Dasar Pengetahuan Hamba Terhadap Tuhannya

Dasar Pengetahuan Hamba Terhadap Tuhannya

Dari pentingnya menuntut ilmu serta bagaimana cara memperoleh imu dengan benar, ilmu yang paling utama untuk diketahui oleh seseorang adalah ilmu aqidah. Allah swt. mengutamakan ilmu sebelum amal, yaitu ilmu pengetahuan tentang Allah swt. berikut sifat-sifat-Nya untuk kemudian diamalkan. Para sahabat Rasulullah saw. diajari ilmu pengetahuan tentang Allah swt. (ma’rifatullah) kemudian disampaikanlah al-Qur’an, sehingga ketika dibacakan ayat al-Qur’an, bertambahlah iman para sahabat. Rasulullah saw. tidak menyuruh para sahabat untuk menghafalkan al-Qur’an sebelum beliau mengajarkan iman kepada mereka.

  • Makna Syahadat

فاعلم أنّه لاإله الّا الله واستغفر لذنبك وللمؤمنين والمؤمنات

Makna dari asyhadu adalah a’lamu biqalbi yaitu saya meyakini dengan hati dan saya mengakui dengan lisan. Perkataan asyhadu itu lebih baik karena kalimat tersebut adalah satu kalimat yang mencakup banyak atau makna yang lebih.

Annahu laa ilahaillalah bahwasanya tidak ada Tuhan yang berhak di sembah kecuali Allah swt.

Sedangkan asyhadu anna Muhammadan Rasulullah artinya saya meyakini dengan hati, saya mengakui dengan lisan dan mengikuti bahwa nabi Muhammad utusan Allah swt.

Orang yang muslim itu harus ;

  1. Iman yaitu membenarkan dengan hati.

Iman dalam bahasa disebut tashdiqu yang artinya membenarkan sedangkan menurut syara’ membenarkan apa yang datang dari Rasullullah saw.

  1. Islam yaitu mengucapkan dengan lisan kalimah syahadat.

Islam dalam bahasa disebut al-inqiyad yang artinya kepasrahan sedangkan menurut syara’ adalah benar-benar mengikuti apa yang di ajarkan agama ini.

Mengenai dasar ilmu yang seharusnya diketahui oleh seorang hamba ialah ilmu yang membahas tentang ma’rifatullah, meliputi segala sifat-Nya lalu mengenai utusan Allah swt. dan tentang agama yang dipegangnya. Sebagaimana dikatakan oleh ulama berikut ini:

قال أبو الحسن الأشعارى : أول ما يجب على العبد العلم بالله ورسوله ودينه

Pembahasan  tentang tauhid dan sifat Allah swt. dalam ma’rifatullah seringkali dikotori dengan penyerupaan dan segala yang mengotori zat Allah swt., seberapa pun seseorang menggambarkan Allah swt. maka Allah bukanlah seperti apa yang digambarkan. Hal ini ditegaskan oleh Imam Dzunnun al-Misry:

قال الإمام ذوالنون المصرى: مهما تصوّرت ببالك فالله بخلاف ذلك

Imam Ibnu Abbas ra. menerangkan yang seharusnya hamba lakukan ialah bertafakkur terhadap semua makhluk ciptaan Allah swt., bukan memikirkan tentang dzat Allah. Seperti perkataannya berikut ini:

تفكّروا فى مخلوقات الله ولا تفكّروا فى ذات الله

Allah swt. berfiman:

ليس كمثله شيء وهوالسميع البصير

معنه يكفى فى تنزيه الله عن الجهة والمكان

Sesungguhnya Allah swt. suci dari segala makhluk, suci dari tempat dan arah.

Mengingat betapa pentingnya seseorang mempelajari ilmu tauhid, Imam Ghazali berkata:

قال الإمام الغزالى رضي الله عنه : لا يصحّ العبادة إلّا بعد معرفة المعبود

Tidak sah ibadah seseorang kecuali setelah mengetahui Tuhan (yang disembahnya). Maksudnya mempelajari ilmu ma’rifat tentang dzat dan sifat Allah swt. dan segala yang berkaitan dengannya.

قال الإمام الشافعى : إنه تعالى كان ولا مكان فخلق المكان وهو على صفة الأزلية كما كان قبل خلقه المكان لا يجوز عليه التغير فى ذاته ولا تبديل فى صفته

Imam Syafi’i berkata sesungguhnya Allah swt. ada tanpa tempat, dan Dia menciptakan tempat. Dan Allah swt. memiliki sifat azali (tidak ada permulaan dan tidak memiliki akhir, abadi) sebagaimana ada sebelum penciptaan tempat (makhluk), tidak ada perubahan dalam dzat-Nya dan tidak ada pergantian dalam sifat-Nya.

Dalam kitabnya, Fiqh Akbar, Imam Abu Hanifah menjelaskan betapa pentingnya mempelari ilmu tauhid, siapa saja yang mengatakan saya tidak tahu Tuhanku ada di langit atau di bumi maka ia kafir. Begitu pula perkataan seperti Allah di atas ‘arsy dan saya tidak tahu ‘arsy di langit atau di bumi. Beliau juga menjelaskan tidak ada keimanan tanpa Islam, dan tidak ada iman tanpa Islam. Iman dengan Islam bagaikan punggung dengan perut, artinya keduanya tidak bisa dipisahkan.

قال الإمام أبو حنيفة فى الفقه الأكبر : من قال لا أعرف ربّى أفى السماء ام فى الأرض فهو كافر. قال وكذا من قال إنه على العرش ولا أدرى العرش أفى السماء أو فى الأرض. قال أيضا : لا يكون إيمان بلا إسلام ولاإسلام بلا إيمان فهما كالظهر مع البطن

Setiap orang muslim akan masuk surga kecuali mati dalam keadaan kufur. Sedangkan kufur ada tiga yaitu;

  1. Kufur dengan lisan yaitu menghina Allah swt., menghina malaikat, mengolok-olok orang puasa dan lain sebagainya.
  2. Kufur dengan perbuatan yaitu menyembah berhala, melempar Al-Qur’an, membakarnya atau membuangnya ke tempat sampah.
  3. Kufur dengan keyakinan yaitu tidak yakin dengan Allah swt., tidak yakin dengan malaikat dan meyakini Allah bertempat di suatu tempat dan lain sebagainya.

Kalau seseorang  bukan muslim atau mukmin maka dia itu kafir, tapi juga tidak boleh bagi seseorang sembarang mengkafirkan muslim lain yang bermaksiat.

  • Seorang muslim pendosa yang maksiat dia mati dalam keadaan belum bertobat maka nasib di akhirat di bawah kehendak Allah swt. yaitu di siksa di neraka setelah itu baru dimasukan ke surga atau di ampuni dan langsung dimasukan ke surga.
  • Seorang muslim pendosa sebelum mati dia bertaubat maka nasibnya di akhirat akan masuk surga tanpa diazab.
  • Seorang mukmin yang menjalankan kewajiban dan tidak maksiat maka nasibnya di akhirat tak kanada kesusahan dan masuk surga tanpa diazab.

Syarat taubat ada tiga yaitu ;

  1. Meninggalkan maksiat
  2. Menyesal atas perbuatan maksiat yang telah dilakukan
  3. Bertekad tidak mengulangi perbuatan maksiat

Leave a Reply