Dahsyatnya Istikharah Media Allah Memberi Jawaban

Dahsyatnya Istikharah Media Allah Memberi Jawaban

ISTIKHARAH, MENCARI JAWABAN LANGSUNG DARI ALLAH SWT

  • Hidup pun Sebuah Masalah

Manusia lahir di dunia berarti ia siap menghadapi segala hal yang berkaitan dengannya. Kehidupan dan segala bentuk persoalan pada diri manusia serta sikap mereka dalam menghadapinya menjadi sarana pembentukan karakter dan watak. Sebagai seorang Muslim, kita harus meyakini bahwa segala macam ujian dan persoalan yang melilit dalam kehidupan kita kelak akan mendatangkan hikmah dan pahala dari Allah swt., sehingga kita sebisa mungkin menghadapinya sesuai dengan tuntunan Islam. Jangan berpandangan jauh pada diri kita sebagai manusia biasa, seorang Nabi yang menjadi panutan umatnya pun tak pernah lepas dari masalah dan ujian yang begitu berat.

Sebut saja junjungan kita Nabi Agung Muhammad saw. menurut Ramadhan al-Buthi dalam “Fiqih Sirah”nya, salah satu hikmah mengapa Nabi Muhammad saw. semasa kecil ditinggal pergi oleh ayahnya, Abdullah, saat berusia 6 bulan dalam rahim ibunya, Aminah. Kemudian disusul kepergian ibunya saat beliau berusia 6 tahun, setelah itu beliau bekerja menggembala kambing. Semua itu adalah contoh –beberapa ujian berat sebagai bentuk– pendidikan langsung dari Allah swt. untuk mencetak kepribadian yang ideal sehingga layak menjadi utusan-Nya yang mulia serta  bersih dari bentuk campur tangan manusia dalam mencetak kepribadian beliau sebagai calon pemuka para Nabi dan Rasul.

Sebenarnya, seorang manusia sejak dalam rahim kandungan ibunya sudah menjalani master plan langsung dari Allah swt. Dikatakan oleh Anis Matta dalam bukunya “Mencari Pahlawan Indonesia” menjelaskan arti dari setiap kesulitan dan persoalan hidup manusia. Menurutnya, kesulitan dan persoalan hidup adalah ujian yang sengaja diciptakan oleh sejarah dalam perjalanan menuju kepahlawanan. Setiap kali manusia mengalami guncangan jiwa, itu akan mempengaruhi arah hidupnya.

 Berikut ini beberapa kiat yang perlu dilakukan ketika dihadapkan pada masalah atau ujian yang dirasa berat. Pertama, mempertahankan ketenangan. Tenangkan jiwa, hati dan pikiran dalam menghadapi masalah itu. Berpikirlah positif dan yakini akan ada pelangi setelah hujan badai, habis gelap terbitlah terang, setelah masalah itu akan ada hikmah terindah yang Allah swt. berikan. Kedua, mempertahankan harapan. Rasulullah saw. bersabda: “Harapan adalah rahmat Allah swt pada hamba-Nya. Jika tidak ada harapan, tidak akan ada orang yang menanam pohon untuk anak cucunya”. Ketiga, jaga keberanian. Benar, keberanian dibutuhkan untuk menembus segala keterbatasan pada ruang dan gerak serta hambatan yang tercipta akibat perubahan pada diri. Keempat, mempertahankan semangat kerja di tengah keterbatasan tersebut. Sebagai pelecut semangat kita, kebutaan Syaikh Abdul Aziz bin Bazz, ketulian Musthafa Shadiq ar-Rafi’i, kelumpuhan Syaikh Ahmad Yassin bukan penghalang bagi mereka untuk menjadi pahlawan abad ini. Segala cobaan itu tergantung tingkat keimanan seseorang. Semakin ia beriman maka semakin besar cobaan yang ia terima demi mengangkat derajatnya di sisi Allah sebagai orang yang beruntung.

