Tsabit bin Qais: Orator Unggul Sang Jubir Rasul

Tsabit bin Qais: Orator Unggul Sang Jubir Rasul

Rasulullah saw., memiliki banyak sahabat dengan berbagai keahlian dan julukan. Tsabit bin Qais adalah salah seorang sahabat rasul yang juga merupakan pemimpin kaum Ansar yaitu penduduk asli kota Madinah yang memberi tempat berlindung bagi kaum Muhajirin. Dengan suaranya yang lantang dan jelas ia mendapat gelar sebagai juru bicara dan juru tulisnya Rasulullah saw. Ketika Rasulullah saw., dan kaum Muhajirin tiba di kota Madinah, Tsabit bin Qais mewakili kaum Ansar dengan tegas mengatakan: “Kami akan melindungi engkau sebagaimana kami melindungi diri kami dan anak-anak kami. Jika demikian apa balasannya bagi kami?” Rasulullah saw., bersabda: “Balasan bagi kalian adalah surga.” Orang-orang Ansar menjawab: “Kami rela (dengan balasan itu).” (HR Al-Hakim).

Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah saw., bersabda: “Sebaik-baiknya laki-laki adalah Tsabit bin Qais bin Syammas.” Dikisahkan pada tahun 9 H yang dikenal dengan tahun utusan datang kelompok Bani Tamim yang ingin membanggakan kelompok mereka di depan Rasulullah. Maka mereka mengutus Utharib bin Hijab untuk berorasi. Tatkala selesai dengan orasinya, rasul mengutus Tsabit bin Qais untuk berorasi sehingga terdengar kalimat pujian indah yang keluar dari kedua celah bibirnya Tsabit bin Qais “Alhamdulillah, segala puji bagi Allah langit dan bumi adalah ciptaan-Nya, dan titahnya telah berlaku padanya, ilmu-Nya meliputi kerajaan-Nya. Tidak satu pun yang ada, kecuali karunia-Nya. Kemudian dengan kodrat-Nya juga dijadikan-Nya kita golongan dan bangsa-bangsa dan dia telah memilih dari makhluk-Nya yang terbaik sebagai Rasul-Nya berketurunan, berwibawa, jujur, dibekali Al-Qur’an, dibenahi amanah, membimbing ke jalan persatuan umat. Dialah pilihan Allah dari yang ada di alam semesta. Kemudian ia menyeru manusia agar beriman kepadanya, maka berimanlah orang-orang yang termulia keturunannya dan yang paling baik amal perbuatannya. Setelah itu, kami orang-orang Ansar adalah yang pertama pula memperkenankan seruannya. Kami adalah pembela-pembela agama Allah dan penyokong-penyokong Rasul-Nya.”

Seketika kelompok Bani Tamim terkagum-kagum mendengar untaian orasi dari Tsabit bin Qais. Diriwayatkan bahwa istri Tsabit yaitu Jamilah binti Abdullah bin Ubay bin Salul yakni anak dari tokoh munafik terkenal di Madinah menggugat cerai Tsabit sehingga muncul istilah Khulu’ dalam syariat Islam. 

Dikala turun Q.S. Luqman ayat 14 yang berbunyi: 

وَ لَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَ لَا تَمْشِ فِي الْأَرْضِ مَرَحًا إِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُوْرٍ

“Dan janganlah kamu memalingkan wajahmu dari manusia (karena sombong) dan janganlah berjalan di muka bumi ini dengan angkuh. Sungguh Allah tidak menyukai orang yang sombong dan membanggakan diri.”

Tsabit masuk ke rumahnya lalu mengunci pintu dan duduk menangis di dalam rumahnya selama beberapa waktu. Ketika berita itu sampai ke telinga Rasulullah maka rasul memanggilnya dan bertanya kepadanya, Tsabit menjawab: “Wahai Rasulullah aku sangat menyukai pakaian yang indah dan alas kaki yang bagus, aku takut hal itu akan membuatku menjadi orang yang sombong” Rasulullah saw., tersenyum menanggapi jawaban Tsabit “Engkau tidak termasuk ke dalam golongan mereka, bahkan sebaliknya engkau hidup dalam kebaikan, wafat dalam kebaikan dan Allah akan memasukkan engkau ke dalam surga.” 

