Talkshow Kepenulisan: Membangun Kebiasaan Menulis

Talkshow Kepenulisan: Membangun Kebiasaan Menulis

Ma’had Aly – Talkshow kepenulisan yang berlangsung membersamai launching buletin “Atsaruna” Departemen KOMINFO BEM Ma’had Aly Sa’iidusshiddiiyah Jakarta pada Sabtu malam (21/05) berjalan dengan lancar bertempat di perpustakaan Asshiddiqiyah Jakarta. Dalam kesempatan ini, Muhammad Abror selaku pemateri pada acara talkshow kali ini membawakan materi berjudul “Membangun Kebiasaan Menulis”.

Memahami terkait dunia literasi terutama tulis-menulis merupakan suatu hal yang sangat penting bahkan wajib bagi kalangan mahasantri. Hal ini bisa dilihat dari berbagai tugas yang biasa diberikan oleh seorang dosen kepada para mahasiswanya, baik tugas harian berupa makalah, maupun tugas akhir berupa skripsi yang dalam hal ini sangat membutuhkan wawasan dan pengetahuan lebih tentang kepenulisan.

Namun, dalam kesempatan tersebut mahasantri semester 8 itu tidak membahas terkait tata cara dan praktik terkait kepenulisan karena materi tersebut sudah banyak berceceran di media sosial. Akan tetapi, lebih ke pembahasan tentang sebuah kebiasaan yang seringkali tidak disadari mampu menghasilkan sesuatu yang sangat bermanfaat, terutama di dunia kepenulisan.

Mulanya, Kak Abror menjelaskan terkait pengambilan judul materi yang disampaikan, yakni “Membangun Kebiasaan Menulis”, di mana setiap kata tersebut memiliki makna masing – masing.

Menurutnya, menulis memang sudah menjadi kebiasaan kita yang notabene seorang mahasantri. Hanya saja, belum terbangun menjadi sebuah aktifitas yang fashionable, sehingga kita menikmati aktifitas tersebut. Oleh karenanya, membangun minat kepenulisan menjadi sebuah kebiasaan sangat perlu dilakukan.

Kata selanjutnya yaitu kebiasaan. Seperti yang sudah terangkum sebelumnya, bahwa menulis memang sudah menjadi kebiasaan kita. Namun, belum menjadi kebiasaan yang produktif. Karena kita hanya akan melakukan kegiatan menulis tersebut hanya apabila mendapat tugas saja.

Jika dikalkulasikan, seorang mahasantri mempunyai waktu 7.200 jam bahkan lebih untuk menulis tugas-tugasnya dalam kurun waktu 20 tahun. Dan menurut riset, Ide Malcon mengatakan bahwa seseorang bisa jago di suatu bidang membutuhkan waktu kurang lebih 10.000 jam. Bahkan Bill Gates membutuhkan waktu hampir 10.000 jam untuk bisa menghasilkan sebuah karya yang luar biasa yaitu Microsoft.

“Seorang Bill Gates punya kebiasaan 10.000 jam untuk menghasilkan karya yang mendunia yang hampir seluruh orang menggunakannya. Nah, kita yang sudah menulis lebih dari 10.000 jam tetapi tidak menghasilkan kebiasaan yang produktif. Belum punya mindset, belum bisa membangun mindset menulis yang cakap. Kenapa?” tanyanya kepada audiens.

Dalam pemaparannya, mahasantri asal Brebes itu menjelaskan beberapa alasan klasik yang membuat orang itu malas untuk menulis, di antaranya:

  • Bingung mulai dari mana, susahnya 17 setan. Artinya, ketika hendak menulis, seseorang akan bingung memulainya. Mulai dari pemilihan tema, angel yang diangkat, bahkan kalimat pertama yang akan ditulis olehnya.
  • Nggak ada waktu. Ini adalah alasan klasik yang sering digunakan sebagai alasan.
  • Bingung mau nulis apa karena tidak ada wawasan.
  • Bukan gue banget!
  • Nggak menjamin financial.
  • Buang-buang waktu.

Jadi, dari berbagai alasan tersebut, kontributor NU Online itu menarik kesimpulan bahwa menulis tidak lah penting. Dan sesuatu yang dianggap tidak penting dikarenakan bukan menjadi prioritas.

“Sesuatu kalau belum menjadi prioritas, selamanya tidak bakal dikerjakan, akan dinomorduakan, akan dinomorseratus sekiankan. Berbeda jika sudah menjadi prioritas. Ia akan diutamakan, bahkan rela berkorban, baik tenaga, pikiran, waktu, dan hartanya,” paparnya.

Selanjutnya, alumni pondok pesantren Khas Kempek itu juga memberikan beberapa manfaat menulis yang bisa dijadikan motivasi besar bagi para mahasantri yang hadir dan menyimak talkshow tersebut, yakni:

  • Menulis adalah amal saleh yang abadi. Dengan menulis, karya-karya seseorang akan tetap terjaga walaupun orang itu telah meninggalkan dunia. Seperti quote yang dipopulerkan oleh Pramudya bahwa, “Orang boleh pandai setinggi langit, tapi kalau  dia tidak menulis akan hilang dalam sejarah.”
  • Menjadi personal branding, terlebih seseorang itu memiliki karakteristik dalam tulisannya, maka akan mudah dilirik oleh para redaktur media kepenulisan.
  • Menambah ilmu pengetahuan dan belajar sampai mati. Hal ini sudah jelas, seorang penulis pasti membaca. Dan dengan membaca, seseorang akan menemukan banyak hal yang belum diketahui, sehingga menambah wawasan bagi sang penulis.
  • Berlatih berpikir logis dan sistematis.
  • Panggung berbicara di era industri. Hal itu dikarenakan, di era sekarang orang yang memiliki kemampuan di suatu bidang, ia akan dicari dan didengar.
  • Memperluas jaringan dan menambah income.

Dengan menulis pula, kita akan mendapatkan tiga hal penting dalam hidup kita, yakni dengan menulis kita akan selalu belajar, berkarya, dan berbagi.

“Poin paling penting yang harus kita pegang bahwa kita akan mendapatkan tiga hal sekaligus. Tiga hal yang akan menjadi gaya hidup kita, planning kita kedepan sebagai sesuatu yang fashionable, yang akan menjadi amal kita, menjadi sesuatu yang kita jalani secara berkesinambungan sampai tua nanti,” tutur Kak Abror lagi.

Di akhir penyampaiannya, pendamping kelas menulis jurnalistik BEM itu memberikan suatu pesan penting kepada para mahasantri bahwa, usia 20-an adalah fase seseorang untuk mengambil opsi yang paling liar karena fase ini tidak akan datang dua kali dan menjadikan fase ini untuk ajang investasi diri, salah satunya dengan menulis.

Pewarta: Winda Khoerun Nisa, Semester IV

Leave a Reply