Bangsa Arab Sebelum Islam

Bangsa Arab Sebelum Islam

Dari segi bahasa, Arab itu memiliki arti tanah yang gundul, padang pasir yang kering kerontang tanpa ditumbuhi pepohonan yang membuatnya terlihat sangat gersang. Peranan bangsa Arab sangatlah besar, dimana semua itu didukung oleh letak geografis bangsa Arab yang sangat strategis.

Jazirah Arab dilihat dari arah manapun hanya dikelilingi dengan padang pasir yang sangat luas. Hal inilah yang membuat jazirah Arab itu sebagai benteng atau tembok pertahanan yang sangat kokoh dan kuat dari serangan musuh dari luar Arab. Kehidupan orang Arab menjadi bebas dan merdeka, apapun yang ingin mereka lakukan dapat dilaksanakan karena tidak adanya tekanan dari luar. Pada saat itu bangsa Arab diapit oleh dua imperium yang sangat kuat yakni, Byzantium (Romawi) dan Persia. Jika jazirah Arab tidak mempunyai padang pasir sebagai benteng yang kuat, otomatis bangsa Arab tidak akan mampu menahan serangan mereka, dan bangsa Arab sudah hancur jika kedua imperium ini menyerangnya.

Jazirah Arab yang begitu luasnya dibagi  tiga pembagian yang ditinjau dari segi silsilahnya.

Arab Ba’idah merupakan suku ‘Ad, Tasamud, Amaligah, Thasm, Jadis Amaim, Jurhum, Hadramaut dan yang berdekatan dengan mereka. Semua daerah ini memiliki kerajaan masing-masing yang membentang hingga Syam dan Mesir.

Arab Aribah mereka merupakan orang-orang Arab yang memiliki asal keturunan dari Yar’ub bin Yasyjub bin Qahthan, dimana mereka dikenal juga dengan sebutan Arab Qahthaniyah atau dikenal dengan sebutan Arab selatan. Yang termasuk diantara Arab selatan ini adalah kerajaan-kerajaan Yaman, kerajaan Ma’in, Saba’, dan Himyar.

Arab Adnaniyah merupakan sebutan kepada sekolompok golongan yang menisbatkan diri mereka kepada Adnan dimana nasab mereka ini merupakan keturunan yang berasal dari Nabi Ismail as. bin Ibrahim as. Mereka juga akrab dipanggil dengan sebutan Arab campuran yaitu dimana mereka terdiri dari beberapa golongan yang berbeda darah dan menikah dengan orang Arab. Yang termasuk dari Arab campuran ini yaitu mereka yang tinggal di Arab bagian Utara. Arab Utara ini memiliki sebuah kota yang sangat terkenal dan sangat bersejarah yaitu kota Makkah al-Mukarramah.

Kota Makkah merupakan kota yang sangat strategis. Karena Makkah merupakan jalur perdagangan yang dilewati oleh para pedagang dari Syam. Kota Makkah juga salah satu tempat untuk berziarah bagi orang-orang di jazirah Arab. Di dalamnya terdapat sebuah bangunan yang sangat disanjung-sanjung dan banyak orang yang mengunjunginya yaitu Ka’bah.  Mereka datang berziarah dan melaksanakan ibadah haji di kota Makkah.

Dataran Arab merupakan sebuah tanah yang sangat luas, memiliki berbagai macam kelompok dan beberapa kerajaan yang menaungi berbagai macam suku dan ras. Namun mereka juga memiliki agama yang berbeda-beda antara kelompok yang satu dengan kelompok yang lainnya. Agama yang dianut oleh masyarakatnya ini menunjukan sikap dan sifat mereka pada saat itu.

Mayoritas bangsa Arab itu menganut agama Ismailiyah. Nabi Ismail as. menyeru kepada masyarakat setempat untuk mengikuti ajaran yang dibawa oleh bapaknya yaitu nabi Ibrahim as., inti ajarannya yaitu tidak ada yang patut disembah, selain hanya kepada Allah swt. dan mengesakan-Nya. Hal ini terus didakwahkan Nabi Ismail kepada masyarakat untuk mengikuti ajaran bapaknya.

Seiring dengan berjalannya waktu, mulailah banyak terjadi penyimpangan yang dilakukan masyarakat. Bahkan sampai masyarakat melupakan akan ajaran-ajaran yang disampaikan Nabi Ismail as. kepada mereka. Walaupun banyak masyarakat yang menyimpang, tetapi masih ada sebagian kecil dari masyarakat yang masih memegang teguh ajaran dan syariat yang disampaikan Nabi Ismail kepada mereka sebelum ia meninggal dunia.

