tersebut belum tersentuh oleh pasukan Thariq bin Ziyad. Sevilla yang merupkan kotaterbesar dan pusat kecerdasan Spanyol dan pernah menjadi ibu kota pada zaman Romawi, mempertahankan diri hingga akhir Juni 713. Akan tetapi dekat kota Merida, Musa menemui perlawanan yangsengit. Namun demikian, setelah terkepung selama setahun, kota itu perlahan dapat diduduki pada bulan Juni 713 M. Musa kemudian bergabung dengan Thariq di Toledo. Selanjutnya keduanya berhasil menguasai seluruh kota penting di Spanyol, termasuk bagian utaranya mulai dari Saragosa sampai Navarre.

Gelombang perluasan wilayah berikutnya muncul pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Abd Al-Aziz tahun 99 H/717 M. Kali ini sasaran ditujukan untuk menguasai daerah sekitar pegunungan Pyrenia dan Prancis selatan. Pimpinan pasukan dipercayakan kepada As-Samah, tetapi usahanya itu gagal dan ia sendiri terbunuh padatahun 102 H.

Selanjutnya, pimpinan pasukan diserahkan kepada Abdurrahman bin Abdullah al-Ghafiqi. Dengan pasukannya, ia menyerang kota Bordesu, Poiter, dan dari sini ia mencoba menyerang kota Tours. Akan tetapi, diantara kota Poiter dan Tours itu ia ditahan oleh Charles Martel, sehingga penyerangan ke Prancis gagal dan tentara yang dipimpinnya mundur kembai ke Spanyol.

Setelah itu masih terdapat penyerangan,seperti ke Afirignon tahun 734 M, ke Lyon tahun 743 M, dan pulau-pulau yang terdapat di Laut Tengah Mallorca, Corsia, Sardinia, Creta, Rhodes, Cyprusdan sebagian dari Sicilia juga jatuh ke tangan Islam di zaman Bani Umayyah.

Gelombang kedua terbesar dari penyerbuan kaum muslimin yang geraknya dimulai pada permulaan abad ke-8 M ini, telah menjangkau seluruh Spanyol dan melebar jauh menjangkau Prancis Tengah dan bagian-bagian penting dari Italia.

Sejak pertama kali menginjakkan kaki di tanah Spanyol hingga jatuhnya kerajaan Islam terakhirdi sana, Islam memainkan peranan yang sangat besar. Masa itu berlangsung lebih dari 7,5 abad.

Setelah berakhirnya periode klasik Islam,Islam mulai memasuki masa kemunduran. Namun Eropa bangkit dari keterbelakangannya, terlihat dari keberhasilan Eropa dalam bidang politik yang mengalahkan keraajaan-kerajaan Islam, terutama dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Bahkan, kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi itulah yang mendukung keberhasilan politiknya. Kemajuan-kemajuan Eropa ini tidak bisa dipisahkan dari pemerintahan Islam di Spanyol dan dari Islam Spanyol di Eropa pula banyak menimba ilmu.

Pada periode klasik, ketika Islam mencapai masa keemasaannya, Spanyol merupakan pusat peradaban Islam yang sangat penting, menyaingi Baghdad di Timur. Yang mana ketika itu, orang-orang Kristen Eropa banyak yang belajar di perguruan-perguruan tinggi Islam di sana. Islam menjadi “guru” bagi orang Eropa. Karenanya, kehadiran Islam di Spanyol banyak menarik perhatian para sejarawan.

Akan tetapi pada 1556, Philip II menetapkan sebuah hukum yang mewajibkan semua muslim untuk meninggalkan bahasa, peribadatan, instituasi, dan cara hdup Islam. Dia bahkan memerintahkan agar pemandian-pemandian di Spanyol dihancurkan, karena dianggap sebagai peninggalan kafir.

Perintah pengusiran terakhir ditandatangani oleh Philip III pada 1609, yang mengakibatkan deportasi en masse secara paksa atas hampir semua orang Muslim di Spanyol. Diceritakan bahwa sekitar setengah juta Muslim mesti merasakan nasib ini dan mendarat di pantai-pantai Afrika, atau bahkan bertualang menggunakan kapal laut ke negeri-negeri Islamyang lebih jauh. Antara kejatuhan Granada sampai dekade pertama abad ke-17 diperkirakan sekitar tiga juta Muslim dibuang atau dihukum mati. persoalan kaum Moor telah terpecahkan selamanya bagi Spanyol. Maka, kasus Spanyol ini menjadi satu pengecualian menyolok dari fenomena lazim bahwa di mana pun peradaban Arab tertanam maka di situ ia akan terus hidup. Orang-orang Moor dibuang. Untuk sementara, Spanyol Kristen bersinar, seperti bulan, dengan cahaya pinjaman; lantas muncullah gerhana, dan dalam kegelapan itu Spanyol tenggelam untuk selama-lamanya.

Walaupun akhirnya Islam harus pergi meninggalkan negeri Spanyol dengan cara yang menyakitkan, tidak dapat dipungkiri bahwa Islam telah membidangi gerakan-gerakan penting di Eropa. Gerakan-gerakan itu adalah kebangkitan kembali kebudayaan Yunani Klasik (renaissance) pada abad ke-14 M yang bermula di Italia. Kemudian gerakan reformasi pada abad ke-16 M dan rasionalisme pada abad ke-17 M, serta disusul dengan pencerahan (Aufklarung) pada abad ke-18 M. Dengan demikian, peran Islam tetap terasa meski tidak lagi dalam bentuk sebuah agama melainkan dalam bentuk peradaban yang tinggi.

 

Referensi

Abdurrahman Mas’ud, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: Amzah, 2016.

Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam,  Jakarta: Rajawali Pers, 2014.

Philip K. Hitti, A Short History of the Arabs., terjemahan R. Cecep Lukman Yasin dan Dedi Slamet Riyadi, Serambi Ilmu Semesta: Jakarta, 2008.

Sudirman, “Islam dan Peradaban Spanyol: Catatan Kritis Beberapa Faktor Penyebab Kesuksesan Islam Spanyol”, https://www.researchgate.net/publication/284119976_ISLAM_DAN_PERADABAN_SPANYOL_Catatan_Kritis_Beberapa_Faktor_Penyebab_Kesuksesan_Islam_Spanyol

Oleh : Sri Nursukma DewiSemester V

Leave a Reply