Detik-Detik Rasulullah Saw Yantaqil Ila Rafiqil A’la

Detik-Detik Rasulullah Saw Yantaqil Ila Rafiqil A’la

MAHADALYJAKARTA.COM – Mengenai lamanya Rasulullah Saw sakit, terjadi perbedaan pendapat. Ada yang mengatakan 13 hari, 14 hari dan 18 hari. Tapi di sini penulis mengambil pendapat Syekh Ahmad bin Syekh Hijazi Al-Fasyany dalam kitab Syarah Majlis As-Tsaniyah bahwa Rasulullah Saw sakit selama 18 hari.

Lima hari sebelum beliau wafat, Rasulullah Saw berpidato di hadapan sabahat. Sabda beliau “Sesungguhnya ada seorang hamba yang diberi pilihan oleh Allah Swt, antara diberi kewenangan dunia (dunia) ataukah apa yang ada di sisinya (akhirat). Ternyata hamba itu memilih apa yang ada di sisinya (akhirat).” Demikian lafal hadits yang mengisyaratkan bahwa Rasulullah Saw lebih memilih akhirat dan itu tandanya tidak lama lagi Rasulullah Saw akan kembali ke hadapan Ilahi.

Saat itu, telah dekat masa-masa berpisah dengan Rasulullah Saw, para sahabat berkumpul di rumah Sayyidah Aisyah Ra. Kemudian Rasulullah Saw melihat kepada para sahabatnya dan seketika air mata beliau berlinang, seraya beliau berkata “Marhaban bikum (selamat datang atas kamu)”. Sapa Rasululah Saw kepada para sahabatnya.

Kemudian para sahabat bertanya ”Kapan datang ajalmu wahai junjungan kami?”. Lalu Rasulullah Saw menjawab ”Sesungguhnya telah dekat ajalku, dan aku akan pindah ke hadapan Allah Swt”. Tentu saja saat itu para sahabat bersedih karena akan berpisah dengan orang paling mulia di muka bumi. Lantas para sahabat bertanya ”Siapa yang nantinya akan memandikanmu wahai Rasulullah Saw?” Kemudian beliau menjawab ”Ahli baitku”. Menurut sebagian pendapat, ahli bait yang memandikan beliau adalah Ali bin Abi Thalib.

Setelah itu para sahabat bertanya ”Kain kapan yang akan kami pakaikan kepadamu?” Rasulullah Saw pun menjawab “Pakaian yang aku kenakan sekarang ini, atau kain dari Yaman”. Kemudian para sahabat bertanya tentang siapa yang akan menshalatkannya?” Spontan para sahabat menangis dan Rasulullah Saw juga ikut menangis mendengarnya. Setelah itu Rasulullah Saw berkata kepada para sahabat ”Tenanglah, semoga Allah Swt mengampuni kalian”.

Setelah kejadian itu tidak beberapa lama kemudian Rasulullah Saw sakit selama delapan belas hari. Saat beliau sakit banyak manusia yang datang untuk menjenguk beliau. Sehari sebelum meninggal, tepatnya hari Ahad penyakit beliau semakin berat. Dan Bilal bin Rabah meminta izin untuk masuk menemui Rasulullah Saw seraya berdiri di pintu dan berkata “Assalamualaika ya Rasulallah” dan Rasulullah menjawab “Assolatu yarhamukallah”. Setelah itu Fatimah yang saat itu merawat Rasulullah Saw berkata “Wahai Bilal, sesungguhnya Rasulullah Saw sedang sibuk dengan dirinya (sedang sakit)”. Mendengar itu Bilal bin Rabah pun memilih untuk masuk ke dalam masjid.

Di keesokan harinya (hari senin) ketika waktu subuh sudah datang, Bilal datang lagi ke pintu Rasulullah Saw dan berkata seperti yang ia katakan sebelumnya. Rasulullah Saw mendengar suara Bilal dari dalam kamarnya dan beliau berkata “Masuklah wahai Bilal”. Bilal pun masuk ke ruah Rasulullah Saw, Rasulullah Saw kemudian menceritakan keadaannya kepada Bilal “Sesungguhnya aku sedang sibuk dengan diriku sendiri (sedang sakit), karena itu suruhlah Abu Bakar untuk menjadi imam solat”. Demikian pinta manusia mulia ini.