Dan ketika turun Q.S. Al-Hujurat ayat 2 yang berbunyi: 

يٰآ أَيُّهَا الَّذِيْنَ أٰمَنُوْا لَا تَرْفَعُوْآ أَصْوَاتَكُمْ فَوْقَ صَوْتِ النَّبِيِّ وَ لاَ تَجْهَرُوا لَهُ بِالْقَوْلِ كَجَهْرِ بَعْضِكُمْ لِبَعْضٍ أَنْ تَحْبَطَ أَعْمَالُكُمْ وَ أَنْتُمْ لَا تَشْعُرُوْنَ

“Wahai orang-orang yang beriman janganlah kalian meninggikan suara kalian diatas suara nabi, dan janganlah kalian berkata kepadanya dengan suara yang keras sebagaimana kerasnya suara sebagian kalian kepada sebagian yang lain, nanti (pahala) amal kalian akan terhapus sedangkan kalian tidak menyadarinya.”

Tsabit masuk ke rumahnya dan mengunci pintunya lagi serta duduk sambil menangis di dalam rumahnya. Rasulullah pun merasa kehilangan Tsabit karena tidak muncul dalam beberapa waktu. Seorang sahabat berkata: “Aku akan mencarinya untukmu wahai Rasulullah.” Sahabat itu bertanya: “Kenapa kamu bersedih wahai Tsabit?” Tsabit berkata: “Aku adalah orang yang bersuara keras dan pernah meninggikan suaraku di atas suara Rasulullah, apakah dengan ini amalku akan gugur dan aku termasuk ahli neraka?” Kemudian sahabat itu mengabarkan kondisi Tsabit tersebut kepada Rasulullah. Akhirnya Rasulullah menerangkan ayat tersebut dan menenangkan Tsabit seraya bersabda: “Engkau tidak termasuk bagian di antara mereka bahkan engkau hidup dalam kebaikan dan engkau akan berperang hingga gugur sebagai syahid dan Allah akan memasukkanmu ke dalam surga.”

Tsabit bin Qais adalah sahabat yang unggul dalam berorasi dan amat piawai dalam berperang. Ia selalu mengikuti perang bersama Rasulullah kecuali perang badar. Hingga suatu ketika tiba perang melawan orang murtad di bawah pimpinan Musailamah Al Kadzab yang kita kenal dengan sebutan perang Yamamah. Tsabit menjadi panglima perang kaum Anshor sedangkan Salim maula Abi Hudzaifah menjadi panglima dari kaum Muhajirin dengan panglima tertingginya adalah Khalid bin Walid. 

Di setiap laga pertempuran terlihat keunggulan pasukan Musailamah atas pasukan muslimin, sehingga mereka bisa maju menguasai markasnya Khalid bin Walid, dan hampir saja istrinya Khalid bin Walid terbunuh. Bahkan pasukan Musailamah memporak-porandakan markas tersebut sehingga membuat kaum muslimin ketakutan. Tsabit melihat kaum muslimin yang satu dengan kaum muslimin yang lainnya saling melemahkan sehingga membuat Tsabit sedih. Orang-orang kota menuduh orang-orang desa lemah dan pengecut, begitu juga sebaliknya orang-orang desa menuduh orang-orang kota tidak piawai dalam menggunakan senjata. 

Seketika itu Tsabit mengambil kain kafannya dan berdiri di depan pasukan muslimin seraya berkata: “Wahai kaum muslimin, ini bukanlah perang yang diajarkan oleh Rasulullah, keadaan ini sangatlah buruk karena kalian sekarang membiarkan musuh kalian melakukan hal ini kepada kalian dan kalian menjadikan diri kalian pengecut di depan musuh-musuh kalian.” Kemudian Tsabit mengangkat kedua tangannya dan berdoa, “Ya Allah, sesungguhnya aku berserah diri kepadamu dari apa yang Musailamah dan pasukannya lakukan, aku juga berserah diri dari apa yang dilakukan oleh kaum muslimin.”

