Taqwa Rizkianto; “Apa Sih yang Menjadi Motivasi agar Kita Rajin Menulis?”

Taqwa Rizkianto; “Apa Sih yang Menjadi Motivasi agar Kita Rajin Menulis?”

Dalam dunia kepenulisan, sering ditanyakan apa itu tujuan menulis. Apakah agar bisa menjadi orang kaya, terkenal atau agar diundang dan pergi ke mana saja? Tanya kak Taqwa Rizkianto kepada para audiens dalam Seminar “Sayembara Santri Menulis Fiksi” di Pendopo Pondok Pesantren Ashsiddiqqiyah Jakarta pada Sabtu (10/12).

“Setidaknya ada tiga hal yang menjadi motivasi agar kita rajin menulis, diantaranya berbagi, menghibur dan  menginspirasi”. Ungkap laki-laki asal Jakarta itu. Pertama, yaitu berbagi dengan menulis kita bisa membagikan karya dan pengalaman kepada orang lain.

Kedua, menghibur. Dengan menulis kita bisa menghibur diri sendiri dan orang lain yaitu dengan mengisi waktu kosong. Misalnya saja ketika kita mengalami sebuah peristiwa dan merasa galau. Peristiwa itu bisa dituangkan dalam bentuk tulisan sehingga menghilangkan rasa jenuh yang ada di pikiran. Hasilnya karya itu bisa dibaca dan dinikmati banyak orang.

Yang terakhir yaitu menginspirasi. Dari tulisan kita bisa menginspirasi banyak orang. Poin ketiga ini menjadi poin paling penting dalam menulis. Jelas alumni English Friend-Indonesia itu.

Ada berbagai jenis karya tulis fiksi diantaranya ada cerita pendek, novel, komik, dan dongeng. Adapun tujuan pembelajaran ini adalah menambah pengetahuan, keterampilan, membentuk karakter, dan sebagai sarana hiburan.

Melanjutkan materinya, ada dua unsur dalam fiksi yaitu unsur intrinsik dan ekstrinsik. Unsur intrinsik diantaranya ada tema, alur, tokoh, latar, konflik, sudut pandang, dan percakapan. Adapun unsur ekstrinsik; bisa berupa kondisi sosial, motivasi, dan tendensi yang mendorong dan mempengaruhi seseorang.

Lalu kenapa bisa dituangkan dalam bentuk tulisan?  “Karena adanya pengaruh dari wawasan, serta pengaruh pola pikir dari seorang penulis dan kita bisa tahu seperti apa jalannya pikiran seorang penulis.” Tambah kak Rizki.

Latihan menulis diibaratkan seperti sedang menanam pohon. “Kita bisa memetik hasil dari pohon penulisan itu setelah dua puluh tahun”  Namun dalam kurun lima-enam tahun sebenarnya kita bisa memetik hasil dari pohon penulisan ini, jika kita benar-benar menekuninya.

Tentu tidak mudah, Karena akan ada hambatan yang mewarnai latihan kepenulisan ini. Hal inilah yang membuat kita lupa untuk merawat pohon itu sehingga menyebabkan buah tidak bisa dipanen pada waktunya. “Ulama-ulama terdahulu membuat dan membukukan tulisannya. Sehingga sekarang mereka tetap dikenal melalui karya-karyanya.” Pungkas alumni Universitas Esa Unggul Jakarta itu.

Pewarta: Robiah, Semester III

Leave a Reply