Saat itu, muncullah seseorang yang rajin ibadah, bersedekah, sering membantu masyarakat yang kesusahan yang bernama Amr bin Luhay. Tingkah lakunya tidak sedikit masyarakat yang simpati kepadanya dan mengikuti kata-katanya. Sampai Amr bin Luhay di kalangan masyarakat dikenal sebagai penyelamat, sebagai waliyullah, dan sebagian lagi memanggilnya sebagai orang yang sangat shaleh.

Pada suatu hari, Amr bin Luhay melakukan perjalanan panjang menuju kota Syam. Saat sampai di kota Syam, Amr bih Luhay heran melihat masyarakat kota Syam yang menyembah sesuatu yang dianggap sebagai Tuhan, dapat memberikan rizki, bisa mendengar semua perkataan mereka, dan mengabulkan semua permohonan mereka. Amr bin Luhay menanyakan apa yang mereka lakukan dan mendapat jawaban yang bagus dari masyarakat Syam yang menyembah berhala. Setelah mendengarkan jawaban itu, Amr bin Luhay menganggap semua itu benar dan baik. Karena kota Syam dulunya merupakan tempat bagi para Ahli Kitab dan terkenal juga sebagai kota tepat turunnya para nabi.

Saat Amr bin Luhay ingin pulang ke kota Makkah, dia meminta sebuah berhala dan membawanya kembali ke Makkah. Sesampainya di Makkah Amr bin Luhay menaruh berhala yang dia bawa di dalam ka’bah. Setelah menaruh berhala itu di ka’bah, Amr bin Luhay menyuruh kepada masyarakat Makkah untuk melakukan separti apa yang dilakukan oleh masyarakat Syam. Masyarakat mempertanyakan perihal terjadinya hal itu, dia lalu menceritakan apa yang dia lihat di Syam. Mendengar cerita Amr bin Luhay seperti itu, masyarakat menjadi percaya dan berhasil terpengaruh untuk mengikuti kata-katanya.

Berhala pertama yang dibawa oleh Amr bin Luhay diberi nama Hubal dan menjadikannya sebagai berhala yang paling besar. Mulai saat itulah masyarakat Makkah semakin tersesat dan menyembah berhala. Bukan hanya orang Makkah yang menyembah berhala, bahkan kesesatan ini semakin membesar sampai terjadi juga di kota Hijaz. Orang-orang Hijaz ikut menyembah berhala seperti apa yang dilakukan oleh masyarakat Makkah, mereka berpikir apa yang dilakukan oleh masyarakat Makkah itu merupakan sesuatu yang benar dan baik. Mereka orang Arab meyakini bahwa berhala yang bernama Hubal itu sebagai pemberi rizki dan mengabulkan semua doa. Yang lebih parah lagi mereka meyakini bahwa Hubal itu sebagai juru selamat bagi mereka.

Para penduduk kota Makkah dan Jazirah Arab memiliki tiga patung utama yang paling besar dan terdahulu, yaitu (1) Manat merupakan patung berhala yang di tempatkan di Musyallal di tepi Laut Merah, didekat Qudaid. (2) patung berhala yang bernama Latta yang diletakkan di Thaif. (3) patung terakhir ini bernama Uzza yang diletakkan di Wadi Nakhlak. Semenjak kemunculan ketiga patung lagi, kemusyrikan semakin merajalela di Jazirah Arab. Bahkan di setiap perkampungan, setiap suku, setiap kota memiliki patung berhala sendiri yang selalu disembah dan tempat mereka mengadu nasib, berdoa, dan menceritakan semua masalah yang sedang menimpa mereka.

Setiap orang yang datang untuk berziarah ke kota Makkah yang memiliki Ka’bah di dalamnya, ketika mereka akan pulang ke kampung halaman sendiri di berikan patung untuk ditaruh di rumah dan kampungnya. Begitu juga ketika Rasulullah saw. melakukan Fathu Makkah, beliau menemukan 360 patung yang mengelilingi Ka’bah. Rasulullah saw. menyuruh para sahabat untuk menghancurkan semua patung yang mengelilingi Ka’bah. Bahkan beliau menyuruh sahabat membuang semua patung itu dan dihancurkan sampai tiada yang tersisa satu pun.

