MAHADALYJAKARTA.COM – Bangsa Mongol tercatat dalam sejarah Islam sebagai penghancur peradaban Islam. Mereka juga dikenal sebagai bangsa yang bengis, kejam, suka membunuh dan keji. Tapi sejarah juga mencatat bahwa dari cucu-cucu Jengis Khan inilah terjadi perluasan Islam ke seluruh dunia. Bangsa Mongol berasal dari daerah Mongolia yang membentang dari Asia Tengah, Siberia Utara, sampai Turkistan Timur.
Mongol adalah bangsa nomaden yang hidup di pelosok gurun Gobi, berbatasan dengan China. Bangsa ini berdiam di padang pasir, hidup dari menggembala ternak. Sama seperti orang Arab, bangsa ini juga membangun tatanan kehidupannya berdasarkan kesukuan, terkenal suka melakukan kejahatan dan penghianatan. Bangsa Mongol banyak melakukan penjajahan ke berbagai belahan dunia. Karena itu, mayoritas orang Mongol berprofesi sebagai tentara. Menurut mereka berperang akan membuat mereka kaya dengan harta rampasan dan bisa memperluas wilayah kekuasaan mereka. Satu-satunya tujuan bangsa Mongol adalah ingin menguasai dunia.
Baca Juga:
Ekspansi Bangsa Mongol, Awal Kemunduran Peradaban Islam
Bangsa Mongol menganut agama Syamanisme (menyembah bintang-bintang dan matahari terbit). Nama tuhan mereka adalah Tengri (Sang langit biru yang kekal), mereka juga memuja arwah-arwah jahat nenek moyang mereka. Sebab menurut mereka arwah jahat memiliki kemampuan mendatangkan sebuah bencana. Oleh sebab itu, mereka memujanya agar terhindar dari bencana tersebut. Namun kepercayaan itu mulai pudar saat mereka mulai melakukan invasi ke seluruh dunia. Mereka mulai berkenalan dengan agama-agama lain salah satunya agama Islam. Karena daerah Islam yang mereka taklukkan membuat mereka hidup berdampingan dengan orang Islam hingga ketauhidan perlahan menyentuh hati mereka.
Jengis Khan adalah sosok nama yang begitu terkenal berhasil menyatukan suku-suku di bangsa mongol dan juga menaklukkan kabilah Tartar lainnya. Jengis Khan berhasil membangun imperium besar dan luas yang membentang mulai dari timur di China, Persia, dan Eropa Timur di Barat, Rusia di utara dan India di selatan. Sejarah Islam juga mencatat pada tahun 1258 M, bangsa Mongol menyerbu dan menghancurkan kekhalifahan Islam Bani Abbasiyah di Baghdad. Mereka memporak-porandakan Baghdad, khalifah dan penduduk ditangkap, rumah-rumah semuanya dibakar. Tak sampai di situ, mereka juga menghancurkan perpustakaan yang sarat dengan manuskrip berharga. Ibnu Khaldun mengungkapkan bahwa manuskrip-manuskrip itu dilempar ke sungai Tigris. Seketika air sungai Tigris berubah menjadi hitam sekelam tinta, pada hari pembuangan buku-buku dari berbagai perpustakaan ke sungai tersebut.
Jengis Khan meninggal dunia pada 1.227 M dan semasa ia dikenal sebagai sosok yang berprilaku buruk terutama kepada bangsa-bangsa yang ditaklukkannya. Pada saat Jengis Khan merasa bahwa kematiannya akan tiba, ia membagi imperiumnya kepada empat wilayah dan dibagikan kepada putra-putranya yaitu Rusia dan Eropa Timur, Persia atau Iran, China, dan Turkestan di Asia Tengah. Bangsa Mongol tercatat dalam sejarah sebagai penghancur peradaban Islam tetapi sejarah juga mencatat bahwa dari cucu Jengis Khan inilah terjadi penyebaran Islam begitu luas di dunia.
Baca Juga:
Peradaban Islam pada Masa Mongol
Muslim Mongol di Eropa Timur dan Siberia Barat
Jochi Khan adalah anak sulung Jengis Khan yang diberi wilayah kekuasaan mencakup Rusia, Bulgaria, dan Kaukasia, mungkin juga mencakup kawasan-kawasan barat (Eropa Timur dan Siberia Barat). Dinasti Jochi yang memerintah wilayah tersebut dinamakan Dinasti Mongol Utara. Sebenarnya Jochi Khan juga berpeluang menjadi Khan Agung karena dia adalah anak sulung, dan Jengis Khan juga berwasiat agar Jochi Khan menggantikan Jengis Khan sebagai Khan Agung apabila dia meniggal dunia. Akan tetapi Jochi Khan meninggal dunia sebelum Jengis Khan, hingga akhirnya adik Jochi Khan yaitu Ogedei Khan yang ditunjuk sebagai Khan Agung di kekaisaran pusat.