Mendengar perintah Rasulullah Saw tersebut Bilal langsung keluar sambil meletakkan tangan di atas kepalanya, hal itu menandakan beliau bersedih karena Rasulullah Saw tidak bisa mengimami solat. Bilal berjalan sambil berkata “Andai saja ibuku tidak melahirkanku”. Hal itu nenunjukkan bahwa Bilal tidak sanggup menghadapi keadaan itu. Tidak lama setelah itu, Bilal masuk ke dalam masjid Nabawi dan berkata pada Abu Bakar “Wahai Abu Bakar, sesungguhnya Rasulullah Saw menyuruhmu untuk menggantikannya menjadi imam solat”. Mendengar itu Abu Bakar langsung melihat ke tempat imam yang masih kosong, biasanya Rasulullah Saw yang berada di tempat itu. Namun sekarang tidak.

Karena rasa sedihnya, Abu Bakar berteriak hingga beliau pingsan. Abu Bakar adalah seorang laki-laki yang lemah lembut, tidak akan masuk akal jika beliau berteriak hingga pingsan. Melihat Abu Bakar pingsan, orang-orang Muslim yang ada di sana juga ikut berteriak sehingga Rasulullah Saw mendengar teriakan itu. Rasulullah Saw yang ada di kamarnya bertanya kepada Fatimah “Wahai Fatimah, teriakan apakah ini?” Lalu Fatimah menjawab “Itu adalah teriakan orang Muslim karena engkau tidak ada di sana”.

Suasana saat itu mulai direnung duka, kaum Muslimin tentu ikut sedih menghadapi keadaan itu. Namun Rasulullah Saw bertindak bijak, beliau memanggil Ali bin Abi Thalib dan Abbas untuk menuntunnya ke masjid. Dan Rasulullah Saw pun menjadi imam solat subuh dua rakaat dengan solat yang ringan. Setelah salam beliau menghadap kepada jamaah yang hadir dan berkata ”Wahai sekelompok orang-orang muslim, kalian berada dalam seruan Allah Swt dan penjagaannya cinta kasihnya. Aku berwasiat kepada kalian untuk taat kepada Allah Swt, karena sebentar lagi aku akan berpisah dengan dunia. Hari ini adalah hari pertamaku menuju akhirat, dan hari terakhirku berada di dunia”. Demikian pesan beliau.

Maka ketika hari senin sudah tiba, Allah Swt mewahyukan kepada malaikat pencabut nyawa untuk turun ke bumi “Turunlah ke bumi dan temui kekasihku (Muhammad) dengan berpenampilan yang baik, dan cabutlah nyawanya dengan lemah lembut. Jika dia menyuruhmu masuk, maka masuklah, dan jika dia melarangmu masuk, maka jangan engkau masuk, dan pulanglah”. Begitulah mulianya Rasulullah di hadapan Allah Swt.

Kemudian malaikat maut pun turun ke bumi dengan penampilan seperti orang arab yang sangat baik penampilannya. Malaikat maut datang ke rumah Rasulullah Saw seraya berucap salam “Assalamualaikum wahai ahli bait nabi, dan tempat turunnya wahyu serta risalah”. Mendengar itu Fatimah keluar dan menjawab ”Wahai hamba Allah Swt, sesungguhnya Rasulullah Saw sedang sibuk dengan dirinya (sedang sakit)”. Tidak lama setelah itu lelaki itu memanggil lagi yang kedua kalinya seraya berkata “ Assalamualaikum”. Lalu Fatimah berkata “ Masuklah! haruskah engkau masuk?”. Sahut Fatimah dengan perasaan agak jengkel.

Rasullah Saw yang saat itu sedang berbaring di atas tempat tidurnya berkata “Wahai Fatimah siapakah yang ada di pintu?” Fatimah pun menjawab “Ada seorang laki-laki yang memanggil dan aku sudah mengatakan kalau Rasulullah Saw sedang sibuk dengan dirinya (sakit), tapi laki-laki itu tetap saja memanggil untuk kedua kalinya, ini membuat badanku gemetar, tulang-tulangku beregerak dan warna kulitku berubah”. Demikian tutur Fatimah.