Bangsa Arab yang melakukan penyembahan terhadap berhala-berhala dan yang melakukan kemusyrikan inilah yang menjadi fenomena yang sangat besar dari agama orang-orang jahiliyah saat itu. Meski demikian, mereka tetap menganggap apa yang dilakukannya itu benar, dan menganggap diri mereka berada dalam agama yang benar. Padahal apa yang mereka lakukan itu sangat jauh berbeda dengan ajaran nenek moyang mereka yaitu Nabi Ibrahim as. yang selalu mengajarkan menyembah kepada Allah swt. dan mengesakan-Nya.

Orang jahiliyah memiliki beberapa cara dalam melakukan penyembahan berhala yang mana semua cara itu diciptakan oleh Amr bin Luhay. Sebagian orang menganggap bahwa apa yang dibawa dan yang diciptakan oleh Amr bin Luhay itu merupakan sesuatu yang baik dan benar, serta tidak merubah agama nenek moyangnya nabi Ibrahim as. Cara penyembahan itu ada tiga:

  1. Mereka berkomat-kamit sambil mengelilingi berhala itu, sambil meminta pertolongan saat mereka mendapatkan kesusahan. Mereka berdoa dengan penuh keyakinan, seakan-akan berhala itu bisa memberikan mereka pertolongan.
  2. Jika mereka ingin melaksanakan haji dan umrah, maka mereka cukup dengan mengelilingi berhala itu sambil bersujud dan merunduk di hadapan berhala-berhala yang mengelilingi Ka’bah.
  3. Mereka menyembelih hewan-hewan di sekitar Ka’bah dengan niat bertaqarrub atau mendekatkan diri kepada Tuhan mereka.

Pada masa sebelum datangnya Islam kebiasaan orang Arab yaitu mengundi nasib dengan menggunakan anak panah dan mereka sangat memercayai hasil dari undian itu. Anak panah yang digunakan oleh orang Arab untuk mengundi nasib ada tiga jenis. Jenis yang pertama yaitu ada tanda “ya”, dan satu lagi ada tanda “tidak”. Dengan jenis yang pertama ini mereka menggunakannya untuk mengundi nasib berkaitan dengan apa yang dikehendakinya. Di antara hal yang diundikan ialah jika ingin berpergian, menikah, atau yang lain-lainnya. Jika anak panah itu menunjukkan kepada tanda “ya” maka mereka melakukannya, namun jika anak panah itu menunjukan kepada kata “tidak”, maka mereka tidak jadi pergi atau melakukannya akan tetapi mereka menangguhkannya sampai datang tahun depannya.

Jenis anak panah yang kedua yaitu “dari golongan kalian” atau “ bukan dari golongan kalian” atau “anak angkat”. Orang Arab jika mempermasalahkan masalah nasab maka mereka menggunakan anak panah yang jenis kedua. Dimana anak panah yang jenis kedua ini berada di berhala Hubal. Jika mereka ingin menggunakan anak panah jenis kedua ini, harus disertai dengan membawa seratus unta yang diberikan kepada pengundi anak panah. Jika yang keluar dari hasil undian bahwa anak itu “dari golongan kalian”, maka orang tersebut merupakan dari golongan mereka, dan jika yang keluar dari hasil undian anak panah itu adalah “bukan dari golongan kalian”, maka orang tersebut dianggap hanya sebatas teman atau persekutuan, dan jika yang keluar dari hasil undian itu adalah tanda “anak angkat”, maka anak tersebut hanya sebatas anak angkat bukan keluarga dan tidak bisa diduduki sebagai teman persekutuan.

Tidak jauh dari semua hal tadi merupakan perjudian dan undian. Mereka juga memberikan daging kurban yang telah mereka sembelih menggunakan hasil undian anak panah.

Orang Arab selain percaya akan hasil undian anak panah, mereka juga mempercayai para normal, peramal, dan ahli nujum. Peramal merupakan orang yang bisa mengabarkan mengenai hal apa saja yang akan terjadi di masa mendatang. Mereka juga memercayai bahwa peramal bisa mengetahui semua hal gaib yang akan terjadi di masa yang akan datang. Dari sebagian peramal pada masa itu mengakui bahwa mereka memiliki pengikut dari bangsa jin yang memberitahukan kepada mereka sesuatu yang akan terjadi. Orang-orang seperti ini dinamakan dengan ‘arraf atau paranormal.