Kemudian, Tsabit maju ke barisan terdepan, bahu-membahu bersama Al-Barra bin Malik Al-Anshari, Zaid bin Al-Khattab, dan Salim maula Abi Hudzaifah. Tsabit menunjukkan semangat yang luar biasa, sehingga memacu kobaran semangat semua pasukan Muslimin, membuat Musailamah dan pasukannya mulai ketakutan. Tsabit terus mengayunkan pedangnya demi kemenangan Islam, hingga aksi patriotiknya terhenti oleh luka-luka yang dideritanya. Tsabit gugur sebagai syahid, sebagaimana yang dijanjikan oleh Rasulullah saw. Gugurnya Tsabit dan para sahabat lainnya menjadi pekikan dahsyat yang memantik semangat kaum Muslimin untuk menumpaskan pasukan Musailamah. Bersamaan dengan gugurnya Tsabit, kemenangan dalam Perang Yamamah diraih oleh pasukan Muslimin.

Dalam perang ini Tsabit menggunakan baju besi yang berharga. Ketika ada seorang muslim yang melewati jasadnya Tsabit mengambil baju besi itu dan menyimpannya. Malam kedua setelah gugurnya Tsabit, seorang muslim bermimpi bertemu dengannya, Tsabit berkata: “Apakah kamu mengenalku?” Muslim itu menjawab: “Ya.” Tsabit berkata: “Aku berwasiat kepadamu bahwa dengan mimpi ini kamu tidak akan menyia-nyiakannya. Setelah aku gugur dalam perang ada seorang muslim yang ciri-cirinya seperti ini telah mengambil baju besi milikku dan membawanya ke tendanya yang terletak diujung markas. Baju besi itu disimpannya di bawah sebuah bejana dan kemudian ditutup dengan pelana. Pergilah menghadap kepada Khalid bin Walid dan katakan padanya agar ia mengutus seseorang untuk mengambil baju besi itu. Katakan juga kepada Khalid bahwa aku mendengar orang-orang Madinah berkata sesungguhnya aku memiliki hutang sekian dan hamba sahaya ku perlu merdeka. Hendaknya ia membayar hutangku dan memerdekakan hamba sahaya.” Muslim itu terbangun dan langsung menceritakan mimpinya kepada Khalid bin Walid. Ia langsung mengutus seseorang untuk mengambil baju besi itu dari orang yang mengambilnya, dan utusannya itu kembali dengan membawa baju besi tersebut. Ketika Khalid bin Walid kembali ke Madinah ia menemui Khalifah Abu Bakar As-Siddiq dan menceritakan wasiat dari Tsabit bin Qais sehingga Abu bakar langsung menjalankan wasiatnya itu. 

Tidak pernah ada baik sebelum maupun sesudah Tsabit bin Qais yang memberikan wasiat setelah wafatnya. Tsabit bin Qais merupakan orator yang unggul dan panglima yang pemberani serta memiliki jiwa yang selalu rindu untuk kembali kepada Allah. Para sahabat mengenalnya sebagai ahli surga yang berjalan di bumi, bahkan Imam Anas berpendapat sebagaimana riwayat dalam Shahih Muslim, “Kami memandangnya sebagai lelaki penghuni surga yang berada di tengah kami.” Wallahu a’lam.

Referensi:

Khalid Muhammad Khalid, Rijalun haular rasul, Terj. Agus Suwandi, Jakarta Timur: Ummul Quro, 2013.

Abu Abdillah Adz Dzahabi, Siyar A’lam An Nubala, Lebanon: Baitul Afkar Ad-Daulah, 2004.

Ibnu Atsir, Asadul Ghabah fi ma’rifati shohabah, Jawa Barat: Dar Ibnu Hazm, 2012.

Abu Husain Muslim, Shahih Muslim, Saudi Arabia: Darussalam, 2000.

Abu Abdillah Muhammad bin Ismail, Shahih Bukhari, Beirut: Dar Ibnu Katsir, 2002.

Dsy, Tsabit bin Qais Sahabat yang berwasiat setelah kematiannya, https://jernih.co/spiritus/tsabit-bin-qais-sahabat-yang-berwasiat-setelah-kematiannya/, diakses pada 28 Februari pukul 06.01 WIB.

Redaktur, Tsabit bin Qais Mengkhawatirkan Amalannya Terhapus, https://majalahassunnah.net/syakhshiyah/tsabit-bin-qais-%D8%B1%D8%B6%D9%8A-%D8%A7%D9%84%D9%84%D9%87-%D8%B9%D9%86%D9%87-mengkhawatirkan-amalannya-terhapuskan/?amp=1, diakses pada 01 Maret pukul 05.43 WIB.

Kontributor: M. Wildan Saputra, Semester II

Editor: Kurniawati Musoffa

Leave a Reply