  • Air Danau yang Luas & Dalam Dapat Melarutkan Rasa Pahit Segetir Apapun

Sebagaimana kita tahu bahwa seberapa pun besar ujian yang kita terima, kita harus siap lapang dada menghadapinya. Sebagaimana dikatakan oleh seorang bijak, pahitnya kehidupan yang kita rasakan seperti segenggam bratawali. Jumlah dan rasa pahit itu sama dan memang akan tetap sama. Tapi kepahitan yang kita rasakan sangat bergantung pada wadah yang kita miliki, kepahitan itu tergantung pada hati. Jadi, ketika kita merasakan kepahitan dan kegagalan dalam hidup, hanya ada satu hal yang perlu dilakukan. Lapangkanlah dada kita –hati kita– menerima semua itu. Luaskan hati kita untuk menampung semua kepahitan. Hati kita adalah wadah kita, tempat menampung segalanya. Jangan pernah jadikan hati kita seperti gelas –yang hanya mampu menampung sedikit air–, buatlah laksana danau yang mampu menampung segala kepahitan –dan tidak akan terasa pahit bila ditaburi segenggam bratawali– namun mengubahnya menjadi kesegaran dan kebahagiaan. Hal yang perlu dikhawatirkan bila manusia tidak pernah ditimpa musibah, ujian dan segala yang memberatkan kehidupan, niscaya ia akan terjangkiti penyakit sombong, lalai, hatinya keras, angkuh dan tak peduli sekelilingnya.

  • Tuhan Rindu Hamba-Nya yang Mengadu

“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk”.

Dari terjemahan firman Allah swt. di atas cukup jelas, shalat dan sabar menjadi sarana ampuh menolong kita menghadapi berbagai persoalan pelik. Shalat mampu menghapus berbagai penyakit dan penderitaan serta menjernihkan kekeruhan dalam kehidupan dunia ini. Bila manusia menumpahkan segala macam problem yang dialaminya pada Allah swt., maka dia tidak perlu khawatir rahasianya diketahui secara luas. Allah swt. Maha Bijaksana dan Maha Menutupi segala rahasia. Shalat adalah sarana berkomunikasi antara hamba dan Tuhannya, dapat melepaskan segala kesulitan dan kesusahan bila dilakukan dengan khusyu’. Ia bisa minta apapun, dijauhkan dari bahaya dan berharap untuk mewujudkan rencana di masa depan. Seorang yang dengan senang hati melakukan shalat malam pastilah dia akan merasakan kebahagiaan. Kebahagiaan itu seolah-olah dialirkan ke dalam jiwanya dari seluruh penjuru bumi. Kita teladani Rasulullah saw. ketika beliau menghadapi persoalan yang terasa berat maka beliau melaksanakan shalat.

TUNTUNAN SHALAT ISTIKHARAH

  • Bacaan, Do’a, Hakikat dan Hikmah Shalat Istikharah

Istikharah adalah memohon kebaikan kepada Allah swt. Secara bahasa, istikharah merupakan bentuk istif’al dari kata khair atau khiyarah dengan wazan inabah, yang artinya memohon pilihan yang baik dari Allah swt.. Secara istilah diartikan do’a khusus yang diucapkan seorang muslim setelah mengerjakan dua raka’at shalat sunnah. Hakikat shalat istikharah ialah menyerahkan pilihan kepada Allah swt, Dia-lah yang Maha Tahu mana perkara yang terbaik untuk hamba-Nya.

Bacaan dalam shalat istikharah menurut al-Hafidz Ibnu Hajar, “Yang lebih sempurna ialah membaca surah al-Kafirun dan al-Qashas ayat 68 pada raka’at pertama, kemudian surah al-Ikhlas dan al-Ahzab ayat 36 pada raka’at kedua.” Berbeda dengan Ibnu Hajar, al-‘Allamah Abu Bakar bin Zaid berkata,”Tidak ada bacaan tertentu dalam al-Qur’an yang dipastikan dari Rasulullah saw. untuk shalat istikharah. Berikut adalah do’a setelah shalat istikharah:

أللهم إني أستخيرك بعلمك وأستقدرك بقدرتك وأسألك من فضلك العظيم فإنك تقدر ولا أقدر وتعلم ولا اعلم وانت علام الغيوب. أللهم ان كنت تعلم ان هذالامر خير لي فى دينى ومعاشى وعاقبة امرى فاقدره لي ويسره لى ثم بارك لى فيه وان كنت تعلم ان هذالامر شر لى فى دينى ومعاشى وعاقبة امرى فاصرفه عنى وصرفنى عنه واقدر لى الخير حيث كان ثم ارضنى به.