Agama Islam mempengaruhi jiwa Jochi Khan karena Jochi Khan menikahi seorang putri bernama Risalah binti Khawarizm Syah yang merupakan adik Sultan Jalaludin. Dari situlah agama Islam mulai masuk kepada anak-anak Batu Khan, Berke Khan dan yang lainnya. Batu Khan terkenal mengasihi kaum Muslimin walaupun dia sendiri tidak masuk Islam. Setelah Jochi Khan meninggal dunia, dia digantikan oleh anaknya yang bernama Batu Khan. Batu Khan sering berselisih dengan Khan Agung di pusat yang kemudian dia digantikan oleh anaknya yang bernama Guyuk Khan.
Muslim Mongol di Persia
Jengis Khan membagi kekuasaanya kepada Tolui Khan putranya di wilayah Persia dan Khurasan beserta beberapa negeri Arab dan Asia Kecil. Pemerintahan Mongol di wilayah ini disebut juga negara Ilkhanat. Setelah Tolui Khan meninggal lalu digantikan putranya yang bernama Hulegu Khan. Hulegu Khan memberikan citra yang sangat buruk bagi bangsa Mongol di mata kaum Muslimin karena ia telah melakukan tindak kejahatan yang keji terhadap umat Muslim secara tidak berperikemanusiaan.
Hulegu Khan adalah aktor utama dibalik penyerangan Mongol terhadap Kekhalifahan Islam Abbasiyah di Baghdad yang sudah disinggung di atas. Hulegu Khan sangat membenci kaum muslimin, hanya saja pada akhir-akhir hidupnya ia mempercayakan pendidikan putra keduanya yang bernama Taghudar kepada seorang pendidik muslim.
Setelah Hulegu Khan meninggal dunia ia digantikan oleh putra pertamanya yang bernama Abaqa Khan. Abaqa Khan ini mewarisi kebencian terhadap umat Muslimin seperti yang dilakukan oleh ayahnya. Sepanjang era Abaqa Khan diisi dengan peperangan, di utara berperang melawan bangsa Mongol Utara yang lebih pro ke Islam dan di barat berperang melawan Dinasti Mamluk.
Akhirnya cahaya Islam datang juga di negara Ilkhanat. Setelah Abaqa Khan meninggal kemudian dia digantikan oleh adiknya yang bernama Taghudar Khan. Taghudar Khan sejak kecil dididik oleh pendidik muslim, maka ia tumbuh besar dalam naungan Islam bahkan dipanggil dengan nama Ahmad. Taghudar adalah Khan Mongol pertama di Persia yang masuk Islam.
Khan Mongol di Persia selanjutnya yang memeluk Islam adalah Ghazan Khan. Pada mulanya Ghazan Khan beragama Budha tetapi kemudian mengumumkan keislamannya lalu diikuti oleh seluruh Dinasti Tolui beserta 70.000 orang Tartar memeluk Islam. Namun demikian Ghazan Khan terlibat peperangan dengan Dinasti Mamluk (Pelanjut Kekhalifahan Bani Abbasiyah) yang merupakan kelanjutan peperangan dari para Khan sebelumnya dan berakhir dengan kekalahan Ghazan Khan.
Setelah Ghazan Khan meninggal dunia ia digantikan oleh saudaranya yang bernama Oljeitu Khan. Oljeitu Khan ini awalnya tumbuh besar dalam lingkungan agama Kristen, namun kemudian ia memeluk Islam. Akan tetapi sangat disayangkan ia menganut sekte Rafidah (Syiah Imamiyah) dan memaksa rakyatnya menganut sekte tersebut.
Oljeitu Khan (Mohammad Khodabandeh) kemudian digantikan putranya yang bernama Abu Said. Pada masa Abu Said inilah ajaran Sunni kembali diajarkan. Namun setelah itu terjadi kekacauan dan disintegrasi dengan begitu cepatnya karena para pemimpin berpegang pada keyakinan mereka masing-masing sehingga muncullah negara-negara baru.
Muslim Mongol di Cina
Jengis khan membagi kekuasaan kepada Ogedei Khan yang meliputi negeri Mongolia, China dan Hotan (Turkestan Timur). Ogedei Khan juga dinobatkan sebagai Khan Agung Mongol yang membawahi seluruh wilayah bagian Mongol yang telah dibagi-bagi oleh Jengis Khan kepada 4 anaknya seperti dijelaskan di atas.
Islam telah sampai ke negeri Cina semenjak era Utsman bin Affan melalui jalur perdagangan dan dakwah. Pada era Bani Umayah ada 16 utusan delegasi Islam dikirim ke negeri Cina, sedangkan pada era Bani Abbasiyah dikirim lagi 12 utusan. Islam mulai benar-benar tersebar pada masa Kubilai Khan, pada masa ini banyak kaum muslimin dari Turkestan dan Transoxiana yang menjadi tentara Mongol.