Ahli nujum merupakan orang yang mengetahui tentang perbintangan dan planet. Mereka menghitung bintang-bintang untuk menentukan perjalanan waktu dan peredarannya. Mereka juga menghitung bintang dan planet untuk menentukan peristiwa yang akan terjadi di dunia ini pada masa yang akan datang. Apabila ada hujan yang turun maka mereka mengatakan “hujan yang turun kepada kami berdasarkan bintang ini dan bintang itu.”

Meskipun sikap dan kelakuan bangsa Arab seperti itu, masih ada ajaran nabi Ibrahim as. yang mereka lakukan di antaranya pengagungan terhadap Ka’bah, thawaf di sekelilingnya, haji, umrah, wukuf di Arafah dan Muzdalifah. Semua di atas tadi menggambarkan kemusyrikan bangsa Arab. Sebelum bangsa Arab menyembah berhala mereka juga pernah diajarkan agama Yahudi, Masehi, Majusi, Shabi’ah.

Agama Yahudi masuk ke Yaman dibawa oleh As’ad Abu Karib.  As’ad Abu Karib pada awalnya pergi ke daerah Yatsrib. Sesampainya di sana, ia memeluk agama Yahudi. Setelah beberapa lama di Yatsrib dia pulang dengan membawa dua orang pemuka agama Yahudi dari Bani Quraizhah, yang mengajarkan agama Yahudi kepada masyarakat Yaman sehingga mereka banyak yang mengikuti agama Yahudi. Setelah As’ad meninggal dunia ia digantikan oleh anaknya yang bernama Yusuf Dzu Nuwas untuk menyebarkan agama Yahudi. Dzu Nuwas memerangi Najran dan memaksa semua penduduknya untuk memeluk agama Yahudi namun mereka menolak, sampai Dzu Nuwas membuat parit dan membakar mereka semua hidup-hidup sampai tidak ada lagi yang tersisa.

Sedangkan agama Nasrani masuk ke jazirah Arab lewat pendudukan orang-orang Habasyah dan Romawi. Orang-orang Habasyah pertama kali masuk ke Yaman pada tahun 340 Masehi. Setelah beberapa waktu agama Nasrani masuk ke Yaman, datanglah seseorang yang zuhud dan doanya senantiasa dikabulkan, dia juga memiliki karamah. Orang inilah yang membawa agama Masehi ke Yaman. Masyarakat Yaman melihat tanda-tanda kejujuran dan kebenaran di dalam agama yang ia bawa, sampai banyak masyarakat mengikuti agama yang ia bawa. Saat Abrahah menduduki Yaman dia sangat mendukung penyebaran agama Masehi, sampai-sampai dia membuat sebuah gereja. Gereja yang dibangun saat pendudukan Abrahah di Yaman diberi nama Ka’bah Yaman. Abrahah menginginkan semua bangsa Arab untuk melakukan haji ke Ka’bah yang baru ia buat, dan Abrahah berniat untuk menghancurkan Ka’bah di Makkah.

Bangsa Arab pada masa jahiliyah melakukan sebuah perbuatan yang sangat bodoh yaitu membunuh anak hidup-hidup jika istrinya melahirkan anak perempuan. Mereka beranggapan bahwa anak perampuan itu hanya membawa sial dan halangan untuk keluarga. Mereka juga merasa kabilah atau keluarga mereka paling baik. Bangsa Arab sering melakukan peperangan antara kabilah satu dengan kabilah yang lain untuk menunjukkan kedudukan kabilahnya di hadapan kabilah yang lain.

Salah satu kabilah yang disegani dan dipercaya sebagai pemegang kunci Ka’bah adalah Bani Muthalib. Bani Muthalib dikenal dan disegani diantara bani-bani yang ada di Makkah. Dari bani inilah lahirlah seorang bayi yang membawa perubahan bagi bangsa Arab dan membawa kebenaran yang hakiki.

Referensi

Syaikh Shafiyurrahman al-Mubarakfuri, Sirah Nabawiyah, (Riyadh: Darussalam,1997)

Dr. Ali Muhammad Ash-Shalabi, Sirah Nabawiyah, Ulasan Kejadian dan Analisa Peristiwa Dalam Perjalanan Hidup Nabi Muhammad SAW, (Surakarta: Insan Kamil, 2014)

Oleh : Abdul Nahan semester V

Leave a Reply