Hikmah disyari’at kannya shalat istikharah ialah kita sebagai manusia –makhluk yang serba tidak tahu–, ketidaktahuan kita terhadap kekayaan, kematian, jodoh, anak, keluarga dan segala kebutuhan dunia semua itu layaknya dimohonkan pada Allah swt.,  sebab manusia tidak dapat mengetahui akibat dari setiap perbuatan yang dikerjakannya, juga tak kuasa untuk menghasilkan yang baik ataupun mencegah bahaya yang akan menimpa. Maka dari itu, istikharah dianjurkan oleh Rasulullah saw. untuk dikerjakan oleh mereka yang tengah dihadapkan pada persoalan hidup.

Dua raka’at istikharah dikerjakan siang maupun malam hari, bila belum mantap dilakukan hanya sekali shalat, maka boleh istikharah dilakukan hingga tujuh kali. Ibnu Siny dari Anas bin Malik mengatakan ‘apabila engkau ingin melakukan sesuatu, maka mohonkanlah pilihan pada Allah swt. sebanyak tujuh kali. Kemudian lihatlah mana yang digandrungi hatimu karena sesungguhnya kebaikan ada di dalamnya’.

SERBA-SERBI ISTIKHARAH

  • Kapan Istikharah Dilakukan ?

Dua hal mendasar mengapa kita melakukan istikharah, yaitu bila menghadapi masalah berupa pilihan dan ketika akan melakukan suatu hal. Bila yang dihadapi berupa pilihan, maka pilihan tersebut hendaknya sudah melewati proses analisa yang matang baik buruknya, besarnya presentasi maslahat mudharatnya. Ketika kebaikan lebih mendominasi maka pilihlah yang terbaik kemudian bertekad dan meningkatkan ketakwaan dan keimanan kepada Allah swt. Sedangkan istikharah dalam hal bila akan melakukan sesuatu, maka niatkan segala sesuatunya pada Allah swt karena tiap amal kebaikan tergantung pada niatannya. Kemudian nilailah seberapa besar maslahatnya bila kita melakukan perbuatan tersebut. Bukan sesuatu kekurangan bila kita menanyakan atau meminta pendapat orang lain yang berwawasan luas untuk memberikan masukan mengenai baik buruknya suatu hal.

  • Meminta Pendapat Orang yang Berwawasan Luas

Imam Mawardi berkata “Ketahuilah bahwa di antara tanda kebijaksanaan orang yang berakal sehat, dia akan selalu memantapkan sebuah keputusan dan mengerjakan niatnya setelah sebelumnya melewati proses bermusyawarah bersama orang-orang yang memliki analisis lebih luas dan benar serta sarannya bijak dan jauh dari hawa nafsu. Allah swt. pun memerintahkan para Nabi-Nya agar bermusyawarah dalam mengambil keputusan apapun meskipun petunjuk dan janji pertolongan dari Allah swt. sudah dijamin dengan pasti.

Berikut kriteria orang yang kompeten dimintai pendapat: Akal yang sempurna ditambah eksperimen sebelumnya, memiliki ketakwaan dan keshalehan, sikap tulus kasih sayang, berpikiran bersih dari kegelisahan dan kesedihan yang mendalam, tidak pamrih atau memiliki nafsu tertentu dalam perkara yang dimintai pendapat tersebut.

Qatadah berkata, “Tidaklah orang-orang yang bermusyawarah dengan mengharap keridhaan Allah swt. kecuali mereka akan ditunjukkan pada urusan yang paling baik bagi mereka. Lalu manakah yang perlu diutamakan, musyawarah atau istikharah? Menggabungkan keduanya adalah hal terbaik untuk dilakukan, ia merupakan kesempurnaan pelaksanaan sunnah.

  • Hasil Istikharah

Untuk melihat hasil istikharah, dapat dilihat dari dua hal. Pertama, urusan yang diistikharahkan pada Allah swt. itu menjauh darinya. Jawaban  itu intinya adalah perkara tersebut bukan yang baik untuknya. Kedua, urusan yang diistikharahkan diberi kemudahan dan lekas tercapai. Inilah jawaban yang terbaik dari Allah swt. Ibnu Qayyim al-Jauziyah berkata bahwa Ibnu Umar mengungkapkan, “Sesungguhnya seorang hamba beristikharah kepada Allah swt. sehingga Dia memilihkan yang baik untuknya. Akan tetapi, ia marah pada Allah swt.. Tak lama kemudian ia mengetahui akibatnya bahwa Allah telah memilihkan yang terbaik untuk dirinya.” Lalu al-Damsyiqi berkata: “Ketentuan Allah swt. berjalan dan di dalamnya ada kebaikan. Sebagai tambahan pahala bagi orang mu’min yang percaya kepada Allah swt., tanpa berpaling. Jika kegembiraan menghampiri atau kesedihan menimpa. Dalam dua kondisi itu, ia mengucapkan alhamdulillah.”

