Abbas bin Abdul Muthalib: Pahlawan di Balik Layar Sejarah Awal Islam

Abbas bin Abdul Muthalib: Pahlawan di Balik Layar Sejarah Awal Islam

WWW.MAHADALYJAKARTA.COM- Al Abbas bin Abdul Muthalib atau yang kerap disebut Ibnu Abbas adalah seorang tokoh yang memiliki peran penting dalam sejarah awal Islam. Sebagai paman sekaligus sahabat Nabi Muhammad SAW, Al Abbas memegang peranan kunci dalam peristiwa-peristiwa penting dalam kehidupan Nabi dan perkembangan Islam awal. Dalam artikel ini, kita akan membahas tentang kehidupan dan kontribusi Al Abbas bin Abdul Muthalib dalam peristiwa-peristiwa penting pada masa itu.

  •  Keluarga dan Latar Belakang

Al Abbas bin Abdul Muthalib lahir di Mekah, Arab Saudi, sekitar tahun 567 M. Dirangkum dari buku Ensiklopedia Biografi Sahabat Nabi oleh Muhammad Raji Hasan Kinas, ia adalah putra dari Abdul Muthalib, kepala suku Hashim dan kakek dari Nabi Muhammad SAW. Sebagai anggota keluarga Hashim, Al Abbas dibesarkan dalam lingkungan yang penuh dengan nilai-nilai kebangsawanan dan kejujuran.

Dirangkum dari buku Edisi Indonesia: Tokoh-tokoh Besar Islam Sepanjang Sejarah oleh Muhammad Sa’id Mursi, selama tinggal di Makkah, Al-Abbas menyembunyikan keislamannya. Ia selalu menulis surat kepada Nabi Muhammad SAW dan memberikan informasi tentang orang-orang kafir Quraisy di Makkah. Ketika Perang Badar terjadi, Nabi Muhammad SAW melarang kaum muslim untuk membunuh Abbas bin Abdul Muthalib.

Al-Abbas menikah dengan Lubabah al-Kubra, putri dari Harits bin Hazn al-Hilaliyah, yang dikenal dengan panggilan “Ummu al-Fadhal.” Dari pernikahan ini, mereka dikaruniai sepuluh putra, di antaranya Al-Fadhal, Ubaidillah, Qutsam, Abdurrahman, Ma’bad, Al-Harits, Katsir, Aun, dan Tammam.

Pendapat lain menyebutkan Ummul Fadhl istri Abbas adalah perempuan kedua yang masuk Islam. Setelah hijrah, Nabi Muhammad SAW memerintahkan putrinya, Zainab, yang telah menjadi Muslimah untuk berpisah dari suaminya, Abu al-‘Ash, karena pada saat itu ia belum masuk Islam.

Dengan peristiwa tersebut, menunjukkan hukum wajibnya berpisah antara perempuan muslim dengan suaminya yang kafir setidaknya berlaku setelah hijrah. Oleh karena itu, jika Abbas adalah salah seorang yang Musyrik dan menjadi keniscayaan Nabi Muhammad saw seharusnya beliau memisahkannya dengan istrinya.

  • Bukti kesetiaan dan dukungan kepada Rasulullah SAW

Selama kehidupannya, Al Abbas bin Abdul Muthalib terkenal karena kesetiaan dan dukungannya terhadap Nabi Muhammad SAW. Meskipun ada saat-saat sulit, termasuk ketika Nabi dan para pengikutnya dikejar dan diserang oleh musuh-musuh mereka, Al Abbas selalu berada di samping Nabi untuk memberikan dukungan moral dan material.

Salah satu momen penting dalam sejarah Islam adalah peristiwa Isra dan Mi’raj, di mana Nabi Muhammad SAW melakukan perjalanan malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa dan kemudian ke langit ketujuh. Al Abbas bin Abdul Muthalib memiliki peran penting dalam memfasilitasi perjalanan ini, baik dalam memberikan dukungan moral maupun logistik kepada Nabi.

Dijelaskan pula dalam satu buku bahwasanya pada peristiwa perjanjian Hudaibiyah yakni perjanjian damai antara kaum Muslim dan Quraisy yang ditengahi oleh Nabi Muhammad SAW. Al Abbas bin Abdul Muthalib merupakan salah satu perwakilan dari kaum Quraisy dalam perjanjian ini dan turut berperan dalam menjalin kesepakatan yang menguntungkan kedua belah pihak.

Abbas bin Abdul Muthalib terkenal dengan sosoknya yang memiliki ide cemerlang, suara yang lantang, cerdas, dermawan, toleran, dan sangat membenci perbudakan. Suatu hari, ia membeli 70 budak, dan kemudian ia memerdekakan semua budak itu.

Dalam perang Badar pula, yakni pertempuran penting antara Muslim dan Quraisy, Al Abbas bin Abdul Muthalib juga memainkan peran signifikan. Meskipun awalnya dia berada di pihak Quraisy, dia akhirnya memilih untuk bergabung dengan kaum Muslim dan memberikan dukungan strategis yang kuat dalam pertempuran tersebut.

  • Akhir Hayat Al Abbas bin Abdul Muthalib 

Al Abbas bin Abdul Muthalib meninggal dunia pada tahun 653 M di Mekah. Abbas Bin Abdul Muththalib meninggal dunia pada hari Jumat,14 Rajab 32 H. Di masa kekhalifahan Utsman pada usia 88 atau 89 tahun.

Warisan dan kontribusinya dalam sejarah awal Islam tetap diingat dan dihargai oleh umat Islam hingga saat ini. Di hari kematiannya, Utsman bin Affan RA ikut menshalati jenazahnya. Peristiwa ini terjadi sekitar dua tahun sebelum terbunuhnya Utsman bin Affan RA.

Dengan demikian, Al Abbas bin Abdul Muthalib adalah tokoh yang tidak hanya memiliki hubungan keluarga yang dekat dengan Nabi Muhammad SAW, tetapi juga memainkan peran penting dalam berbagai peristiwa penting dalam sejarah awal Islam. Kontribusinya sebagai pendukung setia dan strategis terhadap Nabi serta dalam memperjuangkan Islam membuatnya dihormati dalam sejarah Islam.

 

Referensi

Al-Balādhurī, Aḥmad ibn Yaḥyā, Ansāb al-Ashrāf, jilid 3 (Kairo: Dār al-Fikr, 1996).

Ibn Ḥabīb, Al-Muḥabbar (Beirut: Dār al-Āfāq al-Jadīdah, 1985).

Al-Balādhurī, Aḥmad ibn Yaḥyā, Ansāb al-Ashrāf, jilid 1 (Kairo: Dār al-Fikr, 1996).

Aḥmad ibn Abī Yaʿqūb, Tārīkh al-Yaʿqūbī, jilid 1 (Beirut: Dār Ṣādir, 1960).

Ibn Qutaybah, Al-Maʿārif (Beirut: Dār al-Kutub al-‘Ilmīyah, 1992).

Ibn Saʿd, Al-Ṭabaqāt al-Kubrā, jilid 4 (Beirut: Dār Ṣādir, 1957).

Ibn Hishām, Al-Sīrah al-Nabawiyyah, jilid 2 (Beirut: Dār al-Kutub al-‘Ilmīyah, 1990).

Syaikh Muhsin bin Ali-Tanukhi, Setelah Kesulitan Ada Kemudahan (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2013).

Ibnul Jauzi, Al-Wafa: Kesempurnaan Pribadi Nabi Muhammad (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2018).

Kontributor:  Muhammad Abdul Ma’ruf Ali

Editor: Kurniawati Musoffa

Leave a Reply