“Tahukah engkau siapa yang ada di pintu tersebut?” tanya Rasulullah Saw kepada putrinya. Lalu Rasulullah Saw memberi tahu Fatimah “Wahai anakku, dialah yang mencabut segala kelezatan, dialah yang memutuskan hawa nafsu, dialah yang memutuskan syahwat, dan dialah yang meruntuhkan kampung serta meramaikan kuburan”.
Kemudian Rasulullah Saw mempersilakan malaikat maut untuk masuk ”Masuklah malaikat maut, apakah engkau datang untuk sekedar berkunjung atau untuk mencabut nyawa?” malaikat maut menjawab ”Jika engkau izinkan aku akan mencabut nyawamu, dan jika tidak maka aku akan pulang.” Melihat malaikat maut datang tidak dengan Jibril, Rasulullah Saw kembali bertanya pada malaikat maut ”Wahai malaikat maut dimanakah engkau tinggalkan kekasihku Jibril?” Malaikat maut pun menjawab ”Dia berada di langit dunia,” kemudian para malaikat memanggil Jibril hingga Jibril pun turun ke bumi dan duduk di dekat kepala Rasulullah Saw. Lalu Rasulullah Saw berkata ”Wahai jibril apakah engkau tidak tahu bahwa perkara besar (kematian) telah dekat?” ini Rasulullah Saw katakan karena merasa sedikit kesal saat Jibril belum turun ke bumi sementara malaikat maut sudah datang ke rumah beliau. Jibril pun menjawab ”Iya wahai Rasulullah Saw”.

Setelah itu Rasulullah Saw bertanya kepada Jibril tentang bagaimana nanti beliau di hadapan Allah Swt. Dan Jibril pun menjawab dengan kata-kata yang sangat indah “Sesungguhnya pintu-pintu langit telah terbuka dan para malaikat telah berbaris rapi untuk menyambut ruhmu”. Lalu Rasulullah Saw berkata “Alhamdulillah wa syukurillah.”
Kemudian Rasulullah Saw bertanya untuk yang kedua kalinya “Wahai Jibril, beritahu aku bagaimanakah nanti aku di hadapan Allah Swt?” Jibril kembali menjawab “Sesungguhnya pintu-pintu surga telah dibuka, para bidadari pun telah berhias, sungai-sungai pun telah bersih, buah-buahan telah matang tersedia, dan mereka sedang menunggu ruhmu. Kemudian Rasulullah Saw kembali berkata “Alhamduliullah wa syukurillah”.

Tidak cukup sampai di sana, Rasulullah Saw kembali bertanya lagi kepada Jibril untuk yang ke tiga kalinya, ”Wahai Jibril beritahu aku bagaimana nanti aku di hadapan Allah Swt?” Jibril kemudian memberitahu lagi “Engkau adalah orang yang memberi syafaat dan diberi hak untuk memberi syafaat di hari kiamat.” Rasulullah Saw kemudian berkata yang sama lagi seperti sebelumnya ”Alhamdulullah wa syukurillah”.

Setelah itu Rasulullah Saw lagi-lagi bertanya kepada Jibril tentang hal yang sama, tapi sebelum Rasulullah Saw selesai bertanya, Jibril langsung menyanggah “Apalagi yang ingin engkau tanyakan kepadaku” sahut malaikat Jibril. Dengan hati sedih Rasulullah Saw mengatakan ”Aku ingin bertanya tentang kesedihan dan keluh kesahku, tidak akan ada lagi yang membaca Al-Qur’an setelahku, tidak akan ada lagi yang puasa Ramadhan, dan tidak akan ada lagi yang mengunjungi masjidil haram.” Lantas Jibril menjawab Aku akan memberitahumu bahwa Allah Swt berkata “Sesungguhnya aku haramkan surga atas segala nabi dan pemimpin sebelum engkau (Muhammad) dan umatmu masuk ke dalamnya.”

Mendengar perkataan Jibril itu, hati Rasulullah Saw menjadi lega, dan beliau berkata pada malaikat maut “Wahai malaikat maut, mendekatlah!” Lantas malaikat maut pun mendekat. Ketika itu Sayyidina Ali bin Abi Thalib pun bertanya kepada Rasulullah Saw “Wahai Rasulullah Saw, siapa yang akan memandikan dan mengkafanimu? Rasulullah Saw menjawab “Yang akan memandikanku adalah engkau (Ali bin Abi Thalib), Ibnu Abbas akan menimba air dari sumur, dan Jibril akan membawakan kain sutra dari surga. Maka keluarlah kalian sebentar agar malaikat maut mencabut nyawaku “. Tegas Rasulullah Saw.