KESALAHAN YANG SERING DILAKUKAN DALAM ISTIKHARAH

  • Istikharah Bebarengan dengan Ritual Tertentu

Abu Ubadah Masyhur bin Hasan Mahmud bin Salman dalam kitabnya al-Qaulul Mubin fii Akhta-i al-Mushallin memberikan pemaparannya tentang kesalahan-kesalahan yang sering terjadi pada kaum muslimin saat melaksanakan shalat istikharah.

Pertama, Istikharah as-Sabhah ialah istikharah menggunakan metode bertasbih. Caranya ialah menisbatkan setiap biji tasbih dengan dua kata pilihan –misalkan iya dan tidak–. Ketika jari telah berakhir hitungannya, maka dilihat biji terakhir mengatakan iya atau tidak. Ini merupakan tradisi jahiliyah, hampir mirip dengan thiyarah –sebagai bentuk kesyirikan–.

Kedua, istikharah dengan memakai benda tertentu. Misalkan seseorang meminum kopi kemudian kopi disemprotkan ke tembok maka akan tergambar pola tertentu. Kemudian ia membayangkan dua pilihan, jika dominan pada salah satu pilihan maka itulah pilihannya.

Ketiga, istikharah al-Mandal –yaitu berupa ramalan–. Biasanya dalam hal ini memanggil jin untuk membantu ramalan tersebut.

Keempat, Istikharah ar-Raml yang dilakukan dengan cara seseorang membuat garis-garis putus di atas pasir, kemudian mengulanginya kembali dengan arah garis yang berbalik dan berakhir pada tempat awal seseorang tadi memulai. Maka akan tersingkap kehidupan masa lalu dan masa depannya. Hal  ini tidak berbeda dengan ajaran sebelum Islam datang.

Kelima, Istikharah Al-Kaff –yaitu meramal telapak tangan seseorang, lalu menentukan masa depan orang yang diramal tersebut–.

Keenam, Istikharah Al-Qirthas yaitu menggunakan sarana kertas. Kertas disobek berdasarkan hitungan, lalu ditaruh di bawah sajadah tempat shalat kemudian setelah shalat dapat diambil satu kertas dan angka itulah yang kemudian dihitung dengan kata iya atau tidak.

ISTIKHARAH RASUL, SAHABAT DAN TABI’IN SERTA DO’ANYA

Rasulullah saw pernah melaksanakan shalat istikharah saat terjadi Perang Badar. Beliau memohon kepada Allah swt “Ya Allah, tunaikanlah apa yang Engkau janjikan kepadaku, Wahai Allah, sesungguhnya aku memohon janji-Mu”. Hingga Allah swt. mewahyukan firman-Nya dan menurunkan pertolongan yang dijanjikan dan kemenangan berada di tangan umat muslimin. Lalu istikharah sahabat bernama Khubaib bin Adiy, seorang mujahid yang berhasil membunuh pemimpin Quraisy dalam perang Badar. Sebelum ia dieksekusi, ia sempatkan untuk shalat dua rakaat dengan hati tenang dan khusyu. Kemudian ia mengangkat tangannya dan berdo’a, “Ya Allah, susutkanlah bilangan mereka –kaum Quraisy–, musnahkanlah mereka sampai binasa.” Istikharah kalangan tabi’in dalam hal ini seperti Imam Zabadi, ia beristikharah dahulu sebelum menulis kitab Syarh Ihya Ulumuddin karangan Imam Ghazali.

ISTIKHARAH UNTUK PERNIKAHAN

  • Jodoh yang Ideal dan Menjaga Kebersihan Hati

Dalam hadits Nabi saw. terdapat empat kriteria memilih pasangan yang ideal, “Perempuan dinikahi karena empat faktor; karena hartanya, nasabnya, kecantikannya, dan agamanya. Pilihlah perempuan yang kuat agamanya, maka engkau akan beruntung”. (HR. Abu Hurairah).

Dalam hadits tersebut terdapat empat kriteria yang dijadikan patokan kebanyakan orang dalam menentukan pilihannya. Namun, dalam pandangan agama Islam, perempuan yang beragama baik akan lebih membawa keberuntungan dalam sebuah rumah tangga daripada beristrikan perempuan yang tidak memiliki sifat dan sikap religius yang tinggi. Begitu pula, suami yang shalih dan beragama baik maka akan lebih membawa kebahagiaan dalam kehidupan berumah tangga daripada bersuamikan orang yang tingkat keteguhannya berpegang pada agama sangat minim. Itu artinya, sifat religius seseorang, baik laki-laki maupun perempuan adalah menjadi patokan yang bisa dijadikan barometer untuk menilai calon manakah yang sesuai dengan pilihan hati.