Pada masa Kubilai Khan, di kalangan pejabat muslimin memerintah hingga 8 provinsi dari 12 provinsi yang ada di negeri Cina. Salah satu muslim yang terkenal pada masa Dinasti Kubilai adalah Zhansiding Wumar (Sayyid Ajjal Syamsuddin Umar) merupakan komandan militer berturut-turut kemudian menjadi hakim di Kota Beijing, wali kota Beijing dan pengarah politik di Istana Kubilai Khan.
Muslim Mongol di Turkestan
Seperti halnya dengan saudara-saudaranya yang lain, Chagatai Khan mendapatkan bagian wilayah dari Jengis Khan ayahnya. Chagatai Khan mendapatkan bagian wilayah Turkestan, negeri Uyghur (Gansu) dan negeri Transoxiana. Pada sejarah selanjutnya Uyghur dan Turkestan Timur diambil oleh Cina dan kini menjadi salah satu daerah di Cina yang sering bergejolak karena memang akar budayanya berbeda dengan Cina.
Wilayah Turkestan pada zaman modern sekarang meliputi negara-negara seperti Kazakhstan, Turkmenistan, Tajikistan, Uzbekistan, Kyrgyzstan, Afghanistan, Provinsi Xinjiang China dan sebagian wilayah Rusia. Kawasan ini secara berturut-turut dikuasai oleh Dinasti Chagatai dan anak cucunya.
Khan Mongol pertama yang masuk Islam di wilayah Turkestan bernama Mubarak Syah. Mubarak Syah masuk Islam karena ibunya adalah seorang muslimah yang dinikahi oleh Kara Hulegu Khan ayahnya yang merupakan cucu dari Chagatai Khan. Pemerintahan Mubarak Syah tidak lama dan ia digantikan oleh saudara sepupunya yang bernama Baraq Khan. Baraq Khan masuk Islam pada masa akhir jabatannya dan berganti nama dengan nama Ghiyatsuddin.
Berkaca dari sejarah Mongol dari era Jengis Khan sampai ke anak cucunya, ada beberapa pelajaran yang bisa kita ambil: Pertama, bangsa Mongol mungkin memang kuat secara Militer sampai-sampai Kekhalifahan Islam di Baghdad bisa mereka runtuhkan, namun di sisi lain mereka sangat lemah. Dalam hal kebudayaan, ilmu pengetahuan, peradaban dan pendidikan pada saat itu mereka masih kalah dengan Islam. Itu kenapa banyak para Khan Mongol yang akhirnya mempercayakan pendidikan anak-anaknya kepada pendidik dari Islam. Sehingga akhirnya banyak cucu dari Jengis Khan yang akhirnya memeluk agama Islam.
Kedua, kita sekali lagi bisa melihat sejarah tentang keluhuran ajaran Islam. Dimana dalam ajaran Islam tidak tersekat-sekat oleh golongan, kasta, suku, bangsa, negara dan juga masa lalu. Walaupun nenek moyang bangsa Mongol berperilaku buruk terhadap umat Islam tetapi ketika cucu mereka berbondong-bondong memeluk Islam maka dengan tangan terbuka umat Islam menerimanya tanpa menaruh rasa dendam.
Ketiga, sejarah membuktikan ketika umat Islam menjunjung tinggi Ilmu pengetahuan maka bangsa sekuat Mongol bisa ditaklukkan dengan Ilmu, dengan pendidikan budi pekerti. Islam pernah menjadi pusat peradaban Dunia selama 14 Abad mulai dari Rasulullah SAW, Khulafaur Rasyidin, Bani Umayyah, Bani Abbasiyah dan Turki Usmani, itu bisa terjadi karena mereka sangat menjunjung tinggi ilmu pengetahuan sehingga ketika mereka suatu saat terjatuh akhirnya selalu bisa bangkit lagi. Dan Al-Qur’an adalah sumber utama ilmu pengetahuan yang tidak ternilai harganya dan terjaga keasliannya sampai sekarang.
Referensi:
Peter Jackson, Dari Puncak Barbar : Penaklukan Bangsa Mongol Ke Dunia Islam Hingga Menjadi Muslim Karangan, Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta, 2019
Prof. Dr. Ali Muhammad Ash Shalabi, Bangkit dan Runtuhnya Bangsa Mongol Pengarang, Jakarta: Pustaka Al-Kausar
Dr Ading Kusdiana, M.Ag, Sejarah dan Kebudayaan Islam Periode Pertengahan, Jakarta: CV. Pustaka Setia, 2013.
Khalifurrahman Fath dan Masturi Irham, Islam di Asia Tengah, Jakarta: Pustaka Al-Kausar, 2017.
C.S.B. Equipment , Islam dari Invasi Mongol Kekaisaran Timurid, Jakarta: Pustaka Al-Kausar, 2006.
Kontributor: Diana Fera, Semester V
Editor: Dalimah NH