Setelah para sahabat keluar, malaikat maut pun mulai mencabut nyawa Rasulullah Saw. Ketika nyawa Rasulullah Saw sampai di pusat, beliau pun berkata “Wahai Jibril, alangkah sakitnya melalui maut ini”, keluh beliau karena sakitnya. Jibril pun memalingkan wajahnya dari Rasulullah Saw. “Wahai Jibril, bencikah engkau melihat wajahku hingga kau palingkan wajahmu dariku?” Rintih Rasululah Saw. Lalu Jibril menjawab “Wahai kekasih Allah Swt, hati siapa yang tega melihat seorang kekasih Allah Swt menghadapi sakaratul maut?” Kemudian setelah itu Rasulullah Saw Yantaqil Ila Rafiqul A’la.

Kabar kesedihan ini langsung menyebar. Seluruh pelosok Madinah seakan berubah menjadi muram. Alam semesta seakan ikut merasakan sedihnya. Umar hanya berdiri mematung, seperti orang tidak sadar dia berkata “Hendaklah dipotong tangan orang-orang yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw telah wafat, Rasulullah Saw akan kembali lagi, beliau hanya dipanggil sebentar oleh Allah Swt sebagaimana Nabi Musa dahulu”. Kata Umar tidak terima akan kepergian Rasulullah Saw.

Abu Bakar memacu kudanya dari rumahnya yang ada di atas bukit menuju masjid Nabawi. Lalu beliau menemui Aisyah dan mendekati jasad Rasulullah Saw. Beliau menyibak kain berwarna hitam yang menutup wajah Rasulullah Saw dan kemudian menutupnya. Abu Bakar memeluk tubuh Rasulullah Saw seraya menangis.
Di luar terdengar suara tangis kaum Muslimin. Para sahabat juga tidak tahu harus berkata apa. Setelah itu Abu Bakar keluar untuk menguatkan hati orang-orang yang sedang bersedih. Umar yang tadi di luar sedang berbicara dengan manusia. Abu Bakar berkata pada Umar “Duduklah wahai Umar!” Namun Umar tidak mau duduk.
Orang-orang yang ada di sana memalingkan wajah ke arah Abu Bakar, dan Abu Bakar berkata “Barang siapa diantara kalian yang menyembah Muhammad, maka Muhammad telah mati, dan barang siapa yang menyembah Allah, sesungguhnya Allah Maha Hidup dan tidak mati”.

Kejadian ini terjadi pada waktu Dhuha, saat matahari mulai sudah terasa panas, pada hari Senin tanggal 12 Rabiul Awal tahun 11 H, dalam usia 63 tahun lebih 4 hari.
Berakhirlah kehidupan manusia mulia ini. Sampai hingga akhir hayatnya beliau tatap bedoa “Ummatku, ummatku, ummatku! Maka pantaskah kita tidak bersholawat kepadanya?
Allahumma Shalli ‘Ala Sayyidina Muhammad.

 

Referensi:
Abdussalam Muhammad Harun, Tahdzib SiratiIbni Hisyam, Kairo: Maktabah As-Sunnah.
Abu Fadhol Abdurrahman As-Suyuthi, Kitab Tarikh Khulafa, Jakarta: Darul Kitab Al-Islamiyah, 2011.
Shafiyyurrahman Al-Mubarokfuri, Kitab Arrahiqul Makhtum, Bahtsun fi As-Siroh An-Nabawiyah ala Shohibina Aidholish Salati wa Sallam, Darul Wafa’, 2020.
Syekh Ahmad bin Syekh Hijazi Al-Fasyany, Kitab Syarah Majlis As-Tsaniyah, Surabaya: Maktabah Al-Hidayah.
Syekh Muhammad Al-Hudry, Kitab Nurul Yakin fi Sirati Sayyidil Mursalin, Surabaya: Maktabah Al-Hidayah.

Kontributor: Diana Fera, Semester IV

Leave a Reply