Kaitannya menjaga kebersihan hati dengan jodoh yang ideal dapat dicontohkan sebagai berikut. Bila hati kotor maka pilihannya akan jatuh pada pilihan yang salah, tertutup dari kebenaran dan akhirnya calon pasangan yang ia pilih tak memberi apapun  kecuali keburukan. Sebelum melangsungkan pernikahan tidak salah menentukan pilihan, hendaklah dimulai dari diri sendiri, perbaiki diri dan bersihkan hati. Selanjutnya pilihan akan sesuai dengan kondisi hatinya yang bersih itu. Jangan pernah libatkan nafsu dalam hal memilih pasangan, karena hal itu akan membuat kita menyesal kemudian hari. Semakin hati kita bersih dan istiqamah memperbaiki diri, maka pasangan kita pun tak akan jauh dari diri kita sendiri, karena jodoh adalah cerminan diri.

KEBAHAGIAAN YANG MANUSIA CARI

  • Kunci Hidup Bahagia

Pertama, beriman kepada Allah swt. Tiada kebahagiaan tanpa keimanan. Orang yang beriman dan bertakwa kepada Allah swt. pasti dijamin kehidupannya dan kebahagiaan akan menghampiri setiap saat. Kedua, kenali hakikat kehidupan. Ketika selesai mengerjakan sesuatu, maka segeralah kerjakan yang lain. Mengapa ? Tujuannya agar kebahagiaan kita dan waktu kita optimal. Setiap ada kesempatan, manfaatkanlah dengan baik. Ketiga, ubahlah kebiasaan negatif menjadi positif. Mulailah membiasakan diri untuk menghapus kebiasaan berpikir buruk yang mampu menghambat seseorang dekat dengan Allah swt. Keempat, rela memaafkan. Dengan memaafkan, hidup akan terlepas dari beban pikiran yang tak karuan. Daripada memikirkan kesalahan orang lain, lebih baik memikirkan bagaimana kehidupan mendatang lebih baik. Kelima, kenali kebahagiaan yang ada pada diri sendiri. Kebahagiaan itu kadang ada di depan mata, tetapi kita tidak tahu dan tidak pernah mengerti tentangnya. Sehingga terpaksa kita mencarinya di tempat yang jauh, di luar diri sendiri. Temukan kebahagiaan yang ada pada diri sendiri. Kebahagiaan adalah apabila seseorang berhasil memahami diri sendiri, mampu memanfaatkan potensi yang dianugerahkan Allah swt. pada dirinya. Pada akhirnya, kebahagiaan akan berwujud pada sikap syukur kita terhadap segala nikmat Allah swt.. Jangan pernah menyia-nyiakannya, namun manfaatkanlah secara optimal mencapai tujuan yang Allah swt. ridhai.

  • Petunjuk Menuju Kebahagiaan

Setidaknya ada tiga perkara yang memperlihatkan kebahagiaan seseorang. Bila ia mendapat kenikmatan, maka ia bersyukur. Bila mendapat ujian, maka ia bersabar. Bila ia berbuat dosa, maka ia segera beristighfar. Hasan al-Bashri pernah berkata, “Carilah kenikmatan dan kebahagiaan dalam tiga hal, yaitu shalat, berdzikir dan ketika membaca al-Qur’an. Jika kalian dapatkan, maka itulah yang diinginkan. Jika tidak kalian dapatkan dalam tiga hal itu, maka sadarilah bahwa pintu kebahagiaan sudah tertutup bagimu”. Dan yakinlah –berdasarkan kesepakatan para ulama bahwa– Islam adalah sumber kebahagiaan, agama yang menuntun umat manusia agar dapat meraih kebahagiaan sejati, baik di dunia maupun di akhirat kelak.

Judul buku      : Dahsyatnya Istikharah Media Allah Memberi Jawaban

Pengarang       : Imam Nawawi al-Maduri

Tebal               : 152 halaman

Penerbit           : Darul Hikmah Yogyakarta

Tahun Terbit    : 2014

Diresume oleh, Maulida Husna semester V

Leave a Reply